Gambar : Ilustrasi
Di tengah-tengah masyarakat Muslim di negeri ini, masih
banyak terdapat orang-orang yang menjadikan kepercayaan warisan nenek moyang
yang mereka namakan sebagai tradisi adat dan budaya yang perlu dipertahankan
dan dilestarikan sebagai budaya bangsa.
Mempertahankan dan melestarikan kepercayaan nenek moyang
dan leluhur yang hidup di abad-abad yang lampau yang diwarisi secara turun temurun tersebut
sepertinya sudah menjadi kebutuhan untuk dilakukan dalam kepentingan dan sarana
meminta perlindungan dan pertolongan oleh sebagian kalangan kaum muslimin sebagaimana
yang dulu dilakukan orang-orang jahiliyah yang aninisme.
Mengingat bahwa mereka-mereka yang berpegang teguh kepada
tradisi adat istiadat dan budaya berupa kepercayaan kepada sesuatu selain Allah
tersebut sebagian besar adalah mereka-mereka yang telah mengikrarkan ucapan
Laa Ilaaha Illallaah , maka muncullah pertanyaan bagaimanakah kedudukan aqidah
Islam yang disandang mereka.?
Mereka-mereka yang melazimkan melakukan ritual-ritual
tradisi adat istiadat dan budaya warisan leluhur yang sebenarnya tiada lain sebuah bentuk
kepercayaan kepada selain Allah secara turun temurun terbukti telah menjadikanya
sebagai bagian dari kehidupan keseharian dan bahkan sudah terakumulasi dalam
kehidupan keagamaan mereka. Karena sebagaimana yang nampak secara kasat mata bahwa
selain melakukan berbagai ibadah yang disyari’atkan dalam Islam, ternyata juga
mereka tidak pernah absen melakukan ritual-ritual yang disebut sebagai tradisi
adat dan budaya warisan leluhur
Dalam ulasan berikut ini akan dikupas secara sepintas
bagaimana ulah dari kalangan sebagian umat islam yang menganggap bahwa
ritual-ritual yang ditiru dari para
leluhur terdahulu layaknya bagian dari agama ditinjau dari kacamata aqidah
Islam.
Keyakinan/Kepercayaan
Para Leluhur Yang Diwariskan Turun Temurun Dari Generasi ke Generasi
Sesungguhnya banyak sekali ragam tradisi adat istiadat dan
budaya yang diwarisi dari leluhur oleh berbagai ragam suku yang ada di negeri
ini yang berkaitan dengan kepercayaan atau keyakinan adanya sesuatu kekuatan
ghaib yang mengatur alam semesta ini
Sebagaimana diketahui berdasarkan catatan sejarah bahwa para
leluhur yang hidup di zaman lampau ,hidup
dalam kegelapan jahiliyah yang tidak mengenal agama tauhid, tetapi mereka
mempunyai kepercayaan bahwa benda-benda di alam yang ada disekitar mereka itu
mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kehidupan mereka. Mereka mempercayai
bahwa benda-benda tersebut dapat memberikan manfaat dan juga dapat memberikan
kemudharatan sehingga perlu ditakuti dan disembah. Zaman dimana para leluhur
tersebut dikenal mempunyi kepercayaan yang
dikenal dengan animisme dan dinamisme yang samasekali tidak mengenal
tauhid.
Berikutnya dengan masuknya Hindu dan Budha kepercayaan yang
selama itu dianut bercampur pula dengan kepercayaan Hindu dan Budha yang sebenarnya
tidak terlalu jauh perbedaannya. Mereka-mereka tersebut melakukan
penyembahan-penyembahan kepada para
dewa-dewa, jin-jin, gunung, bebatuan, pepohonan dan apa saja yang sebenarnya
termasuk makhluk yang diciptakan oleh Allah Yang Maha Pencipta. Mereka-mereka
tersebut mencintai dan takut kepada apa yang disembahnya
Kepercayaan para leluhur dan nenek moyang diabat-abad
lampau tersebut tidak saja terbatas kepada ruang lingkup penyembahan kepada
makhluk selain Allah , tetapi sebenarnya lebih luas lagi yaitu kepercayaan kepada
adanya roh-roh orang-orang sudah mati yang dapat dimintai pertolongan. Mereka
juga sangat mempercayai kepada dukun-dukun dan tukang sihir, mempercayai
keampuhan jimat-jimat, mempercayai adanya kesialan, mempercayai bahwa
benda-benda mati mempunyai roh yang dapat mendatangkan kemudharatan dan
kebaikan, melakukan penyembelihan hewan sebagai korban dan tumbal.
