P e n d a h u l u a
n
Sungguh umat Islam itu sangat bersyukur dengan sempurnanya agama Islam
ini yang lengkap memberikan bimbingan
dan petunjuk kepada umatnya sampai kepada hal-hal yang sangat kecil sekalipun,
termasuk dalam hal bagaimana etika dan adab apabila umat ini saling bertemu
satu sama lain. Petunjuk dari agama tersebut adalah mengucapkan salam berupa
doa : Assalamu’alaikum yang maksudnya semoga keselamatan dan
kesejahteraan bagi kalian .
Meskipun demikian di negeri ini yang mayoritas dihuni oleh kaum
muslimin ucapan salam yang mengandung
doa tersebut belum membudaya dan tidak merata digunakan oleh masyarakat muslim sebagai sebuah
kebiasaan apabila berjumpa dengan sesama muslim. Penggunaan ucapan salam
tersebut sepertinya hanya terbatas pada kata
pembukaan dalam setiap sambutan yang disampaikan pada saat pertemuan.
Ucapan Assalamu’alaikum beredar
hanya terbatas pada kalangan tertentu saja, seperti di lembaga-lembaga
pendidikan Islam seperti pesantren dan mahad. Masyarakat kalangan umum
sepertinya lebih menyukai menggunakan ucapan lain seperti selamat pagi, selamat
siang, selamat sore,selamat malam atau menggunakan redaksi lain seperti hallo
atau hai saja. Ucapan yang ditiru dari kalangan kaum kafir yang mana umat Islam
dilarang oleh Rasullullah menyerupai orang kafir.
Meskipun diantara sesama kaum muslimin saling bertemu dan bertegur sapa
tetapi jarang terucap salam, minimal hanya saling senyum. Kalangan muslimin
telah banyak yang melupakan ucapan : “assalamu’alaykum”
Sesungguhnya bagi mereka yang mau mendalami arti ucapan salam yang
diperintahkan dalam Islam tersebut maka niscaya mereka tidak akan
meninggalkannya, karena di dalamnya men gandung banyak hikmah, bukan saja bagi
kepentingan orang lain tetapi juga bagi kepentingan yang memulai memberikan
salam karena yang bersangkutan pun
mendapatkan doa balasan yang sama sebagaimana doa yang diucapkan
sebelumnya.
Makna & Lafazh
Salam
Dari Abu Hurairah -radhiallahu ‘anhu- dari Nabi -shallallahu ‘alaihi
wasallam- beliau bersabda:
خَلَقَ اللَّهُ آدَمَ وَطُولُهُ سِتُّونَ ذِرَاعًا ثُمَّ قَالَ اذْهَبْ
فَسَلِّمْ عَلَى أُولَئِكَ مِنْ الْمَلَائِكَةِ فَاسْتَمِعْ مَا يُحَيُّونَكَ
تَحِيَّتُكَ وَتَحِيَّةُ ذُرِّيَّتِكَ فَقَالَ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ فَقَالُوا
السَّلَامُ عَلَيْكَ وَرَحْمَةُ اللَّهِ فَزَادُوهُ وَرَحْمَةُ اللَّهِ فَكُلُّ مَنْ
يَدْخُلُ الْجَنَّةَ عَلَى صُورَةِ آدَمَ فَلَمْ يَزَلْ الْخَلْقُ يَنْقُصُ حَتَّى
الْآنَ
“Dahulu Allah mencipta
Adam ‘alaihissalam yang tingginya enam puluh hasta kemudian berfirman,
“Pergilah kamu dan berilah salam kepada mereka para malaikat dan dengarkanlah
bagaimana mereka menjawab salam penghormatan kepadamu dan juga salam
penghormatan dari anak keturunanmu”. Maka Adam menyampaikan salam, “Assalaamu
‘alaikum” (kesalamatan atas kalian). Mereka menjawab, “Assalaamu ‘alaika wa
rahmatullah,” (kesalamatan dan rahmat Allah atasmu) mereka menambahkan kalimat
‘wa rahmatullah’. Nanti setiap orang yang masuk surga bentuknya seperti Adam
-alaihissalam- dan manusia terus saja berkurang (tingginya) sampai sekarang”. (HR. Al-Bukhari no. 3079,5759 dan Muslim no. 6227)
Dari Imran bin Al-Hushain -radhiallahu anhu- dia berkata:
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ فَرَدَّ عَلَيْهِ السَّلَامَ ثُمَّ جَلَسَ فَقَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَشْرٌ ثُمَّ جَاءَ آخَرُ فَقَالَ
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ فَرَدَّ عَلَيْهِ فَجَلَسَ فَقَالَ
عِشْرُونَ ثُمَّ جَاءَ آخَرُ فَقَالَ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ
وَبَرَكَاتُهُ فَرَدَّ عَلَيْهِ فَجَلَسَ فَقَالَ ثَلَاثُونَ
“Seorang laki-laki datang kepada Nabi -shallallahu ‘alaihi wasallam-
dan mengucapkan, “Assalamu alaikum?” Beliau membalas salam orang tersebut,
kemudian orang itu duduk. Nabi -shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda:
“Sepuluh pahala.” Setelah itu ada orang lain yang datang dan mengucapkan salam,
“Assalamu alaikum warahmatullah.” Beliau membalas salam orang tersebut,
kemudian orang itu duduk, maka beliau bersabda: “Dua puluh pahala.” Setelah itu
ada lagi orang yang datang dan mengucapakan salam, “Assalamu alaikum
warahmatullahi wabarakatuh,” beliau membalas salam orang tersebut kemudian
orang itu duduk. Beliau lalu bersabda: “Tiga puluh pahala.” (HR. Abu Daud
no. 5195, At-Tirmizi no. 2689, dan Al-Hafizh berkata dalam Al-Fath (5/11),
“Sanadnya kuat.”)
Penjelasan ringkas:
Al-Majd Fairuz Abadi -rahimahullah- berkata dalam menafsirkan makna
“assalamu ‘alaika” dalam kitabnya Ash-Shilah wal Basyar fis Shalati ala Khairil
Basyar, “As-Salam yang merupakan salah satu nama dari nama-nama Allah Ta’ala
kepadamu, maknanya adalah: “Engkau
tidak akan luput dari semua kebaikan dan berkah dan engkau selamat dari semua
yang dibenci dan yang merupakan kejelekan”. Hal ini karena nama Allah Ta’ala,
tidaklah disebutkan kecuali pada hal-hal yang pasti, karena terkumpulnya
makna-makna kebaikan dan berkah di dalamnya (nama-nama-Nya), serta tidak adanya
semua penghalang, rintangan, dan kerusakan darinya.
Dan “as-salam” bisa juga diartikan sebagai “keselamatan”, yaitu: “Semoga
ketentuan Allah Ta’ala atas dirimu adalah keselamatan, yakni engkau selamat
dari cercaan dan kekurangan”. Maka jika engkau mengatakan, “Allahumma
sallim ‘ala Muhammad”, maka yang engkau inginkan adalah: “Ya Alllah,
tuliskanlah (baca: tetapkanlah) keselamatan dari semua kekurangan untuk
Muhammad dalam doanya, umatnya, dan namanya, sehingga (dengannya) doa-doa
beliau semakin tinggi seiring perjalanan zaman, umat beliau semakin banyak, dan
nama beliau semakin tinggi”. (Disadur melalui kitab Fadhlus Shalati ‘alan Nabi
hal. 11. Lihat juga kitab Asy-Syarhul Mumti’ (3/149-150) karya Syaikh Ibnu
Utsaimin -rahimahullah-)
Hadits Abu Hurairah di atas menunjukkan bahwa ucapan salam dan
jawabannya adalah tauqifiah (terbatas pada nash). Karenanya seseorang tidak
syah mengucapkan salam dengan selain lafazh yang telah diajarkan dan juga tidak
syah seseorang menjawab salam kecuali dengan apa yang telah diajarkan. Lafazh
yang diajarkan oleh Nabi -alaihishshalatu wassalam- adalah tiga lafazh,
sebagaimana yang tersebut dalam hadits Imran bin Al-Hushain. Dan hadits
tersebut menunjukkan bahwa semakin lengkap salamnya maka semakin besar pahala
yang didapatkan, demikian pula sebaliknya. Adapun jawabannya maka tergantung
dari ucapan salam yang ditujukan kepadanya, yang jelas jawabannya harus sama
lengkapnya dengan ucapan salam yang ditujukan kepadanya bahkan lebih utama jika
jawabannya lebih lengkap. Berdasarkan firman Allah Ta’ala, “Apabila kamu diberi
penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan
yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa).”
(QS. An-Nisa`: 86) Yang jelas tidak syah membalas salam dengan ucapan
‘marhaban’ atau ‘ahlan wa sahlan’ (selamat datang), dan selainnya dari
lafazh-lafazh yang tidak pernah dituntukan oleh syariat.
Dalil Dari Al Qur’an Tentang Ucapan Salam
Berbeda dengan ucapan
salam yang banyak dipergunakan oleh umat Islam dewasa ini berupa ucapan selamat
pagi, hai atau hallo yang dibuat oleh manusia, ucapan salam yang diperintahkan
oleh Islam untuk disampaikan kepada sesama saudaranya kaum muslimin yang lain sesungguhnya bersumber
dari al-Qur’an. Ayat-ayat al-Qur’an yang menyebut tentang salam adalah dalil
sebagai dasar pegangan betapa pentingnya ucapan salam tersebut bagi kalangan
Islam yang perlu diimplementasikan dalam setiap berjumpanya antara sesama
saudara muslim. Dibawah ini disajikan beberapa ayat –ayat yang dimaksudkan
diatas, antara lain :
1.Firman Allah ta’ala :
سَلَامٌ قَوْلًا مِن رَّبٍّ رَّحِيمٍ
(Kepada mereka
dikatakan): "Salam", sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha
Penyayang.(QS.Yaa Siin : 58 _)
2.تَحِيَّتُهُمْ يَوْمَ
يَلْقَوْنَهُ سَلَامٌ وَأَعَدَّ لَهُمْ أَجْرًا كَرِيمًا
Salam
penghormatan kepada mereka (orang-orang mu'min itu) pada hari mereka
menemui-Nya ialah: Salam [1225]; dan Dia menyediakan pahala yang mulia bagi
mereka.( QS.Al Ahzab:33)
3.دَعْوَاهُمْ فِيهَا سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَتَحِيَّتُهُمْ
فِيهَا سَلاَمٌ وَآخِرُ دَعْوَاهُمْ أَنِ الْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Do'a
[671] mereka di dalamnya ialah: "Subhanakallahumma" [672], dan salam
penghormatan mereka ialah: "Salam" [673]. Dan penutup do'a mereka
ialah: "Alhamdulilaahi Rabbil 'aalamin [674].(QS.Yunus : 10
)
Keterangan :
[671] Maksudnya: puja dan puji mereka kepada Allah. [672]
Artinya: Maha Suci Engkau, wahai Tuhan kami. [673] Artinya: sejahtera dari
segala bencana [674] Artinya: segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.
4.Allah ta’ala berfirman :
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Sesungguhnya
Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi [1230]. Hai orang-orang
yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan
kepadanya [1231].(QS.Al Ahzab: 56 )
Keterangan :
[1230] "Bershalawat" artinya: kalau dari Allah
berarti memberi rahmat: dari malaikat berarti memintakan ampunan dan kalau dari
orang-orang mu'min berarti berdo'a supaya diberi rahmat seperti dengan
perkataan:"Allahuma shalli ala Muhammad". [1231] Dengan mengucapkan
perkataan seperti:"Assalamu'alaika ayyuhan Nabi" artinya: semoga
keselamatan tercurah kepadamu hai Nabi.
5.Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ نُهُوا عَنِ النَّجْوَى ثُمَّ
يَعُودُونَ لِمَا نُهُوا عَنْهُ وَيَتَنَاجَوْنَ بِالْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
وَمَعْصِيَتِ الرَّسُولِ وَإِذَا جَاؤُوكَ حَيَّوْكَ بِمَا لَمْ يُحَيِّكَ بِهِ
اللَّهُ وَيَقُولُونَ فِي أَنفُسِهِمْ لَوْلَا يُعَذِّبُنَا اللَّهُ بِمَا نَقُولُ
حَسْبُهُمْ جَهَنَّمُ يَصْلَوْنَهَا فَبِئْسَ الْمَصِيرُ
Apakah
tidak kamu perhatikan orang-orang yang telah dilarang mengadakan pembicaraan
rahasia, kemudian mereka kembali (mengerjakan) larangan itu dan mereka
mengadakan pembicaraan rahasia untuk berbuat dosa, permusuhan dan durhaka
kepada Rasul. Dan apabila mereka datang kepadamu, mereka mengucapkan salam
kepadamu dengan memberi salam yang bukan sebagai yang ditentukan Allah untukmu.
Dan mereka mengatakan kepada diri mereka sendiri: "Mengapa Allah tidak
menyiksa kita disebabkan apa yang kita katakan itu?" Cukuplah bagi mereka
Jahannam yang akan mereka masuki. Dan neraka itu adalah seburuk-buruk tempat
kembali.
(QS.Al Mujaadila : 8)
6.Allah ta’ala berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ إِذَا ضَرَبْتُمْ فِي
سَبِيلِ اللّهِ فَتَبَيَّنُواْ وَلاَ تَقُولُواْ لِمَنْ أَلْقَى إِلَيْكُمُ
السَّلاَمَ لَسْتَ مُؤْمِنًا تَبْتَغُونَ عَرَضَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فَعِندَ
اللّهِ مَغَانِمُ كَثِيرَةٌ كَذَلِكَ كُنتُم مِّن قَبْلُ فَمَنَّ اللّهُ
عَلَيْكُمْ فَتَبَيَّنُواْ إِنَّ اللّهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا
Hai
orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi (berperang) di jalan Allah, maka
telitilah dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan
"salam" kepadamu [338] : "Kamu bukan seorang mu'min" (lalu
kamu membunuhnya), dengan maksud mencari harta benda kehidupan di dunia, karena
di sisi Allah ada harta yang banyak. Begitu jugalah keadaan kamu dahulu [339],
lalu Allah menganugerahkan ni'mat-Nya atas kamu, maka telitilah. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.( QS.An Nisaa: 94)
Keterangan :
[338] Dimaksud juga dengan orang yang mengucapkan kalimat :
"laa ilaaha illallah". [339] Maksudnya : orang itu belum nyata
keislamannya oleh orang ramai kamupun demikian pula dahulu.
7.Allah Ta'ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَدْخُلُوا بُيُوتًا
غَيْرَ بُيُوتِكُمْ حَتَّى تَسْتَأْنِسُوا وَتُسَلِّمُوا عَلَى أَهْلِهَا ذَلِكُمْ
خَيْرٌ لَّكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu
sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu
lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.(QS.An Nuur: 27)
8. Firman Allah ta’ala :
لَيْسَ عَلَى الْأَعْمَى حَرَجٌ وَلَا عَلَى
الْأَعْرَجِ حَرَجٌ وَلَا عَلَى الْمَرِيضِ حَرَجٌ وَلَا عَلَى أَنفُسِكُمْ أَن
تَأْكُلُوا مِن بُيُوتِكُمْ أَوْ بُيُوتِ آبَائِكُمْ أَوْ بُيُوتِ أُمَّهَاتِكُمْ
أَوْ بُيُوتِ إِخْوَانِكُمْ أَوْ بُيُوتِ أَخَوَاتِكُمْ أَوْ بُيُوتِ
أَعْمَامِكُمْ أَوْ بُيُوتِ عَمَّاتِكُمْ أَوْ بُيُوتِ أَخْوَالِكُمْ أَوْ بُيُوتِ
خَالَاتِكُمْ أَوْ مَا مَلَكْتُم مَّفَاتِحَهُ أَوْ صَدِيقِكُمْ لَيْسَ عَلَيْكُمْ
جُنَاحٌ أَن تَأْكُلُوا جَمِيعًا أَوْ أَشْتَاتًا فَإِذَا دَخَلْتُم بُيُوتًا
فَسَلِّمُوا عَلَى أَنفُسِكُمْ تَحِيَّةً مِّنْ عِندِ اللَّهِ مُبَارَكَةً
طَيِّبَةً كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الْآيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُون
Tidak
ada halangan bagi orang buta, tidak (pula) bagi orang pincang, tidak (pula)
bagi orang sakit, dan tidak (pula) bagi dirimu sendiri, makan (bersama-sama
mereka) dirumah kamu sendiri atau dirumah bapak-bapakmu, dirumah ibu-ibumu,
dirumah saudara- saudaramu yang laki-laki, di rumah saudaramu yang perempuan,
dirumah saudara bapakmu yang laki-laki, dirumah saudara bapakmu yang perempuan,
dirumah saudara ibumu yang laki-laki, dirumah saudara ibumu yang perempuan,
dirumah yang kamu miliki kuncinya [1052] atau dirumah kawan-kawanmu. Tidak ada
halangan bagi kamu makan bersama-sama mereka atau sendirian. Maka apabila kamu
memasuki (suatu rumah dari) rumah- rumah (ini) hendaklah kamu memberi salam
kepada (penghuninya yang berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri, salam
yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkat lagi baik. Demikianlah
Allah menjelaskan ayat-ayatnya(Nya) bagimu, agar kamu memahaminya.(QS.An
Nuur : 61)
K e t e r a n g a n :
[1052] Maksudnya: rumah yang diserahkan kepadamu mengurusnya.
Adab pergaulan orang-orang yang mu'min terhadap Rasul r Allah Ta'ala
berfirman lagi: \
9.Allah Ta'ala berfirman pula:
وَإِذَا حُيِّيْتُم بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّواْ بِأَحْسَنَ
مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ حَسِيبًا
Apabila
kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah
penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah
penghormatan itu (dengan yang serupa) [327]. Sesungguhnya Allah
memperhitungankan segala sesuatu.( QS.An Nisaa : 86)
K e t e r a n g a n
:
[327] Penghormatan dalam Islam ialah : dengan mengucapkan
"Assalamu'alaikum".
10.Allah Ta'ala juga berfirman:
هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ ضَيْفِ إِبْرَاهِيمَ الْمُكْرَمِينَ
إِذْ دَخَلُوا عَلَيْهِ فَقَالُوا سَلَامًا قَالَ سَلَامٌ
قَوْمٌ مُّنكَرُونَ
Sudahkah
sampai kepadamu (Muhammad) cerita tentang tamu Ibrahim (yaitu
malaikat-malaikat) yang dimuliakan? (Ingatlah) ketika mereka masuk ke tempatnya
lalu mengucapkan: "Salaamun". Ibrahim menjawab: "Salaamun (kamu)
adalah orang-orang (QS.Adz Dzaariya: 24-25 )
Dalil Dari As-Sunnah Tentang Memberi Salam
Selain dari beberapa
ayat al-Qur’an yang membicarakan tentang salam sebagai dalil tentang
menyampaikan salam, banyak pula hadits yang mengungkapkan tentang memberikan
salam sebagai hujjah atau dalil mengenai keutamaan memberikan salam.
Hadits-hadits yang dimaksudkan diatas antara lain :
1.Hadits riwayat Imam
Bukhari dalam Kitab Shahihnya :
صحيح
البخاري ٣١٧٦: حَدَّثَنَا هُدْبَةُ بْنُ خَالِدٍ حَدَّثَنَا هَمَّامُ بْنُ يَحْيَى
حَدَّثَنَا قَتَادَةُ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ مَالِكِ بْنِ صَعْصَعَةَ
أَنَّ
نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَدَّثَهُمْ عَنْ لَيْلَةَ أُسْرِيَ
بِهِ ثُمَّ صَعِدَ حَتَّى أَتَى السَّمَاءَ الثَّانِيَةَ فَاسْتَفْتَحَ قِيلَ مَنْ
هَذَا قَالَ جِبْرِيلُ قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ قِيلَ وَقَدْ أُرْسِلَ
إِلَيْهِ قَالَ نَعَمْ فَلَمَّا خَلَصْتُ فَإِذَا يَحْيَى وَعِيسَى وَهُمَا ابْنَا
خَالَةٍ قَالَ هَذَا يَحْيَى وَعِيسَى فَسَلِّمْ عَلَيْهِمَا فَسَلَّمْتُ فَرَدَّا
ثُمَّ قَالَا مَرْحَبًا بِالْأَخِ الصَّالِحِ وَالنَّبِيِّ الصَّالِحِ
Shahih
Bukhari 3176: dari Anas bin Malik dari
Malik bin Sha'sha'ah bahwa Nabi Allah shallallahu 'alaihi wasallam bercerita
kepada mereka tentang malam Beliau diperjalankan (isra'), ketika itu beliau
diangkat dan sampai ke lapis langit kedua lalu meminta ijin dibukakan pintu:
"Ada yang bertanya; "Siapa ini?". Dijawab; "Jibril".
Ditanya lagi; "Siapa orang yang bersamamu?". Dijawab;
"Muhammad". Ditanya lagi; "Apakah dia telah diutus?". Dijawab;
"Benar". Setelah aku selesai dari pertanyaan di pintu itu, aku
mendapatkan Nabi Yahya dan 'isa 'alaihimas salam yang keduanya adalah saudara
sepupu (dari pihak ibu). Dia (jibril) berkata; "Ini adalah Nabi Yahya dan
'isa, berilah salam kepada keduanya". Maka kuberi salam dan keduanya
membalas salamku lalu keduanya berkata; "Selamat datang, wahai saudara
yang shalih dan Nabi yang shalih."
2.Hadits Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam
صحيح البخاري ١١: حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ خَالِدٍ قَالَ حَدَّثَنَا
اللَّيْثُ عَنْ يَزِيدَ عَنْ أَبِي الْخَيْرِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُمَا
أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَيُّ الْإِسْلَامِ خَيْرٌ قَالَ تُطْعِمُ الطَّعَامَ وَتَقْرَأُ السَّلَامَ عَلَى
مَنْ عَرَفْتَ وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْ
Shahih Bukhari 11: Telah
menceritakan kepada kami 'Amru bin Khalid berkata, Telah menceritakan kepada
kami Al Laits dari Yazid dari Abu Al Khair dari Abdullah bin 'Amru; Ada
seseorang yang bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam; "Islam
manakah yang paling baik?" Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab:
"Kamu memberi makan, mengucapkan salam kepada orang yang kamu kenal dan
yang tidak kamu kenal".
2.Rasullullah shallallahu’alahi wa sallam :
صحيح البخاري ٣٠٧٩: حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ
حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ عَنْ مَعْمَرٍ عَنْ هَمَّامٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ خَلَقَ
اللَّهُ آدَمَ وَطُولُهُ سِتُّونَ ذِرَاعًا ثُمَّ قَالَ اذْهَبْ فَسَلِّمْ عَلَى أُولَئِكَ
مِنْ الْمَلَائِكَةِ فَاسْتَمِعْ مَا يُحَيُّونَكَ تَحِيَّتُكَ وَتَحِيَّةُ ذُرِّيَّتِكَ
فَقَالَ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ فَقَالُوا السَّلَامُ عَلَيْكَ وَرَحْمَةُ اللَّهِ فَزَادُوهُ
وَرَحْمَةُ اللَّهِ فَكُلُّ مَنْ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ عَلَى صُورَةِ آدَمَ فَلَمْ يَزَلْ
الْخَلْقُ يَنْقُصُ حَتَّى الْآنَ
Shahih Bukhari 3079:
Telah bercerita kepadaku 'Abdullah bin Muhammad telah bercerita kepada kami
'Abdur Razaq dari Ma'mar dari Hammam dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dari
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Dahulu Allah mencipta Adam
'alaihissalam yang tingginya enam puluh hasta (tangan kalian) kemudian
berfirman: "Pergilah kamu dan berilah salam kepada mereka para malaikat
dan dengarkanlah bagaimana mereka menjawab salam penghormatan kepadamu dan juga
salam penghormatan dari anak keturunanmu". Maka Adam menyampaikan salam:
"As-Salaamu 'alaikum" (salam sejahtera untuk kalian). Mereka
menjawab; "as-salaamu 'alaika wa rahmatullah" (salam sejahtera dan
rahmat Allah buat kamu) Mereka menambahkan kalimat wa rahmatullah". Nanti
setiap orang yang masuk surga bentuknya seperti Adam alaihissalam dan manusia
terus saja berkurang (tingginya) sampai sekarang".
3.Sabda Rasullullah shallallahu’alahi wa sallam :
صحيح البخاري ٥٧٥٤: حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا
شُعْبَةُ عَنْ الْأَشْعَثِ بْنِ سُلَيْمٍ قَالَ سَمِعْتُ مُعَاوِيَةَ بْنَ سُوَيْدِ
بْنِ مُقَرِّنٍ عَنْ الْبَرَاءِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
أَمَرَنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِسَبْعٍ
وَنَهَانَا عَنْ سَبْعٍ أَمَرَنَا بِعِيَادَةِ الْمَرِيضِ وَاتِّبَاعِ الْجِنَازَةِ
وَتَشْمِيتِ الْعَاطِسِ وَإِجَابَةِ الدَّاعِي وَرَدِّ السَّلَامِ وَنَصْرِ الْمَظْلُومِ
وَإِبْرَارِ الْمُقْسِمِ وَنَهَانَا عَنْ سَبْعٍ عَنْ خَاتَمِ الذَّهَبِ أَوْ قَالَ
حَلْقَةِ الذَّهَبِ وَعَنْ لُبْسِ الْحَرِيرِ وَالدِّيبَاجِ وَالسُّنْدُسِ وَالْمَيَاثِرِ
Shahih Bukhari 5754: Telah
menceritakan kepada kami Sulaiman bin Harb telah menceritakan kepada kami
Syu'bah dari Al Asy'ats bin Sulaim dia berkata; saya mendengar Mu'awiyah bin
Suwaid bin Muqarrin dari Al Barra` radliallahu 'anhu dia berkata; "Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan kami tujuh perkara dan melarang
tujuh perkara, beliau memerintahkan menjenguk orang sakit, mengiringi jenazah,
mendo'akan orang yang bersin, memenuhi undangan, menjawab salam dan menolong
orang yang terzhalimi serta melaksanakan sumpah, dan beliau melarang tujuh
perkara, yaitu; mengenakan cincin emas, atau bersabda; kalung emas, mengenakan
sutera, dibaj (sejenis sutera), Sundus (kain yang terbuat dari sutera) dan
mayasir (mantel yang bertutup kepala yang terbuat dari sutera)."
4.Hadits Rasullullah shallalahu’alahi wa sallam :
صحيح البخاري ٢٢٦٥: حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ الرَّبِيعِ حَدَّثَنَا
شُعْبَةُ عَنْ الْأَشْعَثِ بْنِ سُلَيْمٍ قَالَ سَمِعْتُ مُعَاوِيَةَ بْنَ سُوَيْدٍ
سَمِعْتُ الْبَرَاءَ بْنَ عَازِبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ
أَمَرَنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِسَبْعٍ
وَنَهَانَا عَنْ سَبْعٍ فَذَكَرَ عِيَادَةَ الْمَرِيضِ وَاتِّبَاعَ الْجَنَائِزِ وَتَشْمِيتَ
الْعَاطِسِ وَرَدَّ السَّلَامِ وَنَصْرَ الْمَظْلُومِ وَإِجَابَةَ الدَّاعِي وَإِبْرَارَ
الْمُقْسِمِ
Shahih Bukhari 2265: Telah
menceritakan kepada kami Sa'id bin Ar Rabi' telah menceritakan kepada kami
Syu'bah dari Al Asy'ats bin Sulaim berkata, aku mendengar Mu'awiyah bin Suwaid
aku mendengar Al Bara' bin 'Azib radliallahu 'anhuma berkata; "Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan kami tujuh perkara dan melarang kami
dari tujuh perkara pula". Maka Beliau menyebutkan: "Menjenguk orang
sakit, mengiringi jenazah, mendoakan orang yang bersin, membalas salam,
menolong orang yang dizholimi, memenuhi undangan dan melaksanakan sumpah".
5.Hadits Rasullah
shallallahu’alahihi wa sallam
صحيح مسلم ٨١: حَدَّثَنَا
أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ وَوَكِيعٌ عَنْ الْأَعْمَشِ
عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلَا تُؤْمِنُوا
حَتَّى تَحَابُّوا أَوَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ
أَفْشُوا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ
و حَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ
حَرْبٍ أَنْبَأَنَا جَرِيرٌ عَنْ الْأَعْمَشِ بِهَذَا الْإِسْنَادِ قَالَ قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا تَدْخُلُونَ
الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا بِمِثْلِ حَدِيثِ أَبِي مُعَاوِيَةَ وَوَكِيعٍ
Shahih Muslim 81: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar
bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah dan Waki' dari
al-A'masy dari Abu Shalih dari Abu Hurairah dia berkata, "Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Kalian tidak akan masuk surga
hingga kalian beriman, dan tidaklah kalian beriman hingga kalian saling
menyayangi. Maukah kalian aku tunjukkan kepada sesuatu, apabila kalian
mengerjakannya niscaya kalian akan saling menyayangi. Sebarkanlah salam di
antara kalian." Dan telah menceritakan kepadaku Zuhair bin Harb telah
memberitakan kepada kami Jarir dari al-A'masy dengan sanad ini. Dia berkata,
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Demi Dzat yang jiwaku
berada di tangan-Nya, kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman,
" sebagaimana hadits Abu Mu'awiyah dan Waki'."
6.Rasullullah
shallallahu’alaihi wa sallam bersabda :
سنن الترمذي ١٧٧٨: حَدَّثَنَا
هَنَّادٌ حَدَّثَنَا أَبُو الْأَحْوَصِ عَنْ عَطَاءِ بْنِ السَّائِبِ عَنْ أَبِيهِ
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اعْبُدُوا الرَّحْمَنَ وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ وَأَفْشُوا
السَّلَامَ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ بِسَلَامٍ
قَالَ هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ
صَحِيحٌ
Sunan Tirmidzi 1778: dari Abdullahbin Amru ia berkata; Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Beribadahlah kalian kepada Ar
Rahman, berilah makanan, dan tebarkanlah salam, niscaya kalian akan masuk surga
dengan selamat.
7.Diriwayatkan hadits
dari At-Thufail :
موطأ مالك ١٥١٧: و حَدَّثَنِي
عَنْ مَالِك عَنْ إِسْحَقَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي طَلْحَةَ أَنَّ الطُّفَيْلَ
بْنَ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ أَخْبَرَهُ
أَنَّهُ كَانَ يَأْتِي عَبْدَ
اللَّهِ بْنَ عُمَرَ فَيَغْدُو مَعَهُ إِلَى السُّوقِ قَالَ فَإِذَا غَدَوْنَا إِلَى
السُّوقِ لَمْ يَمُرَّ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ عَلَى سَقَاطٍ وَلَا صَاحِبِ بِيعَةٍ
وَلَا مِسْكِينٍ وَلَا أَحَدٍ إِلَّا سَلَّمَ عَلَيْهِ قَالَ الطُّفَيْلُ فَجِئْتُ
عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ يَوْمًا فَاسْتَتْبَعَنِي إِلَى السُّوقِ فَقُلْتُ لَهُ
وَمَا تَصْنَعُ فِي السُّوقِ وَأَنْتَ لَا تَقِفُ عَلَى الْبَيِّعِ وَلَا تَسْأَلُ
عَنْ السِّلَعِ وَلَا تَسُومُ بِهَا وَلَا تَجْلِسُ فِي مَجَالِسِ السُّوقِ قَالَ وَأَقُولُ
اجْلِسْ بِنَا هَاهُنَا نَتَحَدَّثُ قَالَ فَقَالَ لِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ
يَا أَبَا بَطْنٍ وَكَانَ الطُّفَيْلُ ذَا بَطْنٍ إِنَّمَا نَغْدُو مِنْ أَجْلِ السَّلَامِ
نُسَلِّمُ عَلَى مَنْ لَقِيَنَا
Muwatha' Malik
1517: dari Ishaq bin Abdullah bin Abu Thalhah bahwa Thufail bin Ubay bin Ka'b
mengabarkan kepadanya, bahwa dia pernah mendatangi Abdullah bin Umar lalu dia
pergi ke pasar bersamanya. Thufail bin Ubay berkata; "Ketika kami pergi ke
pasar, tidaklah Abdullah bin Umar melewati rakyat jelata, atau para penjual
atau orang miskin atau siapa pun kecuali dia memberinya salam." Thufail
berkata; "Pada suatu hari aku menemui Abdullah bin Umar, lalu dia
mengajakku pergi ke pasar, aku bertanya kepadanya, "Apa yang engkau
kerjakan di pasar padahal engkau tidak berhenti ke sebuah toko, atau menanyakan
barang, tidak menawar sesuatu, atau duduk di tempat penjualan?" dia
menjawab, "Aku katakan, "Duduklah di sini kita bicarakan
sesuatu." lalu Abdullah bin Umar berkata kepadaku, "Wahai Abu Bathn
(perut besar)! -karena ketika itu Thufail perutnya besar-, kita pergi ke pasar
hanya untuk mengucapkan salam kepada siapapun yang kita temui'."