Selain melakukan
penyembahan kepada zat selain Allah para leluhur yang hidup di zaman jahiliyah
juga melakukan berbagai ritual-ritual adat yang terkait dengan kepercayaan
mereka seperti ritual tolak bala, tepung tawar dan banyak ritual-ritual lainnya
lagi yang menunjukkan keterikatan mereka dengan roh-roh dan jin serta yang
dianggap dewa oleh mereka. Apa saja bagian dari kehidupan manusia sejak dari
dalam kandungan hingga matinya tidak pernah lepas dari berbagai ritual yang
sebenarnya bersumber dari kepercayaan yang mereka anut.
Cara penyembahan yang dilakukan oleh mereka-mereka tersebut
adalah dengan memberikan sesajen serta tumbal pada tempat-tempat yang dianggap
sebagai domisilinya roh-roh dan para jin serta yang mereka namakan
dewa-dewa.Seperti di laut, sungai, danau, kolam, perigi atau selokan-selokan ).
Ada pula yang menggantungkan sesajen di pohon-pohon besar yang diyakini ada jin
atau makhluk halus penunggu pohon-pohon
tersebut. Bermacam cara dan bentuk penyajian sesajen yang dilakukan oleh
masyarakat pada zaman dahulu tersebut.
Kepercayaan para leluhur atau nenek moyang yang digambarkan
diatas selanjutnya terus diwarisi secara turun temurun dari generasi kegenerasi
berikutnya sampai kepada generasi sekarang dengan nama tradisi adat dan budaya
leluhur.
Berbagai ragam tradisi adat dan budaya dari leluhur yang
terkait dengan kepercayaan dan terakumulasi dengan kepercayaan dari berbagai
negeri seperti India, Cina, Eropah dan lain-lainya terus dipertahankan
sepanjang zaman sampai sekarang oleh
berbagai suku , meskipun sebenarnya mereka-mereka tersebut mengaku sebagai
muslim.
Berbagai perilaku yang menunjukkan bahwa terus
dipertahankannya tradisi adat dan budaya berupa kepercayaan kepada selain Allah
yang dilakukan oleh sebagian kalangan kaum muslimin dinegeri ini antara lain:
1.Diselenggarakannya berbagai pesta adat budaya yang
bentuknya memberikan sesembahan beruapa sesajen dan tumbal seperti pada pesta
laut, pesta sedekah bumi, pemberian sesajen dan tumbal pada kawah-kawah gunung,
menggantungkan sesajen pada pohon-pohon besar seperti pada pohon beringin.
2. Dalam melakukan berbagai hajatan yang dilakukan oleh
perorangan seperti pesta perkawinan sampai kepada hajatan yang berkenaan dengan
kelahiran atau yang lainnya biasanya dilakukan pula berbagai ritual yang tidak
ketinggalan menyediakan sesajen.
3. Melakukan
penyembelihan hewan ternak untuk tumbal sebagai bentuk pengorbanan kepada makhluk
yang dikuatirkan akan menimbulan bencana dan malapetaka .Tumbal
diberikan-biasanya pada acara-acara peresmian pembangunan proyek-proyek
jembatan, bendungan, jalan, pabrik dan pembukaan tambang-tambang baru.
3.Mendatangi kuburan-kuburan dan tempat tempat keramat
dengan membawa bunga-bungaan lalu berdoa
menyampaikan berbagai hajat .
4.Bernazar di kuburan-kuburan dan tempat-tempat yang
dianggap berkeramat.