8.Sabda Rasullullah
shallallahu’alaihi wa sallam :
سنن الترمذي ٢٦١٢: حَدَّثَنَا
هَنَّادٌ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ
حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلَا تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا أَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى أَمْرٍ
إِذَا أَنْتُمْ فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ أَفْشُوا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ
وَفِي الْبَاب عَنْ عَبْدِ
اللَّهِ بْنِ سَلَامٍ وَشُرَيْحِ بْنِ هَانِئٍ عَنْ أَبِيهِ وَعَبْدِ اللَّهِ بْنِ
عَمْرٍو وَالْبَرَاءِ وَأنَسٍ وَابْنِ عُمَرَ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ
صَحِيحٌ
Sunan Tirmidzi 2612: dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Demi Dzat yang jiwaku berada di
tanganNya, kalian tidak akan masuk surga hingga beriman, dan tidak akan beriman
hingga saling mencintai. Maukah aku tunjukkan kepada kalian tentang sesuatu
yang bila kalian lakukan, kalian akan saling mencintai?, tebarkanlah salam
diantara kalian." Dalam hal ini ada hadits serupa dari Abdullah bin Salam,
Syuraij bin Hani' dari ayahnya, dan Abdullah bin 'Amru dan Al Barra` dan Anas,
serta Ibnu Umar. Abu Isa berkata; Hadits ini hasan shahih.
9.Dari Abu Hurairah
radhyallahu’anhu bahwasanya Rasullullah shallallahu’alahi wa sallam bersabda :
صحيح
البخاري ٥٧٦٥: حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ أَخْبَرَنَا رَوْحُ بْنُ عُبَادَةَ
حَدَّثَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ قَالَ أَخْبَرَنِي زِيَادٌ أَنَّ ثَابِتًا أَخْبَرَهُ وَهُوَ
مَوْلَى عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ زَيْدٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
عَنْ
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ يُسَلِّمُ الرَّاكِبُ
عَلَى الْمَاشِي الْمَاشِي عَلَى الْقَاعِدِ وَالْقَلِيلُ عَلَى الْكَثِيرِ
Shahih Bukhari 5765: dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dari
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: "Hendaknya orang
yang berkendaraan memberi salam kepada yang berjalan, dan yang berjalan kepada
yang duduk dan (rombongan) yang sedikit kepada (rombongan) yang banyak."
10. Hadits Rasullullah
shallallahu’alahi wa sallam :
سنن الترمذي ٢٦١٨: حَدَّثَنَا
عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ أَخْبَرَنَا قُرَّانُ بْنُ تَمَّامٍ الْأَسَدِيُّ عَنْ أَبِي فَرْوَةَ
قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ
الرَّجُلَانِ يَلْتَقِيَانِ أَيُّهُمَا يَبْدَأُ بِالسَّلَامِ فَقَالَ أَوْلَاهُمَا
بِاللَّهِ
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا
حَدِيثٌ حَسَنٌ قَالَ مُحَمَّدٌ أَبُو فَرْوَةَ الرَّهَاوِيُّ مُقَارِبُ الْحَدِيثِ
إِلَّا أَنَّ ابْنَهُ مُحَمَّدَ بْنَ يَزِيدَ يَرْوِي عَنْهُ مَنَاكِيرَ
Sunan Tirmidzi 2618: dari Abu Umamah ia berkata; "Dikatakan;
"Wahai Rasulullah, Ada dua orang yang bertemu, mana diantara keduanya yang
lebih dulu memulai salam?" Beliau menjawab: "Yang paling dekat dengan
(rahmat) Allah di antara keduanya." Abu Isa berkata; Hadits ini hasan.
Muhammad mengatakan; Abu Farwah Ar Rahawi riwayat haditsnya muqarrib (mendekati
shahih), hanya saja putranya, Muhammad bin Yazid, meriwayatkan hadits-hadits
munkar darinya.
11. Sabda Rasullullah
shallallahu’alahi wa sallam :
سنن الترمذي ١٨٥٥:
حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عُمَرَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ حَدَّثَنَا الزُّهْرِيُّ ح
قَالَ وَحَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ
الزُّهْرِيِّ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَزِيدَ اللَّيْثِيِّ عَنْ أَبِي أَيُّوبَ
الْأَنْصَارِيِّ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ
أَخَاهُ فَوْقَ ثَلَاثٍ يَلْتَقِيَانِ فَيَصُدُّ هَذَا وَيَصُدُّ هَذَا
وَخَيْرُهُمَا الَّذِي يَبْدَأُ بِالسَّلَامِ
قَالَ وَفِي الْبَاب
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ وَأَنَسٍ وَأَبِي هُرَيْرَةَ وَهِشَامِ بْنِ
عَامِرٍ وَأَبِي هِنْدٍ الدَّارِيِّ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ
صَحِيحٌ
Sunan
Tirmidzi 1855: Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Umar, telah menceritakan
kepada kami Sufyan dari Az Zuhri -dalam riwayat lalin- Dan telah menceritakan
kepada kami Sa'id bin Abdurrahman Telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Az
Zuhri dari Atha` bin Yazid Al Laitsi dari Abu Ayyub Al Anshari bahwa Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak halal bagi seorang muslim
untuk mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari, dimana bila keduanya
berjumpa, yang ini memalingkan pandangannya (dari yang lain) dan yang ini juga
melakukan hal yang sama, maka yang terbaik dari keduanya adalah yang memulai
mengucapkan salam." Ia (At Tirmidzi) berkata, dan dalam bab ini
diriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud, Anas, Abu Hurairah, Hisyam bin Amir, dan
Abu Hind Ad Dari. Abu Isa berkata, Hadits ini hasan shahih.
12, Hadits Rasullullah
shallahu’alaihi wa sallam riwayat Muslim:
صحيح مسلم ١١٧٩:
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى قَالَ قَرَأْتُ عَلَى مَالِكٍ عَنْ أَبِي
النَّضْرِ أَنَّ أَبَا مُرَّةَ مَوْلَى أُمِّ هَانِئٍ بِنْتِ أَبِي طَالِبٍ
أَخْبَرَهُ أَنَّهُ سَمِعَ أُمَّ هَانِئٍ بِنْتَ أَبِي طَالِبٍ تَقُولُ
ذَهَبْتُ إِلَى رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَامَ الْفَتْحِ فَوَجَدْتُهُ
يَغْتَسِلُ وَفَاطِمَةُ ابْنَتُهُ تَسْتُرُهُ بِثَوْبٍ قَالَتْ فَسَلَّمْتُ
فَقَالَ مَنْ هَذِهِ قُلْتُ أُمُّ هَانِئٍ بِنْتُ أَبِي طَالِبٍ قَالَ مَرْحَبًا
بِأُمِّ هَانِئٍ فَلَمَّا فَرَغَ مِنْ غُسْلِهِ قَامَ فَصَلَّى ثَمَانِيَ
رَكَعَاتٍ مُلْتَحِفًا فِي ثَوْبٍ وَاحِدٍ فَلَمَّا انْصَرَفَ قُلْتُ يَا رَسُولَ
اللَّهِ زَعَمَ ابْنُ أُمِّي عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ أَنَّهُ قَاتِلٌ رَجُلًا
أَجَرْتُهُ فُلَانُ ابْنُ هُبَيْرَةَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ أَجَرْنَا مَنْ أَجَرْتِ يَا أُمَّ هَانِئٍ قَالَتْ أُمُّ
هَانِئٍ وَذَلِكَ ضُحًى
Shahih Muslim 1179: dari Abu Nazhr bahwa Abu Murrah mantan budak
Ummu Hani` binti Abu Thalib mengabarinya, bahwa ia pernah mendengar Ummu Hani`
binti Abu Thalib mengatakan; "Aku pergi menemui Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam ketika tahun penaklukan kota Makkah, lalu aku mendapatinya
beliau tengah mandi, sementara Fathimah, putrid beliau menutupinya dengan
sehelai kain, maka aku mengucapkan salam, beliau lalu bertanya; "Siapakah
itu?" Aku menjawab; "Aku, Ummu Hani' binti Abu Thalib." Beliau
bersabda: "Selamat datang wahai Ummu Hani`." Selesai mandi, beliau
berdiri dan shalat delapan rakaat dengan memakai satu kain. Seusai shalat, aku
berkata; "Wahai Rasulullah, Saudaraku, yaitu Ali bin Abu Thalib
beranggapan bahwa ia hendak membunuh seseorang yang aku lindungi, yaitu fulan
bin Hubairah." Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Aku
melindungi siapa saja yang engkau lindungi wahai ummu Hani`." Kata Ummu
Hani`; "Peristiwa itu terjadi ketika waktu dluha."
13.Hadits Rasullullah
shallalahu;alaihi wa sallam riwayat Abu Daud :
سنن أبي داوود ٤٥٢٨:
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ
عُيَيْنَةَ عَنْ ابْنِ أَبِي حُسَيْنٍ سَمِعَهُ مِنْ شَهْرِ بْنِ حَوْشَبٍ يَقُولُ
أَخْبَرَتْهُ أَسْمَاءُ ابْنَةُ يَزِيدَ
مَرَّ عَلَيْنَا
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي نِسْوَةٍ فَسَلَّمَ عَلَيْنَا
Sunan Abu Daud 4528: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin
Abu Syaibah berkata, telah menceritakan kepada kami Sufyan bin Uyainah dari
Ibnu Abu Husain ia mendengarnya dari Syahr bin Hausyab berkata, " Asma
binti Yazid mengabarkan kepadanya, "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
melewati kami (kaum wanita) lalu mengucapkan salam kepada kami
14. Hadits Rasullullah
shallallahu’alahi wa sallam sebagai dalil disyari’atkan memberi salam ketika
memasuki masjidari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu :
صحيح البخاري ٧٥١:
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ قَالَ أَخْبَرَنِي يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ عَنْ عُبَيْدِ
اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنَا سَعِيدٌ الْمَقْبُرِيُّ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ
أَنَّ النَّبِيَّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ الْمَسْجِدَ فَدَخَلَ رَجُلٌ فَصَلَّى
ثُمَّ جَاءَ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَرَدَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ السَّلَامَ
فَقَالَ ارْجِعْ فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ فَصَلَّى ثُمَّ جَاءَ فَسَلَّمَ
عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ ارْجِعْ فَصَلِّ
فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ ثَلَاثًا فَقَالَ وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ فَمَا
أُحْسِنُ غَيْرَهُ فَعَلِّمْنِي قَالَ إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلَاةِ فَكَبِّرْ
ثُمَّ اقْرَأْ مَا تَيَسَّرَ مَعَكَ مِنْ الْقُرْآنِ ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ
رَاكِعًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَعْتَدِلَ قَائِمًا ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى
تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا ثُمَّ اسْجُدْ
حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ثُمَّ افْعَلْ ذَلِكَ فِي صَلَاتِكَ كُلِّهَا
Shahih Bukhari 751: dari Abu Hurairah, bahwa Nabi shallallahu
'alaihi wasallam masuk ke dalam Masjid, lalu ada seorang laki-laki masuk ke
dalam Masjid dan shalat, kemudian orang itu datang dan memberi salam kepada
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
menjawab salamnya kemudian bersabda: "Kembali dan ulangilah shalatmu,
karena kamu belum shalat!" Orang itu kemudian mengulangi shalat dan
kembali datang menghadap kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sambil
memberi salam. Namun beliau kembali bersabda: "Kembali dan ulangilah
shalatmu karena kamu belum shalat!" Beliau memerintahkan orang ini sampai
tiga kali dan akhirnya, sehingga ia berkata, "Demi Dzat yang mengutus tuan
dengan kebenaran, aku tidak bisa melakukan yang lebih baik dari itu. Maka ajarilah
aku." Beliau pun bersabda: "Jika kamu mengerjakan shalat maka
bertakbirlah, lalu bacalah ayat yang mudah dari Al Qur'an. Kemudian rukuklah
hingga benar-benar rukuk dengan tenang, lalu bangkitlah (dari rukuk) hingga
kamu berdiri tegak, setelah itu sujudlah sampai benar-benar sujud, lalu angkat
(kepalamu) untuk duduk hingga benar-benar duduk, Setelah itu sujudlah sampai
benar-benar sujud, Kemudian lakukanlah seperti cara tersebut di seluruh shalat
(rakaat) mu
16. Hadits dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhyallaahu’anhu :
إِنَّ السَّلاَمَ اسْمٌ
مِنْ أَسْمَاءِ اللهِ وَضَعَهُ اللهُ فِي الْأَرْضِ، فَأَفْشُوهُ بَيْنَكُمْ،
إِنَّ الرَّجُلَ إِذَا سَلَّمَ عَلَى الْقَوْمِ فَرَدُّوا عَلَيْهِ كَانَتْ
عَلَيْهِمْ فَضْلُ دَرَجَةٍ، لِأَنَّهُ ذَكَّرَهُمُ السَّلاَمَ، وَإِنْ لَمْ
يُرَدَّ عَلَيْهِ رَدَّ عَلَيْهِ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مِنْهُ وَأَطْيَبُ
“Sesungguhnya
As-Salam adalah salah satu nama Allah yang Allah letakkan di bumi, maka
sebarkanlah salam di antara kalian. Sesungguhnya bila seseorang mengucapkan
salam kepada suatu kaum, lalu mereka menjawab salamnya, maka dia memiliki
keutamaan derajat di atas mereka karena dia telah mengingatkan mereka dengan
salam. Dan bila tidak dijawab salamnya, maka akan dijawab oleh makhluk yang
lebih baik darinya.” (HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad, dikatakan oleh
Asy-Syaikh Al-Albani t dalam Shahih Al-Adabil Mufrad no. 793: shahih secara
mauquf, shahih juga secara marfu’)
17 Abu Hurairah radhyallaahu’anhu pernah mengatakan:\
أَبْخَلُ النَّاسِ
الَّذِي يَبْخَلُ بِالسَّلاَمِ
“Orang yang paling bakhil adalah orang yang bakhil untuk mengucapkan
salam.” (HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad, dikatakan oleh Asy-Syaikh
Al-Albani t dalam Shahih Al-Adabil Mufrad no. 795: shahih secara mauquf, shahih
juga secara marfu
18.Sabda Rasullullah
shallallahu’alaihi wa sallam :
سنن الترمذي ٢٦٢٤:
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ سُهَيْلِ
بْنِ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَبْدَءُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى
بِالسَّلَامِ وَإِذَا لَقِيتُمْ أَحَدَهُمْ فِي الطَّرِيقِ فَاضْطَرُّوهُمْ إِلَى
أَضْيَقِهِ
قَالَ أَبُو عِيسَى
هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ
Sunan Tirmidzi 2624: dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Janganlah kalian memulai salam
terhadap orang-orang Yahudi dan Nasrani, apbila kalian menamui salah seorang
dari mereka di jalan, maka paksalah mereka ke (jalan) yang paling sempit."
Abu Isa berkata; Hadits ini hasan shahih.
19.Hadits Rasullullah
shallallahu’alaihi wa sallam :
سنن النسائي ٢٦٧:
أَخْبَرَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ قَالَ أَنْبَأَنَا جَرِيرٌ عَنْ
الشَّيْبَانِيِّ عَنْ أَبِي بُرْدَةَ عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا لَقِيَ الرَّجُلَ مِنْ أَصْحَابِهِ
مَاسَحَهُ وَدَعَا لَهُ قَالَ فَرَأَيْتُهُ يَوْمًا بُكْرَةً فَحِدْتُ عَنْهُ
ثُمَّ أَتَيْتُهُ حِينَ ارْتَفَعَ النَّهَارُ فَقَالَ إِنِّي رَأَيْتُكَ فَحِدْتَ
عَنِّي فَقُلْتُ إِنِّي كُنْتُ جُنُبًا فَخَشِيتُ أَنْ تَمَسَّنِي فَقَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الْمُسْلِمَ لَا يَنْجُسُ
Sunan Nasa'i 267: dari Abu Burdah dari Hudzaifah berkata;
"Apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertemu dengan
sahabatnya, maka beliau bersalaman dan mendoakannya. Kemudian Hudzaifah berkata,
"Pada suatu hari aku bertemu dengan beliau shallallahu 'alaihi wasallam,
maka aku segera menghindar darinya. Kemudian aku mendatanginya saat matahari
telah tinggi, dan beliau shallallahu 'alaihi wasallam berkata kepadaku, 'Aku
melihatmu terburu-buru menghindar dariku? ' Aku berkata, "Aku sedang
junub. Aku khawatir engkau menyentuhku! ' Beliau lalu bersabda: ' Orang muslim
itu tidak najis."
20. Sabda Rasullullah
shallallahu’alahi wa sallam :
صحيح مسلم ٤٠٢٦:
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى وَيَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ وَقُتَيْبَةُ وَابْنُ
حُجْرٍ وَاللَّفْظُ لِيَحْيَى بْنِ يَحْيَى قَالَ يَحْيَى بْنُ يَحْيَى
أَخْبَرَنَا وَقَالَ الْآخَرُونَ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ وَهُوَ ابْنُ جَعْفَرٍ
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ أَنَّهُ سَمِعَ ابْنَ عُمَرَ يَقُولُا
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الْيَهُودَ إِذَا سَلَّمُوا عَلَيْكُمْ
يَقُولُ أَحَدُهُمْ السَّامُ عَلَيْكُمْ فَقُلْ عَلَيْكَ
و حَدَّثَنِي زُهَيْرُ
بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ
بْنِ دِينَارٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ بِمِثْلِهِ غَيْرَ أَنَّهُ قَالَ فَقُولُوا وَعَلَيْكَ
Shahih Muslim 4026: dari 'Abdullah bin Dinar bahwa ia mendengar
Ibnu 'Umar berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Orang-orang Yahudi, bila mereka memberi salam kepadamu, maka salah
seorang di antara mereka ada yang mengucapkan: Assaamu 'alaikum (semoga
kematian bagi kalian). Maka jawablah: 'Alaika!" Dan telah menceritakan
kepadaku Zuhair bin Harb; Telah menceritakan kepada kami 'Abdur Rahman dari
Sufyan dari 'Abdullah bin Dinar dari Ibnu 'Umar dari Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam dengan redaksi yang serupa. Hanya saja dia berkata; 'Maka ucapkanlah
oleh kalian; 'Wa Alaika.'
21. Hadits riwayat
Muslim :
صحيح مسلم ٤٠٣٠:
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ يَعْنِي
الدَّرَاوَرْدِيَّ عَنْ سُهَيْلٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَبْدَءُوا الْيَهُودَ وَلَا
النَّصَارَى بِالسَّلَامِ فَإِذَا لَقِيتُمْ أَحَدَهُمْ فِي طَرِيقٍ فَاضْطَرُّوهُ
إِلَى أَضْيَقِهِ
و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ
بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ ح و
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَأَبُو كُرَيْبٍ قَالَا حَدَّثَنَا
وَكِيعٌ عَنْ سُفْيَانَ ح و حَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ
كُلُّهُمْ عَنْ سُهَيْلٍ بِهَذَا الْإِسْنَادِ وَفِي حَدِيثِ وَكِيعٍ إِذَا
لَقِيتُمْ الْيَهُودَ وَفِي حَدِيثِ ابْنِ جَعْفَرٍ عَنْ شُعْبَةَ قَالَ فِي
أَهْلِ الْكِتَابِ وَفِي حَدِيثِ جَرِيرٍ إِذَا لَقِيتُمُوهُمْ وَلَمْ يُسَمِّ
أَحَدًا مِنْ الْمُشْرِكِينَ
Shahih Muslim 4030: dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Janganlah kalian mendahului orang-orang Yahudi dan Nasrani
memberi salam. Apabila kalian berpapasan dengan salah seorang di antara mereka
di jalan, maka desaklah dia ke jalan yang paling sempit." Dan telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna; Telah menceritakan kepada
kami Muhammad bin Ja'far; Telah menceritakan kepada kami Syu'bah; Demikian juga
diriwayatkan dari jalur yang lain; Dan telah menceritakan kepada kami Abu Bakr
bin Abu Syaibah dan Abu Kuraib keduanya berkata; Telah menceritakan kepada kami
Waki' dari Sufyan; Demikian juga diriwayatkan dari jalur yang lain; Dan telah
menceritakan kepadaku Zuhair bin Harb; Telah menceritakan kepada kami Jarir
seluruhnya dari Suhail melalui sanad ini. Dan di dalam Hadits Waki' disebutkan;
'Apabila kalian bertemu dengan orang Yahudi.' Sedangkan dalam Hadits Ibnu
Ja'far dari Syu'bah dia berkata mengenai ahlu kitab juga di dalam Hadits Jarir
dengan lafazh; 'Apabila kalian bertemu dengan mereka.' (tanpa menyebutkan salah
seorang di antara mereka).
22. Hadits yang
diriwayatkan oleh Muslim dam kitab shahihnya
صحيح مسلم ٤٠٢٥:
حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُعَاذٍ حَدَّثَنَا أَبِي ح و حَدَّثَنِي
يَحْيَى بْنُ حَبِيبٍ حَدَّثَنَا خَالِدٌ يَعْنِي ابْنَ الْحَارِثِ قَالَا
حَدَّثَنَا شُعْبَةُ ح و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَابْنُ بَشَّارٍ
وَاللَّفْظُ لَهُمَا قَالَا حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا
شُعْبَةُ قَالَ سَمِعْتُ قَتَادَةَ يُحَدِّثُ عَنْ أَنَسٍ
أَنَّ أَصْحَابَ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالُوا لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ أَهْلَ الْكِتَابِ يُسَلِّمُونَ عَلَيْنَا فَكَيْفَ نَرُدُّ
عَلَيْهِمْ قَالَ قُولُوا وَعَلَيْكُمْ
Shahih Muslim 4025: dari Anas bahwa Para sahabat Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam bertanya kepada beliau: 'Sesungguhnya Ahli Kitab
memberi salam kepada kami, bagaimana kami menjawabnya? ' Jawab beliau:
'Ucapkan: Wa'alaikum'.
Perintah Islam Untuk Saling Mengucapkan Salam
Assalamualaikum
(al-salāmu 'alaykum); selamat sejahtera ke atas kamu semua) merupakan ucapan
salam dalam bahasa Arab, dan digunakan oleh umat Islam. Ucapan ini adalah sunah
Nabi Muhammad s.a.w., yang dapat merekatkan ukhuwah Islamiyyah umat Muslim di
seluruh dunia. Memberi salam adalah sunat, sedangkan menjawabnya adalah wajib.
Allah s.w.t. berfirman
dalam Surah Al-Hasyr Ayat 23:
هُوَ اللَّهُ الَّذِي
لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلَامُ الْمُؤْمِنُ
الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا
يُشْرِكُونَ
Dialah
Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera,
Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha
Kuasa, Yang Memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka
persekutukan.(QS. Al Hasyr :23 )
Di dalam ayat ini,
al-Salam; dibaca As-Salam (Maha Sejahtera) adalah satu dari nama-nama agung
Allah s.w.t. Kini, Kita akan mencoba untuk memahami arti, keutamaan dan
penggunaan kata Salam.
Sebelum terbitnya
fajar Islam, orang Arab jahiliayah biasa menggunakan ungkapan-ungkapan yang
lain, seperti Hayakallah yang artinya semoga Allah menjagamu tetap hidup,
kemudian Islam memperkenalkan ungkapan Assalamu ‘alaikum. Artinya, semoga kamu
terselamatkan dari segala duka, kesulitan dan nestapa. Ibnu Al-Arabi di dalam
kitabnya Al-Ahkamul Qur’an mengatakan bahawa Salam adalah salah satu ciri-ciri
Allah subhanahu wa ta’ala dan bermakna Semoga Allah menjadi Pelindungmu.
Ungkapan Islami ini
lebih berbobot dibandingkan dengan ungkapan-ungkapan kasih-sayang yang
digunakan oleh umat lain. Hal ini dapat dijelaskan dengan alasan-alasan berikut
ini.
1. Salam bukan sekedar
ungkapan kasih-sayang, tetapi memberikan juga alasan dan logik kasih-sayang
yang di wujudkan dalam bentuk doa pengharapan agar anda selamat dari segala
macam duka-derita. Tidak seperti kebiasaan orang Arab jahiliyah yang mendoakan
untuk tetap hidup, tetapi Salam mendoakan agar hidup dengan penuh kebaikan.
2. Salam mengingatkan
kita bahwa kita semua bergantung kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Tidak
satupun makhluk yang dapat menghalangi atau memberikan manfaat kepada siapapun
juga tanpa perkenan Allah subhanahu wa ta’ala.
3. Perhatikanlah bahwa
ketika seseorang mengatakan kepada anda, “Aku berdoa semoga kamu sejahtera.”
Maka dia menyatakan dan berjanji bahawa anda aman dari tangan (perlakuan)nya,
lidah (lisan)nya, dan dia akan menghormati hak hidup, kehormatan, dan harga-diri
anda.
Ibnu Al-Arabi didalam
Ahkamul Qur’an mengatakan: Tahukah kamu arti Salam? Orang yang mengucapkan
Salam itu memberikan pernyataan bahawa ‘kamu tidak terancam dan aman sepenuhnya
dari diriku.’ Kesimpulannya, bahawa Salam berarti,
(1)
Mengingat (dzikr) Allah subhanahu wa ta’ala
(2)
Pengingat diri
(3)
Ungkapan kasih sayang antar sesama Muslim,
(4)
Doa yang istimewa,
dan
(5)
Pernyataan atau pemberitahuan bahawa ‘anda aman dari bahaya
tangan dan lidahku’
Sebuah
Hadith merangkumnya dengan indah:
صحيح
مسلم ٥٨: حَدَّثَنَا حَسَنٌ الْحُلْوَانِيُّ وَعَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ جَمِيعًا عَنْ
أَبِي عَاصِمٍ قَالَ عَبْدٌ أَنْبَأَنَا أَبُو عَاصِمٍ عَنْ ابْنِ جُرَيْجٍ أَنَّهُ
سَمِعَ أَبَا الزُّبَيْرِ يَقُولُ سَمِعْتُ جَابِرًا يَقُولُا
سَمِعْتُ
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ
مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
Shahih
Muslim 58: Telah menceritakan kepada kami
Hasan al-Hulwani dan Abd bin Humaid semuanya dari Abu Ashim, Abd berkata, telah
memberitakan kepada kami Abu Ashim dari Ibnu Juraij bahwa dia mendengar Abu
az-Zubair dia berkata, "Saya mendengar Jabir berkata, 'Saya mendengar Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Seorang muslim (yang sejati)
adalah orang yang mana kaum muslimin lainnya selamat dari (bahaya) lisan dan
tangannya."
Jika kita memahami
hadits ini, sudahlah cukup untuk memperbaiki semua umat Muslim. Karena itu
Rasulullah Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam sangat menekankan penyebaran pengucapan Salam
antar sesama Muslim dan beliau menyebutnya sebagai perbuatan baik yang paling
utama diantara perbuatan-perbuatan baik yang di kerjakan. Ada beberapa Sabda
Rasulullah shallallahu’alahi wa sallam yang menjelaskan pentingnya ucapan salam
antara sesama Muslim.
Diriwayatkan oleh Abu
Hurairah radhyallahu’anhu bahwa Hadits Rasullah shallallahu’alahihi wa sallam
صحيح مسلم ٨١: حَدَّثَنَا
أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ وَوَكِيعٌ عَنْ الْأَعْمَشِ
عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلَا تُؤْمِنُوا
حَتَّى تَحَابُّوا أَوَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ
أَفْشُوا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ
و حَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ
حَرْبٍ أَنْبَأَنَا جَرِيرٌ عَنْ الْأَعْمَشِ بِهَذَا الْإِسْنَادِ قَالَ قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا تَدْخُلُونَ
الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا بِمِثْلِ حَدِيثِ أَبِي مُعَاوِيَةَ وَوَكِيعٍ
Shahih Muslim 81: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar
bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah dan Waki' dari
al-A'masy dari Abu Shalih dari Abu Hurairah dia berkata, "Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Kalian tidak akan masuk surga
hingga kalian beriman, dan tidaklah kalian beriman hingga kalian saling
menyayangi. Maukah kalian aku tunjukkan kepada sesuatu, apabila kalian
mengerjakannya niscaya kalian akan saling menyayangi. Sebarkanlah salam di
antara kalian." Dan telah menceritakan kepadaku Zuhair bin Harb telah
memberitakan kepada kami Jarir dari al-A'masy dengan sanad ini. Dia berkata,
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Demi Dzat yang
jiwaku berada di tangan-Nya, kalian tidak akan masuk surga hingga kalian
beriman, " sebagaimana hadits Abu Mu'awiyah dan Waki'."
Abdullah bin Amr
radhyallaahu’anhu mengisahkan bahwa seseorang bertanya kepada Rasulullah
shalallahu’alahi wa sallam :
صحيح البخاري ١١: حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ خَالِدٍ قَالَ حَدَّثَنَا
اللَّيْثُ عَنْ يَزِيدَ عَنْ أَبِي الْخَيْرِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُمَا
أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَيُّ الْإِسْلَامِ خَيْرٌ قَالَ تُطْعِمُ الطَّعَامَ وَتَقْرَأُ السَّلَامَ عَلَى
مَنْ عَرَفْتَ وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْ
Shahih Bukhari 11: Telah
menceritakan kepada kami 'Amru bin Khalid berkata, Telah menceritakan kepada
kami Al Laits dari Yazid dari Abu Al Khair dari Abdullah bin 'Amru; Ada
seseorang yang bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam; "Islam
manakah yang paling baik?" Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab:
"Kamu memberi makan, mengucapkan salam kepada orang yang kamu kenal dan
yang tidak kamu kenal".
Abu Umammah
radhyallahu’anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam
bersabda:
سنن الترمذي ٢٦١٨: حَدَّثَنَا
عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ أَخْبَرَنَا قُرَّانُ بْنُ تَمَّامٍ الْأَسَدِيُّ عَنْ أَبِي فَرْوَةَ
قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ
الرَّجُلَانِ يَلْتَقِيَانِ أَيُّهُمَا يَبْدَأُ بِالسَّلَامِ فَقَالَ أَوْلَاهُمَا
بِاللَّهِ
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا
حَدِيثٌ حَسَنٌ قَالَ مُحَمَّدٌ أَبُو فَرْوَةَ الرَّهَاوِيُّ مُقَارِبُ الْحَدِيثِ
إِلَّا أَنَّ ابْنَهُ مُحَمَّدَ بْنَ يَزِيدَ يَرْوِي عَنْهُ مَنَاكِيرَ
Sunan Tirmidzi 2618: dari Abu Umamah ia berkata; "Dikatakan;
"Wahai Rasulullah, Ada dua orang yang bertemu, mana diantara keduanya yang
lebih dulu memulai salam?" Beliau menjawab: "Yang paling dekat dengan
(rahmat) Allah di antara keduanya." Abu Isa berkata; Hadits ini hasan.