5.Mendatangi dan mempercayai dukun,para normal, orang-orang
pintar serta tukang sihir untuk keperluan pengobatan dan keperluan lainnya
seperti memasang susuk, penglaris, guna-guna, tahan terhadap senjata , ramalan
dan lain-lain sebagainya.
6.Mempercayai jimat sebagai pelindung diri dan jimat yang
memiliki kemampuan yang bertuah.
7.Mempercayai adanya hari, tanggal dan bulan yang
mengandung kesialan seperti hari dan tanggal kelahiran, bulan suro.
8.Mempercayai akan datangnya kesialan dari tanda-tanda
seperti suara burung, adanya ular yang melintas yang di dalam Islam disebut
sebagi tathoyur.
9. Berdoa dan meminta pertolongan kepada selain Allah,
yaitu kepada roh-roh dan jin-jin serta dewa-dewa.
10.Menyelenggarakan peringatan kematian seperti 3 hari, 7
hari, 25 hari 100 hari dan 1000 hari setelah kematian, dengan maksud
mengirimkan bacaan-bacaan ayat-ayat al-Qur’an.
11.Melakukan ritual-ritual tolak bala dengan tepung tawar
pada berbagai upacara. Melakukan ruwatan, menyiramkan air kembang yang sudah
diberikan doa pada kendaraan agar terhindar dari kecelakaan
12.Menyediakan nasi tumpeng dalam berbagai ragam kegiatan
seperti ulang tahun sebagai bentuk wujud rasa syukur kepada sang pencipta ( ?)
pada hal nasi tumpeng bagian dari kepercayaan leluhur.
Sebenarnya banyak lagi ragam bentuk perbuatan yang di
akrabi oleh sebagian orang di negeri ini yang merupakan kepercayaan warisan dari
leluhur yang dianggap sebagai tradisi adat dan budaya,namun bukan pada
tempatnya untuk membahas secara terperinci.
Islam Melarang Umatnya Untuk Mengikuti Kepercayaan Nenek Moyang Karena Syirik
Dengan diutusnya Nabi Muhammad Rasullullah shallallahu’alaihi
wa sallam untuk menegakkan tauhid dengan meng- Esakan Allah subhanahu wa ta’ala
melalui Islam maka secara otomatis seluruh bentuk agama dan kepercayaan yang
lainnya dinyatakan bathil, tentunya termasuk pula kepercayaan dari nenek moyang
yang jahiliyah dimasa lampau. Karena kepercayaan mereka tersebut bertentangan
dengan aqidah Islam, dimana kepercayaan masyarakat jahiliyah tersebut seluruhnya
penuh dengan kesyirikan dan tidak mengenal samasekali apa yang dinamakan iman
kepada Allah sebagai Yang Maha Pencipta dan yang wajib dan berhak untuk disembah secara benar.
Dengan ditetapkannya Islam sebagai satu-satunya agama yang
benar, maka seluruh umat manusia wajib untuk memilih Islam sebagai agamanya dan
beriman kepada Allah subhanahu wa ta’ala serta tunduk dan taat kepada ketentuan
yang telah digariskan dalam syari’at sesuai dengan al-Qur’an dan as-Sunnah.
Konsekwensi untuk itu maka seluruh umat wajib untuk meninggalkan dan membuang
jauh-jauh segala bentuk kepercayaan/keyakinan yang dipegangnya, termasuk dalam
hal ini kepercayaan warisan dari nenek moyang yang hidup dimasa lampau.
Namun demikian, masih banyak diantara umat manusia yang
tidak mau mengindahkan apa yang diperingatkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala
agar meninggalkan kepercayaan warisan nenek moyang yang penuh dengan
kesyirikan, mereka tetap memegang teguh kepercayaan tersebut dengan dalih
melestarikan adat istiadatc dan budaya leluluhur. Meskipun mereka tekun
melakukan amalan-amalan ibadah fardhu dan sunnah serta amalan lainnya, tetapi
disatu pihak pada waktu-waktu tertentu mereka melakukan pula ritual-ritual
kepercayaan yang diwarisi dari nenek moyangnya.