Muhammad mengatakan; Abu Farwah Ar Rahawi riwayat haditsnya muqarrib (mendekati
shahih), hanya saja putranya, Muhammad bin Yazid, meriwayatkan hadits-hadits
munkar darinya.
Abdullah bin Mas’ud
radhyallaahu’anhu meriwayatkan bahawa Rasulullah shallallahu’alaihi wa
sallam bersabda,
“Salam
adalah salah satu Asma Allah SWT yang telah Allah turunkan ke bumi, maka
tebarkanlah salam. Ketika seseorang memberi salam kepada yang lain, darjatnya
ditinggikan dihadapan Allah. Jika jama’ah suatu majlis tidak menjawab ucapan
salamnya maka makhluk yang lebih baik dari merekalah (yakni para malaikat) yang
menjawab ucapan salam.” (Musnad Al Bazar, Al Mu’jam Al Kabir oleh At
Tabrani)
Abu Hurairah
meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda
“Orang kikir yang sebenar-benarnya kikir ialah
orang yang kikir dalam menyebarkan Salam.”
Allah subahanahu wa
ta’ala berfirman didalam Al-Qur’an Surat
An-Nisa Ayat 86:
وَإِذَا حُيِّيْتُم
بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّواْ بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا إِنَّ اللّهَ كَانَ
عَلَى كُلِّ شَيْءٍ حَسِيبًا
Apabila
kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan
itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan
yang serupa) [327]. Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu.(
QS.An Nisaa : 86 )
Keterangan :
[327] Penghormatan
dalam Islam ialah : dengan mengucapkan "Assalamu'alaikum".
Demikianlah Allah
subhanahu wa ta;ala memerintahkan agar
seseorang membalas dengan ucapan yang setara atau yang lebih baik. Hal ini
telah dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu’alahi wa sallam dalam sebuah
hadits beliau :
سنن أبي داوود ٤٥٢١: حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ كَثِيرٍ أَخْبَرَنَا جَعْفَرُ بْنُ سُلَيْمَانَ عَنْ عَوْفٍ عَنْ أَبِي
رَجَاءٍ عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ قَالَ
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ فَرَدَّ عَلَيْهِ
السَّلَامَ ثُمَّ جَلَسَ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَشْرٌ
ثُمَّ جَاءَ آخَرُ فَقَالَ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ فَرَدَّ عَلَيْهِ
فَجَلَسَ فَقَالَ عِشْرُونَ ثُمَّ جَاءَ آخَرُ فَقَالَ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ
اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ فَرَدَّ عَلَيْهِ فَجَلَسَ فَقَالَ ثَلَاثُونَ
حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ
سُوَيْدٍ الرَّمْلِيُّ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي مَرْيَمَ قَالَ أَظُنُّ أَنِّي سَمِعْتُ
نَافِعَ بْنَ يَزِيدَ قَالَ أَخْبَرَنِي أَبُو مَرْحُومٍ عَنْ سَهْلِ بْنِ مُعَاذِ
بْنِ أَنَسٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَعْنَاهُ
زَادَ ثُمَّ أَتَى آخَرُ فَقَالَ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
وَمَغْفِرَتُهُ فَقَالَ أَرْبَعُونَ قَالَ هَكَذَا تَكُونُ الْفَضَائِلُ
Sunan Abu Daud 4521: dari Imran bin Hushain ia berkata,
"Seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan
mengucapkan, "Assalamu Alaikum?" Beliau membalas salam orang tersebut
lalu duduk, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kemudian bersabda: "Sepuluh."
Setelah itu ada seseorang datang dan mengucapkan salam, "Assalamu Alaikum
wa Rahmatullah." Beliau membalas salam orang tersebut lalu duduk, beliau
bersabda: "Dua puluh." Setelah itu ada lagi orang datang dan
mengucapakan salam, "Assalamu Alaikum Wa Rahmatullahi Wa barakatuh."
Beliau membalas salam orang tersebut lalu duduk, beliau bersabda: "Tiga
puluh." Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Suwaid Ar Ramli berkata,
telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Maryam berkata, "Aku mengira,
bahwa aku mendengar Nafi' bin Yazid berkata; telah mengabarkan kepadaku Abu
Marhum dari Sahl bin Mu'adz bin Anas dari Bapaknya dari Nabi shallallahu
'alaihi wasallam dengan makna yang sama. Ia menambahkan, "Kemudian datang
orang lain dan mengucapkan "Assalamu Alaikum Wa Rahmatullah Wa Barakaatuhu
Wa Maghfiratuh." Beliau lalu bersabda: "Empat puluh." Imran
berkata, "Seperti inilah fadilah."
Hadits yang lain
menyebutkan sabda Rasullullah shallahu’alaihi wa sallam :
Suatu
hari ketika Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam sedang duduk bersama para sahabatnya,
seseorang datang dan mengucapkan, “Assalaamu’alaikum.” Maka Rasulullah
shallallahu’alaihi wa sallam pun membalas dengan ucapan “Wa’alaikum salaam wa
rahmah” Orang kedua datang dengan mengucapkan “Assalaamu’alikum wa rahmatullah”
Maka Rasulullah membalas dengan, “Wa’alaikum salaam wa rahmatullah wabarakatuh”
. Ketika orang ketiga datang dan mengucapkan “Assalaamu’alikum wa rahmatullah
wabarakatuhu.” Rasulullah shallallahu;alaihi wa sallam menjawab: ”Wa’alaika”.
Orang yang ketiga pun terperanjat dan bertanya, namun tetap dengan
kerendah-hatian, “Wahai Rasulullah, ketika mereka mengucapkan Salam yang
ringkas kepadamu, Engkau membalas dengan Salam yang lebih baik kalimatnya.
Sedangkan aku memberi Salam yang lengkap kepadamu, aku terkejut Engkau
membalasku dengan sangat singkat hanya dengan wa’alaika.” Rasulullah
shallallahu’alaihi wa sallam menjawab, “Engkau sama sekali tidak menyisakan
ruang bagiku untuk yang lebih baik. Kerana itulah aku membalasmu dengan ucapan
yang sama sebagaimana yang di jabarkan Allah didalam Al-Qur’an.”
Dengan demikian kita
dapat mengambil kesimpulan bahawa, membalas Salam dengan tiga frasa (anak
kalimat) itu hukumnya Sunnah, yaitu cara yang dilakukan Nabi Muhammad
shallallahu’alaihi wa sallam. Kebijaksanaan membatasi Salam dengan tiga frasa
ini karena Salam dimaksudkan sebagai komunikasi ringkas bukannya pembicaraan
panjang.
Di dalam ayat ini
Allah subhanahu wa ta’ala menggunakan
kalimat objektif tanpa menunjuk subjeknya. Dengan demikian Al-Qur’an
mengajarkan etik membalas penghormatan. Di sini secara tidak langsung kita
diperintah untuk saling memberi salam. Tidak adanya subjek menunjukkan bahawa
hal saling memberi salam adalah kebiasaan dan wajar yang selalu dilakukan oleh
orang-orang beriman. Tentu sahaja yang mengawali mengucapkan salamlah yang
lebih dekat kepada Allah subhanahu wa ta’ala
sebagaimana sudah dijelaskan diatas.
Hasan Basri
menyimpulkan bahwa:
"Mengawali mengucapkan salam sifatnya adalah
sukarela, sedangkan membalasnya adalah kewajiban” Disebutkan didalam Muwattha’
Imam Malik, diriwayatkan oleh Tufail bin Ubai bin Ka’ab bahwa, Abdullah bin
Umar radhyallahu’anhu biasa pergi ke pasar hanya untuk memberi salam kepada
orang-orang disana tanpa ada keperluan membeli atau menjual apapun. Ia
benar-benar memahami erti penting mengawali mengucapkan salam."
Pada bahagian kalimat
terakhir Surah An-Nisa ayat 86, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
Sesungguhnya
Allah akan memperhitungkan setiap yang kamu kerjakan.
Di sini, mendahului
memberi salam dan membalasnya juga termasuk yang diperhitungkan. Maka kita
hendaknya menyukai mendahului memberi salam. Sama halnya kita harus membalas
salam demi menyenangkan Allah subhanahu wa ta’ala dan menyuburkan kasih-sayang diantara kita
semua.
Adab-adab Kesopanan Bersalam
Islam itu sesungguhnya
adalah agama yang indah dengan segala kesempurnaannya, hal-hal yang sekecil
apapun telah diatur bagi umatnya agar tidak mengalami kesulitan dalam
bertindak, termasuk dalam hal bagaimana adab-adab kesopanan dalam bersalam
terhadap sesama saudara muslim lainnya.
1.Islam
memerintahkan kepada umatnya agar mendahului memberikan ucapan salam apabila
berjumpa dengan sesama saudara muslim lainnya, hal ini sejalan
dengan dengan hadits dari Abu Umamah iaitu Shudai bin 'Ajlan al-Bahili r.a.,
katanya: "Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
"Sesungguhnya seutama-utama manusia dengan
Allah - yakni yang lebih berhak mendekat kepada Allah - ialah orang yang
memulai memberikan salam di kalangan mereka itu."
Diriwayatkan oleh Imam
Abu Dawud dengan isnad yang baik. Ini juga diriwayatkan oleh Imam Termidzi dari
Abu Umamah pula, demikian riwayatnya: Rasulullah s.a.w. ditanya:
سنن الترمذي ٢٦١٨: حَدَّثَنَا
عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ أَخْبَرَنَا قُرَّانُ بْنُ تَمَّامٍ الْأَسَدِيُّ عَنْ أَبِي فَرْوَةَ
يَزِيدَ بْنِ سِنَانٍ عَنْ سُلَيْمِ بْنِ عَامِرٍ عَنْ أَبِي أُمَامَةَ قَالَ
قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ
الرَّجُلَانِ يَلْتَقِيَانِ أَيُّهُمَا يَبْدَأُ بِالسَّلَامِ فَقَالَ أَوْلَاهُمَا
بِاللَّهِ
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا
حَدِيثٌ حَسَنٌ قَالَ مُحَمَّدٌ أَبُو فَرْوَةَ الرَّهَاوِيُّ مُقَارِبُ الْحَدِيثِ
إِلَّا أَنَّ ابْنَهُ مُحَمَّدَ بْنَ يَزِيدَ يَرْوِي عَنْهُ مَنَاكِيرَ
Sunan Tirmidzi 2618: dari Abu Umamah ia berkata; "Dikatakan;
"Wahai Rasulullah, Ada dua orang yang bertemu, mana diantara keduanya yang
lebih dulu memulai salam?" Beliau menjawab: "Yang paling dekat dengan
(rahmat) Allah di antara keduanya." Abu Isa berkata; Hadits ini hasan.
Muhammad mengatakan; Abu Farwah Ar Rahawi riwayat haditsnya muqarrib (mendekati
shahih), hanya saja putranya, Muhammad bin Yazid, meriwayatkan hadits-hadits
munkar darinya.
2.Islam
juga mengarahkan agar orang yang
berkendaraan harus memberi salam kepada pejalan-kaki.
3.Orang
yang berjalan kaki memberi salam kepada yang duduk.
4.Kelompok yang lebih sedikit
memberi salam kepada kelompok yang lebih banyak jumlahnya.
Arahan tersebut sesuai dengan hadits dari
Rasullullah shallallahu’alaihi wa salla \dari Abu Hurairah radhyallahu’anhu
bahwasanya Rasullullah shallallahu’alahi wa sallam bersabda :
صحيح
البخاري ٥٧٦٥: حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ أَخْبَرَنَا رَوْحُ بْنُ عُبَادَةَ
حَدَّثَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ قَالَ أَخْبَرَنِي زِيَادٌ أَنَّ ثَابِتًا أَخْبَرَهُ وَهُوَ
مَوْلَى عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ زَيْدٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
عَنْ
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ يُسَلِّمُ الرَّاكِبُ
عَلَى الْمَاشِي الْمَاشِي عَلَى الْقَاعِدِ وَالْقَلِيلُ عَلَى الْكَثِيرِ
Shahih Bukhari 5765: dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dari
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: "Hendaknya orang
yang berkendaraan memberi salam kepada yang berjalan, dan yang berjalan kepada
yang duduk dan (rombongan) yang sedikit kepada (rombongan) yang banyak."
5.
Orang yang berombongan bertemu dengan rombongan
yang lain sudah mencukupi apabila salah seorang diantara mereka mengucapkan
salam dan yang membalasnya juga cukup seorang saja, sebagaimana hadits :
سنن أبي داوود ٤٥٣٤: حَدَّثَنَا
الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الْجُدِّيُّ
حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ خَالِدٍ الْخُزَاعِيُّ قَالَ حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ
الْمُفَضَّلِ حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي رَافِعٍ عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي
طَالِبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ أَبُو دَاوُد رَفَعَهُ الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ
قَالَ يُجْزِئُ عَنْ الْجَمَاعَةِ
إِذَا مَرُّوا أَنْ يُسَلِّمَ أَحَدُهُمْ وَيُجْزِئُ عَنْ الْجُلُوسِ أَنْ يَرُدَّ
أَحَدُهُمْ
Sunan Abu Daud 4534:
Telah menceritakan kepada kami Al Hasan bin Ali berkata, telah menceritakan
kepada kami Abdul Malik bin Ibrahim Al Juddi berkata, telah menceritakan kepada
kami Sa'id bin Khalid Al Khuza'i ia berkata; telah menceritakan kepadaku
Abdullah Ibnul Mufadhdhal berkata, telah menceritakan kepada kami Ubaidullah
bin Abu Rafi' dari Ali bin Abu Thalib radliallahu 'anhu -Abu Dawud berkata; Al
Hasan bin Ali telah memarfu'kannya- ia berkata, "Telah cukup untuk suatu
rombongan jika salah seorang dari mereka mengucapkan salam saat mereka
melintas, dan telah cukup pula jika salah seorang dari orang-orang yang duduk
membalas salam."
6.Memasuki
dan Meninggalkan Tempat/Pamitan.
Mereka yang akan
memasuki majelis atau meninggalkan
tempat memberi salam kepada yang tinggal.Sunnahnya memberikan Salam jikalau
berdiri meninggalkan majlis dan memisahkan diri kepada kawan-kawan duduknya, banyak
ataupun seorang . Ini sejalan dengan
sabda rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam :
سنن أبي داوود ٤٥٣٢: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ
حَنْبَلٍ وَمُسَدَّدٌ قَالَا حَدَّثَنَا بِشْرٌ يَعْنِيَانِ ابْنَ الْمُفَضَّلِ
عَنْ ابْنِ عَجْلَانَ عَنْ الْمَقْبُرِيِّ قَالَ مُسَدَّدٌ سَعِيدُ بْنُ أَبِي
سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيُّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا انْتَهَى أَحَدُكُمْ إِلَى الْمَجْلِسِ
فَلْيُسَلِّمْ فَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَقُومَ فَلْيُسَلِّمْ فَلَيْسَتْ الْأُولَى
بِأَحَقَّ مِنْ الْآخِرَةِ
Sunan Abu Daud 4532: Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin
Hanbal dan Musaddad keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Bisyr
-yang dimaksud oleh keduanya adalah Bisyr bin Al Mufadhdhal- dari Ibnu Ajlan
dari Al Maqburi -Musaddad berkata; Said bin Abu Said Al Maqburi- dari Abu
Hurairah ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Jika salah seorang dari kalian sampai pada suatu majlis hendaklah ia
mengucapkan salam, dan jika akan bangkit hendaklah mengucapkan salam, dan
tidaklah yang pertama itu lebih berhak dari yang terakhir."
7.Memasuki Majelis-Pertemuan.
Memberikan salam apabila memasuki
majelis pertemuan yang di dalamnya terdapat berbagai campuran antara kaum
Muslimin dan kaum kafir, sebagaimana hadits dari
Usamah r.a. bahawasanya Nabi s.a.w. berjalan melalui suatu majlis - pertemuan,
yang di dalamnya terdapat berbagai campuran antara kaum Muslimin dan kaum
musyrikin iaitu para penyembah berhala dan ada pula orang Yahudi, lalu Nabi
s.a.w. memberikan salam kepada mereka." (Muttafaq 'alaih)
8.Meminta izin untuk memasuki rumah dengan mengucapkan salam.
Allah Ta'ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَدْخُلُوا بُيُوتًا
غَيْرَ بُيُوتِكُمْ حَتَّى تَسْتَأْنِسُوا وَتُسَلِّمُوا عَلَى أَهْلِهَا ذَلِكُمْ
خَيْرٌ لَّكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu
sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu
lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.(QS.An Nuur : 27 )
Siapa saja yang akan
memasuki rumah seseorang untuk keperluan apa saja diperintahkan terlebih dahulu
untuk meminta izin dengan cara mengucapkan salam, sebagaimana yang diajarkan
Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam kepada sahabat beliau dalam hadits
yang diriwayatkan oleh Abu Daud :
سنن أبي داوود ٤٥٠٨: حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ
حَدَّثَنَا أَبُو الْأَحْوَصِ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ رِبْعِيٍّ قَالَ حَدَّثَنَا رَجُلٌ
مَنْ بَنِي عَامِرٍ
أَنَّهُ اسْتَأْذَنَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ وَهُوَ فِي بَيْتٍ فَقَالَ أَلِجُ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ لِخَادِمِهِ اخْرُجْ إِلَى هَذَا فَعَلِّمْهُ الِاسْتِئْذَانَ فَقُلْ لَهُ
قُلْ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ أَأَدْخُلُ فَسَمِعَهُ الرَّجُلُ فَقَالَ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ
أَأَدْخُلُ فَأَذِنَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَدَخَلَ
حَدَّثَنَا هَنَّادُ بْنُ السَّرِيِّ عَنْ أَبِي الْأَحْوَصِ عَنْ
مَنْصُورٍ عَنْ رِبْعِيِّ بْنِ حِرَاشٍ قَالَ حُدِّثْتُ أَنَّ رَجُلًا مَنْ بَنِي عَامِرٍ
اسْتَأْذَنَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَعْنَاهُ قَالَ
أَبُو دَاوُد وَكَذَلِكَ حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ مَنْصُورٍ
عَنْ رِبْعِيٍّ وَلَمْ يَقُلْ عَنْ رَجُلٍ مِنْ بَنِي عَامِرٍ حَدَّثَنَا عُبَيْدُ
اللَّهِ بْنُ مُعَاذٍ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ رِبْعِيٍّ
عَنْ رَجُلٍ مَنْ بَنِي عَامِرٍ أَنَّهُ اسْتَأْذَنَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَعْنَاهُ قَالَ فَسَمِعْتُهُ فَقُلْتُ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ
أَأَدْخُلُ
Sunan Abu Daud 4508: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah berkata, telah
menceritakan kepada kami Abul Ahwash dari Manshur dari Rib'i ia berkata; telah
menceritakan kepada kami seorang laki-laki dari Bani Amir Bahwasanya ia pernah
minta izin kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam saat beliau di dalam rumah.
Ia berkata, "Bolehkah saya masuk?" Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
lalu berkata kepada pelayannya: "Temuilah orang ini dan ajari dia cara
minta izin. Suruh dia mengucapkan 'Assalamu 'Alaikum, bolehkah saya
masuk?" laki-laki itu mendengar perkataan Nabi hingga ia pun mengucapkan,
"Assalamu 'Alaikum, bolehkah saya masuk?" Akhirnya Nabi shallallahu
'alaihi wasallam memberi izin, dan ia pun masuk." Telah menceritakan
kepada kami Hannad bin As Sari dari Abul Ahwash dari Manshur dari Rib'I bin
Hirasy ia berkata; Aku mendapat cerita bahwa ada seorang laki-laki dari bani
Amir memohon izin kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.. maka ia
menceritakan dengan makna yang sama dengan hadits tersebut. Abu Dawud berkata,
"Seperti itu pula, telah menceritakan kepada kami Musaddad berkata, telah
menceritakan kepada kami Abu Awanah dari Manshur dari Rib'i dan ia tidak
menyebutkan 'dari seorang laki-laki bani Amir'. Telah menceritakan kepada kami
Ubaidullah bin Mu'adz berkata, telah menceritakan kepada kami Bapakku berkata,
telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Manshur dari Rib'i dari seorang
laki-laki bani Amir Bahwasanya ia memohon izin kepada Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam, dengan makna yang sama. Ia berkata, "Aku mendengar ucapan
beliau, maka aku pun mengucapkan, "Assalamu 'Alaikum, bolehkah aku masuk? '
Rasullullah shallallahu’alahi wa sallam melarang menemui
masuk kerumah beliau sahabat yang tidak mengucapkan salam terlebih dahulu,
sebagaimana yang disebutkan dalam hadits
:
Dari
Kildah bin al-Hanbal r.a., katanya: "Saya mendatangi Nabi s.a.w. lalu saya
masuk padanya dan saya tidak mengucapkan salam, lalu Nabi s.a.w. bersabda:
"Kembalilah dan ucapkanlah: Assalamu 'alaikum. Apakah saya boleh
masuk?"
Diriwayatkan
oleh Imam-imam Abu Dawud dan Termidzi dan Termidzi mengatakan bahawa ini adalah
Hadis hasan.
Berdasarkan petunjuk
dari Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam,bahwa seseorang yang meminta izin
untuk massuk kerumah seseorang apabila sampai tiga kali mengucapkan salam namun
tidak ada jawaban, maka ia tidak diperbolehkan masuk, sesuai dengan hadits dari
Tarmidzi :
سنن الترمذي ٢٦١٤: حَدَّثَنَا
سُفْيَانُ بْنُ وَكِيعٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْأَعْلَى بْنُ عَبْدِ الْأَعْلَى عَنْ
الْجُرَيْرِيِّ عَنْ أَبِي نَضْرَةَ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ
اسْتَأْذَنَ أَبُو مُوسَى
عَلَى عُمَرَ فَقَالَ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ أَأَدْخُلُ قَالَ عُمَرُ وَاحِدَةٌ ثُمَّ
سَكَتَ سَاعَةً ثُمَّ قَالَ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ أَأَدْخُلُ قَالَ عُمَرُ ثِنْتَانِ
ثُمَّ سَكَتَ سَاعَةً فَقَالَ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ أَأَدْخُلُ فَقَالَ عُمَرُ ثَلَاثٌ
ثُمَّ رَجَعَ فَقَالَ عُمَرُ لِلْبَوَّابِ مَا صَنَعَ قَالَ رَجَعَ قَالَ عَلَيَّ بِهِ
فَلَمَّا جَاءَهُ قَالَ مَا هَذَا الَّذِي صَنَعْتَ قَالَ السُّنَّةُ قَالَ آلسُّنَّةُ
وَاللَّهِ لَتَأْتِيَنِّي عَلَى هَذَا بِبُرْهَانٍ أَوْ بِبَيِّنَةٍ أَوْ لَأَفْعَلَنَّ
بِكَ قَالَ فَأَتَانَا وَنَحْنُ رُفْقَةٌ مِنْ الْأَنْصَارِ فَقَالَ يَا مَعْشَرَ الْأَنْصَارِ
أَلَسْتُمْ أَعْلَمَ النَّاسِ بِحَدِيثِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَلَمْ يَقُلْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الِاسْتِئْذَانُ
ثَلَاثٌ فَإِنْ أُذِنَ لَكَ وَإِلَّا فَارْجِعْ فَجَعَلَ الْقَوْمُ يُمَازِحُونَهُ
قَالَ أَبُو سَعِيدٍ ثُمَّ رَفَعْتُ رَأْسِي إِلَيْهِ فَقُلْتُ فَمَا أَصَابَكَ فِي
هَذَا مِنْ الْعُقُوبَةِ فَأَنَا شَرِيكُكَ قَالَ فَأَتَى عُمَرَ فَأَخْبَرَهُ بِذَلِكَ
فَقَالَ عُمَرُ مَا كُنْتُ عَلِمْتُ بِهَذَا
وَفِي الْبَاب عَنْ عَلِيٍّ
وَأُمِّ طَارِقٍ مَوْلَاةِ سَعْدٍ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ
وَالْجُرَيْرِيُّ اسْمُهُ سَعِيدُ بْنُ إِيَاسٍ يُكْنَى أَبَا مَسْعُودٍ وَقَدْ رَوَى
هَذَا غَيْرُهُ أَيْضًا عَنْ أَبِي نَضْرَةَ وَأَبُو نَضْرَةَ الْعَبْدِيُّ اسْمُهُ
الْمُنْذِرُ بْنُ مَالِكِ بْنِ قُطَعَةَ
Sunan Tirmidzi 2614: dari Abu Nadlrah dari Abu Sa'id ia berkata;
Abu Musa meminta izin kepada Umar, sambil berucap; "ASSALAAMU'ALAIKUM,
apakah aku boleh masuk?" Umar berkata; "Satu, setelah itu ia diam
sesaat." Selanjutnya Abu Musa mengucapkan; "ASSALAAMU'ALAIKUM, apakah
aku boleh masuk?" Umar berkata; "Dua, setelah itu ia diam
sesaat." Abu Musa mengulanginya; "ASSALAAMU'ALAIKUM, apakah aku boleh
masuk?" Umar berkata; "Tiga." Setelah itu Abu Musa beranjak
pergi, lalu Umar berkata kepada penjaga pintu; "Apa yang ia lakukan?"
Penjaga pintu menjawab; "Ia sudah beranjak pergi." Umar berkata;
"Suruh ia dating kembali." Saat Abu Musa datang, Umar bertanya:
"Apa yang telah kamu lakukakn?" Abu Musa menjawab;
"Sunnah." Umar berkata; "Sunnah? demi Allah, kamu harus membawa
bukti atau aku akan menghukummu." Abu Sa'id melanjutkan; "Lalu Abu
Musa mendatangi kami, sementara kami tengah bersama beberapa orang Anshar, Abu
Musa berkata; "Wahai sekalian kaum Anshar, bukankah kalian yang paling
tahu tentang hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam?, bukankah
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda: "Meminta izin itu
tiga kali, bila kamu diizinkan (silahkan masuk) dan bila tidak, maka
kembalilah." Orang-orangpun mencandainya. Abu Sa'id berkata; Lalu aku
mengangkat kepalaku, aku bertanya: "Apakah kamu akan mendapatkan hukuman
karena masalah ini?, sungguh aku akan menyertaimu." Ia mendatangi Umar
lalu memberitahukannya. Umar berkata; Aku belum mengetahui mengenai masalah
ini. Dalam hal ini ada hadits serupa dari Ali dan Ummu Thariq budak milik
Sa'ad. Abu Isa berkata; Hadits ini hasan shahih. Nama Al Jurairi adalah Sa'id
bin Iyas, julukannya Abu Mas'ud. Yang lain juga meriwayatkan hadits ini dari
Abu Nadlrah Al Abdi, namnya adalah Al Mundzir bin Malik bin Qatha'ah.
9. Memberi Salam Tidak Sampai Mengganggu Orang
Tidur
Rasullullah
shallallahu’alaihi wa sallam memberikan tuntunan dalam mengucapkan salam
hendaknya tidak menggunakan suara yang keras sehingga membangunkan orang yang
lagi tidur. Hal ini disebutkan dalam hadits dari Tirmidzi:
سنن الترمذي ٢٦٤٣: حَدَّثَنَا
سُوَيْدٌ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْمُبَارَكِ أَخْبَرَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ
الْمُغِيرَةِ حَدَّثَنَا ثَابِتٌ الْبُنَانِيُّ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي لَيْلَى عَنْ
الْمِقْدَادِ بْنِ الْأَسْوَدِ قَالَ
أَقْبَلْتُ أَنَا وَصَاحِبَانِ
لِي قَدْ ذَهَبَتْ أَسْمَاعُنَا وَأَبْصَارُنَا مِنْ الْجَهْدِ فَجَعَلْنَا نَعْرِضُ
أَنْفُسَنَا عَلَى أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَيْسَ
أَحَدٌ يَقْبَلُنَا فَأَتَيْنَا النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَتَى
بِنَا أَهْلَهُ فَإِذَا ثَلَاثَةُ أَعْنُزٍ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ احْتَلِبُوا هَذَا اللَّبَنَ بَيْنَنَا فَكُنَّا نَحْتَلِبُهُ فَيَشْرَبُ
كُلُّ إِنْسَانٍ نَصِيبَهُ وَنَرْفَعُ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
نَصِيبَهُ فَيَجِيءُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ اللَّيْلِ
فَيُسَلِّمُ تَسْلِيمًا لَا يُوقِظُ النَّائِمَ وَيُسْمِعُ الْيَقْظَانَ ثُمَّ يَأْتِي
الْمَسْجِدَ فَيُصَلِّي ثُمَّ يَأْتِي شَرَابَهُ فَيَشْرَبُهُ
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا
حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ
Sunan
Tirmidzi 2643: dari Al Miqdad bin Al
Aswad ia berkata; Aku pergi bersama dua temanku, pendengaran dan penglihatan
kami sudah tiada karena faktor keletihan (karena kelaparan), kami menawarkan
diri kepada para sahabat nabi shallallahu 'alaihi wasallam, tapi tidak seorang
pun menerima kami, lalu kami mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, maka
beliau membawa kami menuju keluarga beliau, di sana ada tiga kambing, nabi
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Perahlah susu ini untuk
kita." Kami memerahnya lalu masing-masing meminum bagiannya, kami
mengangkat bagian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, pada malam harinya
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tiba, beliau mengucapkan salam dengan
salam yang tidak membangunkan orang tidur dan bisa didengar oleh yang terjaga.
Setelah itu beliau pergi ke masjid lalu shalat, selanjutnya beliau mendatangi
minuman beliau kemudian meminumnya. Abu Isa berkata; Hadits ini hasan shahih.
10.Larangan
Mengucapkan Salam Pada Kondisi/Saat Tertentu
Rasullullah
shallallahu’alaihi wa sallam melarang
seseorang untuk menjawab salam ( Pengecualian kewajiban menjawab salam):
a.Ketika sedang solat.
Membalas ucapan salam
ketika solat membatalkan solatnya. Sebagaimana sabda Rasullullah s
سنن النسائي ١٢٠٥:
أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمَّارٍ قَالَ حَدَّثَنَا ابْنُ
أَبِي غَنِيَّةَ وَاسْمُهُ يَحْيَى بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ وَالْقَاسِمُ بْنُ
يَزِيدَ الْجَرْمِيُّ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ الزُّبَيْرِ بْنِ عَدِيٍّ عَنْ
كُلْثُومٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ وَهَذَا حَدِيثُ الْقَاسِمِ قَالَ
كُنْتُ آتِي النَّبِيَّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يُصَلِّي فَأُسَلِّمُ عَلَيْهِ
فَيَرُدُّ عَلَيَّ فَأَتَيْتُهُ فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ وَهُوَ يُصَلِّي فَلَمْ
يَرُدَّ عَلَيَّ فَلَمَّا سَلَّمَ أَشَارَ إِلَى الْقَوْمِ فَقَالَ إِنَّ اللَّهَ
عَزَّ وَجَلَّ يَعْنِي أَحْدَثَ فِي الصَّلَاةِ أَنْ لَا تَكَلَّمُوا إِلَّا
بِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا يَنْبَغِي لَكُمْ وَأَنْ تَقُومُوا لِلَّهِ قَانِتِينَ
Sunan Nasa'i 1205: dari 'Abdullah bin Mas'ud dia berkata;
"Aku datang kepada Rasulullah Shalallah 'Alaihi Wa Sallam yang sedang
shatat lalu memberi salam kepadanya, dan beliau membalas salamku. Disaat yang
lain, aku datang kepada beliau yang sedang shalat, dan beliau tidak membalas
salamku. Setelah salam, beliau mengisyaratkan kepada kaum lalu bersabda: 'Allah
Azza wa Jalla telah menetapkan hukum perihal shalat yaitu, agar kalian jangan
berbicara kecuali dzikir kepada Allah dan apa yang patut bagi kalian, serta
agar kalian berdiri tegak kepada Allah dengan tunduk'."
b..Khatib
yang sedang berhotbah,
orang yang sedang membaca Al-Quran, atau seseorang yang sedang mengumandangkan
Adzan atau Iqamah, atau sedang mengajarkan kitab-kitab Islam.
c.Ketika sedang buang air atau berada di bilik
mandi.Sebagaimana yang disebutkan dalam Sunan Nasa’i :
سنن النسائي ٣٨:
أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ قَالَ حَدَّثَنَا مُعَاذُ بْنُ مُعَاذٍ قَالَ
أَنْبَأَنَا سَعِيدٌ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ الْحَسَنِ عَنْ حُضَيْنٍ أَبِي سَاسَانَ
عَنْ الْمُهَاجِرِ بْنِ قُنْفُذٍ
أَنَّهُ سَلَّمَ عَلَى
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَبُولُ فَلَمْ يَرُدَّ
عَلَيْهِ حَتَّى تَوَضَّأَ فَلَمَّا تَوَضَّأَ رَدَّ عَلَيْهِ
Sunan Nasa'i 38: dari Al Hasan dari Hudlain Abu Saasan dari
Al Muhajir bin Qunfudz " Ia pernah memberi salam kepada Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam ketika ia sedang buang air kecil, dan Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam tidak membalas salamnya. Setelah berwudlu beliau
membalas salamnya."