Berkaitan dengan sikap sebagian anak manusia yang tetap
menggeluti ritual-ritual kepercayaan peninggalan jahiliyah telah disinggung
dalam al-Qur’an melalui beberapa ayat.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا
مَا أَنزَلَ اللّهُ قَالُواْ بَلْ نَتَّبِعُ مَا أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ آبَاءنَا أَوَلَوْ
كَانَ آبَاؤُهُمْ لاَ يَعْقِلُونَ شَيْئاً وَلاَ يَهْتَدُونَ
Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa
yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami
hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang
kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang
mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?".(QS.Al Baqarah : 170 )
Pada ayat lain Allah ta’ala berfirman :
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْاْ
إِلَى مَا أَنزَلَ اللّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ قَالُواْ حَسْبُنَا مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ
آبَاءنَا أَوَلَوْ كَانَ آبَاؤُهُمْ لاَ يَعْلَمُونَ شَيْئًا وَلاَ يَهْتَدُونَ
Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah mengikuti
apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul". Mereka menjawab:
"Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami
mengerjakannya". Dan apakah mereka itu akan mengikuti nenek moyang mereka
walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula)
mendapat petunjuk ?.(QS.Al Maidah : 104 )
Selain itu Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman :
وَإِذَا فَعَلُواْ فَاحِشَةً قَالُواْ وَجَدْنَا عَلَيْهَا آبَاءنَا
وَاللّهُ أَمَرَنَا بِهَا قُلْ إِنَّ اللّهَ لاَ يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاء أَتَقُولُونَ
عَلَى اللّهِ مَا لاَ تَعْلَمُونَ
Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji [532], mereka
berkata: "Kami mendapati nenek moyang kami mengerjakan yang demikian itu,
dan Allah menyuruh kami mengerjakannya." Katakanlah: "Sesungguhnya
Allah tidak menyuruh (mengerjakan) perbuatan yang keji." Mengapa kamu
mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?(QS.Al A’raf : 28 )
Keterangan :
[532] Seperti: syirik, thawaf telanjang di sekeliling
Ka'bah dan sebagainya.
Pada ayat lain Allah ta’ala berfirman :
فَلاَ تَكُ فِي مِرْيَةٍ
مِّمَّا يَعْبُدُ هَـؤُلاء مَا يَعْبُدُونَ إِلاَّ كَمَا يَعْبُدُ آبَاؤُهُم مِّن قَبْلُ
وَإِنَّا لَمُوَفُّوهُمْ نَصِيبَهُمْ غَيْرَ مَنقُوصٍ
Maka janganlah kamu berada dalam keragu-raguan tentang apa
yang disembah oleh mereka [737]. Mereka tidak menyembah melainkan sebagaimana
nenek moyang mereka menyembah dahulu. Dan sesungguhnya Kami pasti akan
menyempurnakan dengan secukup-cukupnya pembalasan (terhadap) mereka dengan
tidak dikurangi sedikitpun.(QS.Huud : 109)
K e t e r a n g a n :
[737] Maksudnya: jangan ragu-ragu bahwa menyembah berhala
itu adalah perbuatan yang sesat dan buruk akibatnya.