11. Berusaha Membalas Salam
Dengan yang Lebih Baik atau Minimal sama dengan yang diucapkan oleh pemberi
salam
Maksudnya, tidak layak kita membalas salam orang lain dengan salam yang
lebih sedikit. Sebagaimana Allah berfirman yang
-
وَإِذَا حُيِّيْتُم بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّواْ بِأَحْسَنَ
مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ حَسِيبًا
penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang
lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa) [327].
Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu. ( QS. An Nisaa : 86 )
Keterangan :
[327] Penghormatan dalam Islam ialah : dengan mengucapkan
"Assalamu'alaikum".
12. Larangan
Menyampaikan Salam Kepada Orang Kafir
Rasullullah
shallallahu’alaihi wa sallam mengajarkan haramnya kita memulai bersalam kepada
orang-orang kafir dan caranya menjawab salam kepada mereka , sesuai sabda
beliau :
سنن الترمذي ٢٦٢٤:
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ سُهَيْلِ
بْنِ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَبْدَءُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى
بِالسَّلَامِ وَإِذَا لَقِيتُمْ أَحَدَهُمْ فِي الطَّرِيقِ فَاضْطَرُّوهُمْ إِلَى
أَضْيَقِهِ
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا
حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ
Sunan Tirmidzi 2624: dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Janganlah kalian memulai salam
terhadap orang-orang Yahudi dan Nasrani, apbila kalian menamui salah seorang
dari mereka di jalan, maka paksalah mereka ke (jalan) yang paling sempit."
Abu Isa berkata; Hadits ini hasan shahih.
Di hadits yang lain
disebutkan :
صحيح مسلم ٤٠٣٠:
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ يَعْنِي
الدَّرَاوَرْدِيَّ عَنْ سُهَيْلٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَبْدَءُوا الْيَهُودَ وَلَا
النَّصَارَى بِالسَّلَامِ فَإِذَا لَقِيتُمْ أَحَدَهُمْ فِي طَرِيقٍ فَاضْطَرُّوهُ
إِلَى أَضْيَقِهِ
و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ
بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ ح و
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَأَبُو كُرَيْبٍ قَالَا حَدَّثَنَا
وَكِيعٌ عَنْ سُفْيَانَ ح و حَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ
كُلُّهُمْ عَنْ سُهَيْلٍ بِهَذَا الْإِسْنَادِ وَفِي حَدِيثِ وَكِيعٍ إِذَا
لَقِيتُمْ الْيَهُودَ وَفِي حَدِيثِ ابْنِ جَعْفَرٍ عَنْ شُعْبَةَ قَالَ فِي
أَهْلِ الْكِتَابِ وَفِي حَدِيثِ جَرِيرٍ إِذَا لَقِيتُمُوهُمْ وَلَمْ يُسَمِّ
أَحَدًا مِنْ الْمُشْرِكِينَ
Shahih Muslim 4030: dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Janganlah kalian mendahului orang-orang Yahudi dan Nasrani
memberi salam. Apabila kalian berpapasan dengan salah seorang di antara mereka
di jalan, maka desaklah dia ke jalan yang paling sempit." Dan telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna; Telah menceritakan kepada
kami Muhammad bin Ja'far; Telah menceritakan kepada kami Syu'bah; Demikian juga
diriwayatkan dari jalur yang lain; Dan telah menceritakan kepada kami Abu Bakr
bin Abu Syaibah dan Abu Kuraib keduanya berkata; Telah menceritakan kepada kami
Waki' dari Sufyan; Demikian juga diriwayatkan dari jalur yang lain; Dan telah
menceritakan kepadaku Zuhair bin Harb; Telah menceritakan kepada kami Jarir
seluruhnya dari Suhail melalui sanad ini. Dan di dalam Hadits Waki' disebutkan;
'Apabila kalian bertemu dengan orang Yahudi.' Sedangkan dalam Hadits Ibnu
Ja'far dari Syu'bah dia berkata mengenai ahlu kitab juga di dalam Hadits Jarir
dengan lafazh; 'Apabila kalian bertemu dengan mereka.' (tanpa menyebutkan salah
seorang di antara mereka).
Rasullullah
shallallahu’alaihi wa sallam mengajarkan bagaimana cara menjawab orang Yahudi yang memberikan salam, seperti
yang disebutkan dalam hadits dibawah ini :
صحيح مسلم ٤٠٢٦:
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى وَيَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ وَقُتَيْبَةُ وَابْنُ
حُجْرٍ وَاللَّفْظُ لِيَحْيَى بْنِ يَحْيَى قَالَ يَحْيَى بْنُ يَحْيَى
أَخْبَرَنَا وَقَالَ الْآخَرُونَ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ وَهُوَ ابْنُ جَعْفَرٍ
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ أَنَّهُ سَمِعَ ابْنَ عُمَرَ يَقُولُا
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الْيَهُودَ إِذَا سَلَّمُوا عَلَيْكُمْ
يَقُولُ أَحَدُهُمْ السَّامُ عَلَيْكُمْ فَقُلْ عَلَيْكَ
و حَدَّثَنِي زُهَيْرُ
بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ
بْنِ دِينَارٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ بِمِثْلِهِ غَيْرَ أَنَّهُ قَالَ فَقُولُوا وَعَلَيْكَ
Shahih Muslim 4026: dari 'Abdullah bin Dinar bahwa ia mendengar
Ibnu 'Umar berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Orang-orang Yahudi, bila mereka memberi salam kepadamu, maka salah
seorang di antara mereka ada yang mengucapkan: Assaamu 'alaikum (semoga
kematian bagi kalian). Maka jawablah: 'Alaika!" Dan telah menceritakan
kepadaku Zuhair bin Harb; Telah menceritakan kepada kami 'Abdur Rahman dari
Sufyan dari 'Abdullah bin Dinar dari Ibnu 'Umar dari Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam dengan redaksi yang serupa. Hanya saja dia berkata; 'Maka ucapkanlah
oleh kalian; 'Wa Alaika.'
Dalam hadits yang lain
disebutkan :
صحيح مسلم ٤٠٢٥:
حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُعَاذٍ حَدَّثَنَا أَبِي ح و حَدَّثَنِي
يَحْيَى بْنُ حَبِيبٍ حَدَّثَنَا خَالِدٌ يَعْنِي ابْنَ الْحَارِثِ قَالَا
حَدَّثَنَا شُعْبَةُ ح و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَابْنُ بَشَّارٍ
وَاللَّفْظُ لَهُمَا قَالَا حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا
شُعْبَةُ قَالَ سَمِعْتُ قَتَادَةَ يُحَدِّثُ عَنْ أَنَسٍ
أَنَّ أَصْحَابَ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالُوا لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ أَهْلَ الْكِتَابِ يُسَلِّمُونَ عَلَيْنَا فَكَيْفَ
نَرُدُّ عَلَيْهِمْ قَالَ قُولُوا وَعَلَيْكُمْ
Shahih Muslim 4025: dari Anas bahwa Para sahabat Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam bertanya kepada beliau: 'Sesungguhnya Ahli Kitab
memberi salam kepada kami, bagaimana kami menjawabnya? ' Jawab beliau:
'Ucapkan: Wa'alaikum'.
Kapan dan Dimana Saja Memberi Salam
Islam memberikan
tuntunan kepada seluruh umatnya dalam menyampaikan /memberikan ucapan
salam kepada sesama saudara muslim tidak
hanya terbatas pada waktu dan tempat-tempat tertentu saja, tetapi pada semua
waktu dan tempat antara lain :
1.Bertemu
dengan sesama muslim yang dikenal sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits,
dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda:
سنن أبي داوود ٤٥٢٤: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ سَعِيدٍ
الْهَمْدَانِيُّ حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ قَالَ أَخْبَرَنِي مُعَاوِيَةُ بْنُ
صَالِحٍ عَنْ أَبِي مُوسَى عَنْ أَبِي مَرْيَمَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
إِذَا لَقِيَ أَحَدُكُمْ أَخَاهُ فَلْيُسَلِّمْ عَلَيْهِ فَإِنْ
حَالَتْ بَيْنَهُمَا شَجَرَةٌ أَوْ جِدَارٌ أَوْ حَجَرٌ ثُمَّ لَقِيَهُ
فَلْيُسَلِّمْ عَلَيْهِ أَيْضًا
قَالَ مُعَاوِيَةُ و حَدَّثَنِي عَبْدُ الْوَهَّابِ بْنُ
بُخْتٍ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِثْلَهُ سَوَاءٌ
Sunan Abu Daud 4524: dari
Abu Hurairah ia berkata, "Jika salah seorang dari kalian bertemu dengan
saudaranya hendaklah ia mengucapkan salam, jika kemudian keduanya terhalang
oleh pohon, atau tembok, atau batu, lalu bertemu kembali, hendaklah ia ucapkan
salam lagi kepadanya."
2. Bertemu dengan sesama saudara muslim
yang tidak dikenal,
Abdullah bin Amr radhyallaahu’anhu mengisahkan bahwa seseorang bertanya kepada
Rasulullah shalallahu’alahi wa sallam :
صحيح البخاري ١١: حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ خَالِدٍ قَالَ حَدَّثَنَا
اللَّيْثُ عَنْ يَزِيدَ عَنْ أَبِي الْخَيْرِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُمَا
أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَيُّ الْإِسْلَامِ خَيْرٌ قَالَ تُطْعِمُ الطَّعَامَ وَتَقْرَأُ السَّلَامَ عَلَى
مَنْ عَرَفْتَ وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْ
Shahih Bukhari 11: Telah
menceritakan kepada kami 'Amru bin Khalid berkata, Telah menceritakan kepada
kami Al Laits dari Yazid dari Abu Al Khair dari Abdullah bin 'Amru; Ada seseorang
yang bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam; "Islam manakah
yang paling baik?" Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Kamu
memberi makan, mengucapkan salam kepada orang yang kamu kenal dan yang tidak
kamu kenal
3.Bertemu dengan sesama saudara muslim ditempat-tempat
umum seperti di pasar atau di pusat-pusat perbelanjaan, hal ini didasarkan
kepada hadits diriwayatkan dari At-Thufail :
موطأ مالك ١٥١٧: و حَدَّثَنِي
عَنْ مَالِك عَنْ إِسْحَقَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي طَلْحَةَ أَنَّ الطُّفَيْلَ
بْنَ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ أَخْبَرَهُ
أَنَّهُ كَانَ يَأْتِي عَبْدَ
اللَّهِ بْنَ عُمَرَ فَيَغْدُو مَعَهُ إِلَى السُّوقِ قَالَ فَإِذَا غَدَوْنَا إِلَى
السُّوقِ لَمْ يَمُرَّ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ عَلَى سَقَاطٍ وَلَا صَاحِبِ بِيعَةٍ
وَلَا مِسْكِينٍ وَلَا أَحَدٍ إِلَّا سَلَّمَ عَلَيْهِ قَالَ الطُّفَيْلُ فَجِئْتُ
عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ يَوْمًا فَاسْتَتْبَعَنِي إِلَى السُّوقِ فَقُلْتُ لَهُ
وَمَا تَصْنَعُ فِي السُّوقِ وَأَنْتَ لَا تَقِفُ عَلَى الْبَيِّعِ وَلَا تَسْأَلُ
عَنْ السِّلَعِ وَلَا تَسُومُ بِهَا وَلَا تَجْلِسُ فِي مَجَالِسِ السُّوقِ قَالَ وَأَقُولُ
اجْلِسْ بِنَا هَاهُنَا نَتَحَدَّثُ قَالَ فَقَالَ لِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ
يَا أَبَا بَطْنٍ وَكَانَ الطُّفَيْلُ ذَا بَطْنٍ إِنَّمَا نَغْدُو مِنْ أَجْلِ السَّلَامِ
نُسَلِّمُ عَلَى مَنْ لَقِيَنَا
Muwatha' Malik
1517: dari Ishaq bin Abdullah bin Abu Thalhah bahwa Thufail bin Ubay bin Ka'b
mengabarkan kepadanya, bahwa dia pernah mendatangi Abdullah bin Umar lalu dia
pergi ke pasar bersamanya. Thufail bin Ubay berkata; "Ketika kami pergi ke
pasar, tidaklah Abdullah bin Umar melewati rakyat jelata, atau para penjual
atau orang miskin atau siapa pun kecuali dia memberinya salam." Thufail
berkata; "Pada suatu hari aku menemui Abdullah bin Umar, lalu dia
mengajakku pergi ke pasar, aku bertanya kepadanya, "Apa yang engkau
kerjakan di pasar padahal engkau tidak berhenti ke sebuah toko, atau menanyakan
barang, tidak menawar sesuatu, atau duduk di tempat penjualan?" dia
menjawab, "Aku katakan, "Duduklah di sini kita bicarakan sesuatu."
lalu Abdullah bin Umar berkata kepadaku, "Wahai Abu Bathn (perut besar)!
-karena ketika itu Thufail perutnya besar-, kita pergi ke pasar hanya untuk
mengucapkan salam kepada siapapun yang kita temui'."
4. Memasuki masjid
Menyampaikan ucapan
salam, tanpa membedakan orang yang disalami, baik ia di dalam atau di luar
masjid. Bahkan Sunnah yang shahih telah menunjukkan disyari’atkannya
mengucapkan salam kepada orang yang di dalam masjid, baik orang itu sedang
shalat ataupun tidak. Hal ini ditunjukkan oleh hadits Rasullullah
shallallahu’alahi wa sallam sebagai dalil disyari’atkan memberi salam ketika
memasuki masjidari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu :
صحيح البخاري ٧٥١:
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ قَالَ أَخْبَرَنِي يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ عَنْ عُبَيْدِ
اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنَا سَعِيدٌ الْمَقْبُرِيُّ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ
أَنَّ النَّبِيَّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ الْمَسْجِدَ فَدَخَلَ رَجُلٌ فَصَلَّى
ثُمَّ جَاءَ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَرَدَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ السَّلَامَ
فَقَالَ ارْجِعْ فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ فَصَلَّى ثُمَّ جَاءَ فَسَلَّمَ
عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ ارْجِعْ فَصَلِّ
فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ ثَلَاثًا فَقَالَ وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ فَمَا
أُحْسِنُ غَيْرَهُ فَعَلِّمْنِي قَالَ إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلَاةِ فَكَبِّرْ
ثُمَّ اقْرَأْ مَا تَيَسَّرَ مَعَكَ مِنْ الْقُرْآنِ ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى
تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَعْتَدِلَ قَائِمًا ثُمَّ اسْجُدْ
حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا ثُمَّ
اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ثُمَّ افْعَلْ ذَلِكَ فِي صَلَاتِكَ كُلِّهَا
Shahih Bukhari 751: dari Abu Hurairah, bahwa Nabi shallallahu
'alaihi wasallam masuk ke dalam Masjid, lalu ada seorang laki-laki masuk ke
dalam Masjid dan shalat, kemudian orang itu datang dan memberi salam kepada
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
menjawab salamnya kemudian bersabda: "Kembali dan ulangilah shalatmu,
karena kamu belum shalat!" Orang itu kemudian mengulangi shalat dan
kembali datang menghadap kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sambil
memberi salam. Namun beliau kembali bersabda: "Kembali dan ulangilah
shalatmu karena kamu belum shalat!" Beliau memerintahkan orang ini sampai
tiga kali dan akhirnya, sehingga ia berkata, "Demi Dzat yang mengutus tuan
dengan kebenaran, aku tidak bisa melakukan yang lebih baik dari itu. Maka
ajarilah aku." Beliau pun bersabda: "Jika kamu mengerjakan shalat
maka bertakbirlah, lalu bacalah ayat yang mudah dari Al Qur'an. Kemudian
rukuklah hingga benar-benar rukuk dengan tenang, lalu bangkitlah (dari rukuk)
hingga kamu berdiri tegak, setelah itu sujudlah sampai benar-benar sujud, lalu
angkat (kepalamu) untuk duduk hingga benar-benar duduk, Setelah itu sujudlah
sampai benar-benar sujud, Kemudian lakukanlah seperti cara tersebut di seluruh
shalat (rakaat) mu.