Firman Allah azza wa jalla :
قَالَتْ رُسُلُهُمْ أَفِي
اللّهِ شَكٌّ فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ يَدْعُوكُمْ لِيَغْفِرَ لَكُم مِّن
ذُنُوبِكُمْ وَيُؤَخِّرَكُمْ إِلَى أَجَلٍ مُّسَـمًّى قَالُواْ إِنْ أَنتُمْ إِلاَّ
بَشَرٌ مِّثْلُنَا تُرِيدُونَ أَن تَصُدُّونَا عَمَّا كَانَ يَعْبُدُ آبَآؤُنَا فَأْتُونَا
بِسُلْطَانٍ مُّبِينٍ
Berkata rasul-rasul mereka: "Apakah ada keragu-raguan
terhadap Allah, Pencipta langit dan bumi? Dia menyeru kamu untuk memberi
ampunan kepadamu dari dosa-dosamu dan menangguhkan (siksaan)mu sampai masa yang
ditentukan?" Mereka berkata: "Kamu tidak lain hanyalah manusia
seperti kami juga. Kamu menghendaki untuk menghalang-halangi (membelokkan) kami
dari apa yang selalu disembah nenek moyang kami, karena itu datangkanlah kepada
kami, bukti yang nyata(QS.Ibrahim: 10)
Selain beberapa ayat dalam al-Qur’an yang melarang
mengikuti kepercayaan warisan para nenek moyang, hadits dari Rasullullah
shallallahu’alaihi wa sallam juga menyinggung tentang hal tersebut sebagaimana
yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad rahimahullah
dalam Musnad beliau :
مسند أحمد ٢٦٠٣: حَدَّثَنَا
سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ حَدَّثَنَا هِشَامٌ يَعْنِي الدَّسْتُوَائِيَّ عَنْ أَيُّوبَ
عَنْ عِكْرِمَةَ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَفْتَخِرُوا بِآبَائِكُمْ الَّذِينَ مَاتُوا
فِي الْجَاهِلِيَّةِ فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَمَا يُدَهْدِهُ الْجُعَلُ بِمَنْخَرَيْهِ
خَيْرٌ مِنْ آبَائِكُمْ الَّذِينَ مَاتُوا فِي الْجَاهِلِيَّةِ
Musnad Ahmad 2603: Telah menceritakan kepada kami Sulaiman
bin Dawud telah menceritakan kepada kami Hisyam yakni Ad Dastuwa`i dari Ayyub
dari Ikrimah darii Ibnu Abbas bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Janganlah kalian saling membanggakan leluhur kalian yang telah mati pada
masa jahiliyah. Maka demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, sungguh
serangga yang menggelincirkan kotoran dengan hidungnya adalah lebih baik
daripada leluhur kalian yang telah mati pada masa jahiliyah."
Imam Nawawi rahimahullah dalam Riyadhus Shalihin mengutip
dari hadits yang panjang mengenai perintah Rasullullah
shallallahu’alaihi wa sallam untuk menyembah Allah Yang Maha Esa, jangan
menyekutukan sesuatu dengan-Nya dan tinggalkan apa-apan yang dikatakan oleh
nenek moyangmu semua :
Dari Abu Sufyan bin Shakhr bin Harb Shallallahu 'alaihi wa
sallam dalam Hadisnya yang panjang dalam menguraikan ceritera Raja Hercules.
Hercules berkata: "Maka apakah yang diperintah olehnya?" Yang
dimaksud ialah oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam Abu Sufyan berkata:
"Saya lalu menjawab: "Ia berkata: "Sembahlah akan Allah yang
Maha Esa, jangan menyekutukan sesuatu denganNya dan tinggalkanlah apa-apa yang
dikatakan oleh nenek-moyangmu semua." Ia juga menyuruh supaya kita semua
melakukan shalat, bersikap benar, menahan diri dari keharaman serta mempererat
kekeluargaan." (Muttafaq 'alaih)
Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam sejak awal sudah
mempredeksi adanya orang-orang yang kembali kepada agama nenek moyang mereka
sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits riwayat imam Muslim rahimahullah
dalam kitab shahih-nya dari Aisyah radhyallaahu’anhuma :
صحيح مسلم ٥١٧٤: حَدَّثَنَا
أَبُو كَامِلٍ الْجَحْدَرِيُّ وَأَبُو مَعْنٍ زَيْدُ بْنُ يَزِيدَ الرَّقَاشِيُّ وَاللَّفْظُ
لِأَبِي مَعْنٍ قَالَا حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ الْحَارِثِ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْحَمِيدِ
بْنُ جَعْفَرٍ عَنْ الْأَسْوَدِ بْنِ الْعَلَاءِ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ عَائِشَةَ
قَالَتْ
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَا يَذْهَبُ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ حَتَّى
تُعْبَدَ اللَّاتُ وَالْعُزَّى فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنْ كُنْتُ لَأَظُنُّ
حِينَ أَنْزَلَ اللَّهُ
{ هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ
رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ
كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ }
أَنَّ ذَلِكَ تَامًّا قَالَ
إِنَّهُ سَيَكُونُ مِنْ ذَلِكَ مَا شَاءَ اللَّهُ ثُمَّ يَبْعَثُ اللَّهُ رِيحًا طَيِّبَةً
فَتَوَفَّى كُلَّ مَنْ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةِ خَرْدَلٍ مِنْ إِيمَانٍ فَيَبْقَى
مَنْ لَا خَيْرَ فِيهِ فَيَرْجِعُونَ إِلَى دِينِ آبَائِهِمْ
و حَدَّثَنَاه مُحَمَّدُ
بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ وَهُوَ الْحَنَفِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْحَمِيدِ
بْنُ جَعْفَرٍ بِهَذَا الْإِسْنَادِ نَحْوَهُ
Shahih Muslim 5174: Telah menceritakan kepada kami Abu Kamil Al
Jahdari dan Abu Ma'nu Zaid bin Yazid Ar Raqasyi teks milik Abu Ma'nu, keduanya
berkata: Telah menceritakan kepada kami Khalid bin Al Harits telah menceritakan
kepada kami Abdulhamid bin Ja'far dari Al Aswad bin Al Ala` dari Abu Salamah
dari Aisyah berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Malam dan siang itu tidak akan lenyap hingga Laata dan 'Uzza
disembah." Aku berkata: Wahai Rasulullah, aku mengira hal itu ketika Allah
menurunkan ayat: "Dialah yang Telah mengutus RasulNya (dengan membawa)
petunjuk (Al Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama,
walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai" (At Taubah: 33) bahwa ia
telah sempurna. Beliau bersabda: "Sesungguhnya hal itu akan terjadi dengan
kehendak Allah, kemudian Dia akan mengirim sebuah angin yang lembut hingga Dia
mewafatkan setiap orang yang di dalam hatinya terdapat keimanan meski hanya
sebesar biji sawi, lalu yang tersisa hanyalah orang-orang yang di dalam dirinya
tidak ada kebaikan sedikitpun sehingga mereka kembali kepada agama nenek moyang
mereka." Telah menceritakannya kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna telah
menceritakan kepada kami Abu Bakar Al Hanafi telah menceritakan kepada kami
Abdul Hamid bin Ja'far dengan sanad ini dengan matan serupa.
Allah subhanahu wa ta’ala telah menghilangkan seruan-seruan
jahiliyah sebagaimana disebutkan dalam
hadits yang diriwayatkan imam At-Tirmidzi rahimahullah dari Abu Hurairah
radhyallaahu’anhu :
سنن الترمذي ٣٨٩١: حَدَّثَنَا
هَارُونُ بْنُ مُوسَى بْنِ أَبِي عَلْقَمَةَ الْفَرْوِيُّ الْمَدَنِيُّ حَدَّثَنِي
أَبِي عَنْ هِشَامِ بْنِ سَعْدٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي سَعِيدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ قَدْ أَذْهَبَ اللَّهُ عَنْكُمْ عُبِّيَّةَ الْجَاهِلِيَّةِ
وَفَخْرَهَا بِالْآبَاءِ مُؤْمِنٌ تَقِيٌّ وَفَاجِرٌ شَقِيٌّ وَالنَّاسُ بَنُو آدَمَ
وَآدَمُ مِنْ تُرَابٍ
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا
حَدِيثٌ حَسَنٌ وَهَذَا أَصَحُّ عِنْدَنَا مِنْ الْحَدِيثِ الْأَوَّلِ وَسَعِيدٌ الْمَقْبُرِيُّ
قَدْ سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ وَيَرْوِي عَنْ أَبِيهِ أَشْيَاءَ كَثِيرَةً عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وَقَدْ رَوَى سُفْيَانُ الثَّوْرِيُّ وَغَيْرُ وَاحِدٍ
هَذَا الْحَدِيثَ عَنْ هِشَامِ بْنِ سَعْدٍ عَنْ سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَحْوَ حَدِيثِ أَبِي
عَامِرٍ عَنْ هِشَامِ بْنِ سَعْدٍ
Sunan Tirmidzi 3891: Telah menceritakan kepada kami Harun bin
Musa bin Abu 'Alqamah Al Farwi Al Madani telah menceritakan kepadaku ayahku
dari Hisyam bin Sa'd dari Sa'id bin Abu Sa'id dari ayahnya dari Abu Hurairah
radliallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Sesungguhnya Allah telah menghilangkan dari diri kalian seruan-seruan
Jahiliyah dan berbangga-bangga dengan nenek moyang, (yang ada hanyalah) seorang
mukmin yang bertakwa atau seorang fajir (pendosa) yang celaka, semua manusia
adalah anak Adam, dan Adam tercipta dari tanah." Abu Isa berkata;
"Hadits ini adalah hadits hasan, dan menurut kami, hadits ini lebih shahih
dari pada hadits yang pertama, sebab Sa'id Al Maqburi telah mendengar dari Abu
Hurairah, dan dia juga meriwayatkan dari ayahnya banyak riwayat dari Abu
Hurairah radliallahu 'anhu. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Sufyan Ats Tsauri
dan yang lainnya dari Hisyam bin Sa'd dari Sa'id Al Maqburi dari Abu Hurairah
dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam seperti hadits riwayat Abu 'Amir dari
Hisyam bin Sa'd.