5.Memasuki ruang pertemuan,
memberikan salam apabila memasuki
majelis pertemuan yang di dalamnya terdapat berbagai campuran antara kaum Muslimin
dan kaum kafir, sebagaimana hadits dari
Usamah r.a. bahawasanya Nabi s.a.w. berjalan melalui suatu majlis - pertemuan,
yang di dalamnya terdapat berbagai campuran antara kaum Muslimin dan kaum
musyrikin iaitu para penyembah berhala dan ada pula orang Yahudi, lalu Nabi
s.a.w. memberikan salam kepada mereka." (Muttafaq 'alaih)
6.Memasuki majelis ilmu,
seseorang yang memasuki majelis maupun yang akan meninggalkannya diperintahkan
oleh Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam untuk memberi salam sesuai dengan
sabda rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam :
سنن أبي داوود ٤٥٣٢: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ
حَنْبَلٍ وَمُسَدَّدٌ قَالَا حَدَّثَنَا بِشْرٌ يَعْنِيَانِ ابْنَ الْمُفَضَّلِ
عَنْ ابْنِ عَجْلَانَ عَنْ الْمَقْبُرِيِّ قَالَ مُسَدَّدٌ سَعِيدُ بْنُ أَبِي سَعِيدٍ
الْمَقْبُرِيُّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا انْتَهَى أَحَدُكُمْ إِلَى الْمَجْلِسِ
فَلْيُسَلِّمْ فَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَقُومَ فَلْيُسَلِّمْ فَلَيْسَتْ الْأُولَى
بِأَحَقَّ مِنْ الْآخِرَةِ
Sunan Abu Daud 4532: Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin
Hanbal dan Musaddad keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Bisyr
-yang dimaksud oleh keduanya adalah Bisyr bin Al Mufadhdhal- dari Ibnu Ajlan
dari Al Maqburi -Musaddad berkata; Said bin Abu Said Al Maqburi- dari Abu
Hurairah ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Jika salah seorang dari kalian sampai pada suatu majlis hendaklah ia
mengucapkan salam, dan jika akan bangkit hendaklah mengucapkan salam, dan
tidaklah yang pertama itu lebih berhak dari yang terakhir."
7. Meminta
izin Untuk Memasuki rumah orang lain, hal ini sesuai dengan firman
Allah ta’ala :
.Allah Ta'ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَدْخُلُوا بُيُوتًا
غَيْرَ بُيُوتِكُمْ حَتَّى تَسْتَأْنِسُوا وَتُسَلِّمُوا عَلَى أَهْلِهَا ذَلِكُمْ
خَيْرٌ لَّكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu
sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu
lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.(QS.An Nuur: 27)
8.Memasuki rumah sendiri,
berkenaan dengan hal ini Allah ta’ala berfirman :
لَيْسَ عَلَى الْأَعْمَى حَرَجٌ وَلَا عَلَى
الْأَعْرَجِ حَرَجٌ وَلَا عَلَى الْمَرِيضِ حَرَجٌ وَلَا عَلَى أَنفُسِكُمْ أَن
تَأْكُلُوا مِن بُيُوتِكُمْ أَوْ بُيُوتِ آبَائِكُمْ أَوْ بُيُوتِ أُمَّهَاتِكُمْ
أَوْ بُيُوتِ إِخْوَانِكُمْ أَوْ بُيُوتِ أَخَوَاتِكُمْ أَوْ بُيُوتِ
أَعْمَامِكُمْ أَوْ بُيُوتِ عَمَّاتِكُمْ أَوْ بُيُوتِ أَخْوَالِكُمْ أَوْ بُيُوتِ
خَالَاتِكُمْ أَوْ مَا مَلَكْتُم مَّفَاتِحَهُ أَوْ صَدِيقِكُمْ لَيْسَ عَلَيْكُمْ
جُنَاحٌ أَن تَأْكُلُوا جَمِيعًا أَوْ أَشْتَاتًا فَإِذَا دَخَلْتُم بُيُوتًا
فَسَلِّمُوا عَلَى أَنفُسِكُمْ تَحِيَّةً مِّنْ عِندِ اللَّهِ مُبَارَكَةً
طَيِّبَةً كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الْآيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُون
Tidak
ada halangan bagi orang buta, tidak (pula) bagi orang pincang, tidak (pula)
bagi orang sakit, dan tidak (pula) bagi dirimu sendiri, makan (bersama-sama
mereka) dirumah kamu sendiri atau dirumah bapak-bapakmu, dirumah ibu-ibumu,
dirumah saudara- saudaramu yang laki-laki, di rumah saudaramu yang perempuan,
dirumah saudara bapakmu yang laki-laki, dirumah saudara bapakmu yang perempuan,
dirumah saudara ibumu yang laki-laki, dirumah saudara ibumu yang perempuan,
dirumah yang kamu miliki kuncinya [1052] atau dirumah kawan-kawanmu. Tidak ada
halangan bagi kamu makan bersama-sama mereka atau sendirian. Maka apabila kamu
memasuki (suatu rumah dari) rumah- rumah (ini) hendaklah kamu memberi salam
kepada (penghuninya yang berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri, salam
yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkat lagi baik. Demikianlah
Allah menjelaskan ayat-ayatnya(Nya) bagimu, agar kamu memahaminya.(QS.An
Nuur : 61)
Keutamaan Dan Hikmah Mengucapkan Salam
Tiadalah satupun dalam
hal agama melainkan daripadanya memiliki banyak keutamaan dan hikmah yang
terkandung di dalamnya. Begitu pula halnya dengan bersalam ( saling mengucapkan
salam kepada sesama saudara muslim) terkandung beberapa keutamaan dan hikmah. Sehingga banyak sekali tentang
salam ini diungkapkan dalam
al-Qur’an dan as-Sunnah. Beberapa keutamaan dan hikmah oleh banyak ulama
disebutkan antara lain :
1.As-Salam adalah
salah satu Nama Allah yang diletakkan-Nya di muka bumi, maka oleh Rasullullah
shallallahu’alaihi wa sallam kepada umatnya diperintahkan untuk disebarkan
utnuk menghidupkan sunnah , hingga tercipta kasih sayang diantara kita dan
keselamatan .Karena salam penghormatan tidak berlangsung kecuali di antara dua
orang yang mencara keselamatan, bukan diantara dua orang yang menginginkan
tiupu daya .
2.Mengucapkan salam
adalah salah satu ibadah karena seseorang yang mengucapkan salam telah
melaksanakan keta’atan kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasullullah
shallallahu’alahi wa sallam, mengingat ucapan salam itu diperintahkan oleh
agama. Karena insya Allah mendapatkan ganjaran pahala .
3. Menyebarkan salam
merupakan sebab masuk surga , sebagaimana Imam Muslim meriwayatkannya dalam
sebuah hadits dari Abu Hurairah radhyallahu’anhu ia berkata, Rasullullah
shallallahu’alaihi wa sallam bersabda : Kalian tidak masuk surga hingga kalian
beriman,dan kalian tidak beriman hingga kalian saling mencintai.Maukah kalian
aku tunjukkan suatu perkara yang bila kalian saling mencintgai?Sebarkanlah
salam diantara kalian.
4.Ucapan salam termasuk dari salah
satu syiar Islam yang paling nampak, Allah menjadikannya sebagai ucapan selamat
di antara kaum muslimin dan Dia menjadikannya sebagai salah satu dari
hak-hak seorang muslim dari saudaranya. Rasul-Nya -alaihishshalatu wassalam-
juga telah memerintahkan untuk menyebarkan syiar ini dan beliau mengabarkan
bahwa menyebarkan salam termasuk dari sebab-sebab tersebarnya rasa cinta dan
kasih sayang di tengah-tengah kaum muslimin, yang mana tersebarya cinta dan
kasih sayang di antara mereka merupakan salah satu sebab untuk masuk ke dalam
surga.
5.Ucapan salam termasuk ucapan yang berberkah, dan di
antara keberkahannya adalah jika dia didengar maka hati orang yang mendengarnya
akan dengan ikhlas segera menjawab dan mendatangi orang yang mengucapkannya. (Al-Fath:
11/18) Karenanya tidak sepantasnya seorang muslim membatasi ucapan salam hanya
untuk sebagian orang (yakni yang dia kenal) dan tidak kepada yang lainnya (yang
dia tidak kenal). Bahkan di antara tanda baiknya keislaman seseorang adalah dia
mengucapkan salam kepada orang yang tidak dia kenal sebagaimana kepada orang
yang dia kenal.
6.Al-Imam An
Nawawi menjelaskan bahwa ucapan salam
merupakan pintu pertama kerukunan dan kunci pembuka yang membawa rasa cinta.
Dengan menyebarkan salam, semakin kokoh kedekatan antara kaum muslimin, serta
menampakkan syi’ar mereka yang berbeda dengan para pemeluk agama lain. Di
samping itu, di dalamnya juga terdapat latihan bagi jiwa seseorang untuk
senantiasa berendah diri dan mengagungkan kehormatan kaum muslimin yang lainnya.
(Syarh Shahih Muslim, 2/35)
7.Islam memperkenalkan
ungkapan Assalamu ‘alaikum. Artinya, semoga kamu terselamatkan dari segala
duka, kesulitan dan nestapa. Ibnu Al-Arabi di dalam kitabnya Al-Ahkamul Qur’an
mengatakan bahawa Salam adalah salah satu ciri-ciri Allah subhanahu wa ta’ala
dan bermakna Semoga Allah menjadi kan kalian selamat dan sejahtera.
Ungkapan Islami ini
sangat berbobot karena Salam bukan sekedar ungkapan kasih-sayang, tetapi
memberikan juga alasan dan logik kasih-sayang yang di wujudkan dalam bentuk doa
pengharapan agar anda selamat dari segala macam duka-derita..
8.Salam mengingatkan
kita bahwa kita semua bergantung kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Tidak
satupun makhluk yang dapat menghalangi atau memberikan manfaat kepada siapapun
juga tanpa perkenan Allah subhanahu wa ta’ala.
9.Ucapan salam adalah
doa seseorang kepada saudara sesama muslim lainnya, dimana doa tersebut
mempunyai keistimewaan
Karena ketika seseorang mengatakan kepada kita, “Aku
berdoa semoga kamu sejahtera.” Maka dia menyatakan dan berjanji bahawa anda
aman dari tangan (perlakuan)nya, lidah (lisan)nya, dan dia akan menghormati hak
hidup, kehormatan, dan harga-diri anda. Seba gaimana
yang dikatakan Ibnu Al-Arabi didalam Ahkamul Qur’an mengatakan: Tahukah kamu
arti Salam? Orang yang mengucapkan Salam itu memberikan pernyataan bahawa ‘kamu
tidak terancam dan aman sepenuhnya dari diriku.’
10.Semakin banyak kita
menyampaikan ucapan salam yang berarti mendoakan orang lain, maka kitapun akan
mendapatkan doa yang serupa dari orang banyak, doa agar kita mendapatkan
keselamatan dan kesejahteraan yang maknanya sangat dalam dan luas.
11. Mengucapkan salam
merupakan Sunnah Para Nabi dan Rasul sebagaimana yang diungkapkan dalam hadits
dariAbu Hurairah radhyallahu’anhu mengatakan bahwa Rasulullah
shallallahu’alaihi wa sallam
bersabda:”Ketika Allah telah menjadikan Adam, maka Allah
memerintahkan:”Pergilah kepada para Malaikat dan ucapkan salam kepada mereka
yang tengah duduk. Dengarkanlah jawaban salam mereka, karena itu akan menjadi ucapan
salam bagi kamu dan anak cucumu kelak!” Maka pergilah Nabi Adam dan
mengucapkan:”Asalaamu ‘alaikum!” Para Malaikat menjawab:”Assalaamu ‘alaika
warahmatullaah!” Mereka menambah warahmatullaah” (HR. Bukhary dan Muslim).
Dengan mengucapkan salam berarti kita telah
mengikuti sunnah Rasullullah shallallhu’alaihi wa sallam sebagai Nabi yang
paling dicintai oleh umat.
P e n u
t u p
As-Salam adalah salah
satu Nama Allah yang diletakkan-Nya di muka bumi, maka oleh Rasullullah
shallallahu’alaihi wa sallam kepada umatnya diperintahkan untuk disebarkan
utnuk menghidupkan sunnah , hingga tercipta kasih sayang diantara kita dan
keselamatan .Karena salam penghormatan tidak berlangsung kecuali di antara dua
orang yang mencara keselamatan, bukan diantara dua orang yang menginginkan
tiupu daya .
Mengucapkan salam
kepada sesama Muslim adalah perkara yang terpuji dan disukai dalam Islam.
Dengan perbuatan ini hati kaum Muslimin dapat saling bersatu dan berkasih
sayang di antara mereka. Sunnah ini sudah lama diamalkan oleh para sahabat
-radhiyallahu ‘anhum-.
Mendoakan
keselamatan sesama muslim ketika bertemu
ngan adalah sebagai bentuk manifestasi ( wujud ) dari silaturahim , sebagaimana
juga yang dilakukan oleh Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam .
Rasullullah shallallahu’alahi
wa sallam mencontohkan bagaimana beliau ketika berjumpa dengan seseorang,
beliau menjabat tangan orang tersebut dan mengucapkan salam ( mendoa’kan ).
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
salalm memerintahkan kepada kaum muslimin agar mengucapkan salam kepada
saudaranya ketika bertemu, karena dapat mempererat persatuan, menghilangkan
kebencian dan menumbuhkan rasa cinta.
Berdasarkan keterangan-keterangan
diatas maka seyogyanyalah sesama muslim ketika saling bertemu hendaknyalah
mengucapkan salam dan berjabatan tangan sebagai sebuah sunnah yang diwariskan
oleh Rasullullah shallallahu’alahi wa sallam.
Semakin banyak kita
menyampaikan ucapan salam kepada sesama muslim yang dijumpai yang berarti mendoakan orang lain, maka kitapun
akan mendapatkan doa yang serupa dari orang banyak, doa agar kita mendapatkan
keselamatan dan kesejahteraan yang maknanya sangat dalam dan luas.
Sejalan dengan itu
maka sangatlah merugi apabila orang-orang muslim yang mengabaikan perintah
bersalam tersebut, rebutlah keutamaan dan kebaikan mengucapkan salam dengan
menjadikannya sebagai kebiasaan dan budaya dalam keseharian kita. ( Wallaahu’alam )
Sumber :
2.Ensiklopedi Hadits
Kitab 9 imam,www.lidwapusaka.com
3.Shahih Fadhail
A’mal, Syaikh Ali bin Muhammad al-Maghribi.
4.Wikipedia Indonesia
5.A rtikel
www. Al-Atssyariyah
6. Artikel
.www.darussallam.wordpress.com.
Selesai disusun
,Sabtu,waktu dhuha,13Dzulqa’idah 1433H/29 September 2012
( musni japrie )