Melakukan ritual-ritual tradisi
kepercayaan warisan turun temurun dari nenek moyang oleh mereka-mereka yang
mengaku beriman sesungguhnya telah melakukan kemunafikan, karena disatu sisi
mengku sebagai muslim dan melaksanakan amalan-amalan ibadah yang disyari’atkan
tetapi disisi lain melakukan pula penyembahan-penyembahan kepada dewa-dewa,
jin-jin, roh-roh halus dan makhluk halus lainnya, menyembah pohon-pohon,
batu-batuan sebagaimana yang dulu dilakukan oleh nenek moyang di zaman
jahiliyah. Sehingga dengan demikian mereka tersebut telah menjadikan sesuatu
selain Allah sebagai tandingan Allah.
Menyembah tandingan-tandingan selain Allah dan mencintainya
sebagaimana mencintai Allah sebagaimana yang dilakukan oleh para nenek moyang
di zaman jahiliyah. Dimana mereka-mereka tersebut melakukan penyembahan kepada
benda-benda yang termasuk makhluk
ciptaan Allah .Perbuatan ini merupakan perbuatan syirik. Hal ini sesuai dengan
yang difirmankan Allah subhanahu wa ta’ala :
وَمِنَ النَّاسِ مَن يَتَّخِذُ
مِن دُونِ اللّهِ أَندَاداً يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللّهِ وَالَّذِينَ آمَنُواْ أَشَدُّ
حُبًّا لِّلّهِ وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُواْ إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ
لِلّهِ جَمِيعاً وَأَنَّ اللّهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan
selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun
orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya
orang-orang yang berbuat zalim itu [106] mengetahui ketika mereka melihat siksa
(pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa
Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal)”.(QS.Al Baqarah : 165 )
Keterangan :
[106] Yang dimaksud dengan orang yang zalim di sini ialah
orang-orang yang menyembah selain Allah.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
وَمَا ظَلَمْنَاهُمْ وَلَـكِن
ظَلَمُواْ أَنفُسَهُمْ فَمَا أَغْنَتْ عَنْهُمْ آلِهَتُهُمُ الَّتِي يَدْعُونَ مِن
دُونِ اللّهِ مِن شَيْءٍ لِّمَّا جَاء أَمْرُ رَبِّكَ وَمَا زَادُوهُمْ غَيْرَ تَتْبِيبٍ
Dan Kami tidaklah menganiaya mereka tetapi merekalah yang
menganiaya diri mereka sendiri, karena itu tiadalah bermanfaat sedikitpun
kepada mereka sembahan-sembahan yang mereka seru selain Allah, di waktu azab
Tuhanmu datang. Dan sembahan-sembahan itu tidaklah menambah kepada mereka
kecuali kebinasaan belaka. (QS.Huud : 101)
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan
Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu bagi siapa yang
dikehendaki-Nya, sebagaimana yang dikatakan dalam al-Qur’an :
إِنَّ اللّهَ لاَ يَغْفِرُ
أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاء وَمَن يُشْرِكْ بِاللّهِ
فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan
Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah
berbuat dosa yang besar.(QS. An Nisa’ : 48)
Juga pelaku Syirik Akbar tempat kembalinya adalah neraka
dan diharamkan baginya Surga.
Allah Ta’ala berfirman :
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ
قَالُواْ إِنَّ اللّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ وَقَالَ الْمَسِيحُ يَا بَنِي
إِسْرَائِيلَ اعْبُدُواْ اللّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ إِنَّهُ مَن يُشْرِكْ بِاللّهِ
فَقَدْ حَرَّمَ اللّهُ عَلَيهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ
مِنْ أَنصَارٍ
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata:
"Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putera Maryam", padahal Al Masih
(sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan
Tuhanmu". Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah,
maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka,
tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun. (Al Maidah : 72)
Sesungguhnya mereka-mereka yang mengaku sebagai muslim
tetapi tetap juga melakukan ritual-ritual penyembahan kepada makhluk
sebagaimana kepercayaan nenek moyang mereka, maka seluruh amalan yang
dilakukannya sebagai muslim akan gugur. Hal ini ditegaskan dalam firman Allah
Ta’ala :
ذَلِكَ هُدَى اللّهِ يَهْدِي
بِهِ مَن يَشَاء مِنْ عِبَادِهِ وَلَوْ أَشْرَكُواْ لَحَبِطَ عَنْهُم مَّا كَانُواْ
يَعْمَلُونَ
Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk
kepada siapa yang dikehendakiNya di antara hamba-hambaNya. Seandainya mereka
mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka
kerjakan. (QS. Al An’am : 88)
Kesimpulan dan Penutup
Tidaklah dapat dimungkiri bahwa masih ada diantara penduduk
nusantara ini yang mengaku sebagai Muslim tetapi perilaku
kehidupan keberagamaannya masih mereka campurkan dengan tradisi ritual
kepercayaan yang diwarisi secara turun temurun dari lelulur dan nenek moyang yang
hidup di zaman jahiliyah yang tidak dan belum mengenal iman dan tauhid.
Tradisi kepercayaan yang mereka sebutkan sebagai tradisi
adat dan budaya warisan leluhur ,menurut mereka perlu dipertahankan dan
dilestarikan sebagai budaya bangsa agar tidak lenyap untuk kemudian diwariskan lagi kepada
generasi mendatang. Namun mereka mereka tersebut tidak atau belum atau kurang
menyadari bahwa apa yang mereka lakukan dengan melakukan ritual-ritual
keagamaan dari kepercayaan nenek moyang mereka tersebut sebenarnya tiada lain
adalah membuat atau menjadikan tandingan bagi Allah Yang Maha Pencipta,
perbuatan tersebut adalah perbuatan menyekutukan Allah, perbuatan yang amat
terlarang dan sebagai perbuatan sebesar-besar dan sejelek-jeleknya kedzaliman.
Bagi mereka tempat kembalinya nanti adalah neraka jahanam dan diharamkan surga.
Syirik sebagai perbuatan menyekutukan Allah merupakan dosa
yang tidak diampuni, kecuali yang melakukannya meminta ampun dan bertaubat dari
perbuatannya.
Sejalan dengan itu dihimbau kepada seluruh saudara-saudara
sesama muslim yang terbiasa melakukan ritual-ritual penyembahan berdasarkan
kepada kepercayaan yang diwarisi dari nenek moyang dan para leluhur agar segera
bertaubat dan meninggalkannya. Insya Allah taubat kalian akan diterima, dan mudah-mudahan Allah subhanahu
wa ta’ala memberikan petunjuk-Nya kepada kita . Amin ( Wallaahu ta’ala a’lam)
Sumber :
2.Ensiklopedi Hadits Kitab 9 Imam, www.lidwa pusaka.com
3.Parasit Akidah, A.D.EL.Marzdedeq
Apakah kamu sudah tau prediksi togel mbah jambrong yang jitu? bila belum baca Prediksi jitu mbah jambrong Hk
BalasHapus