Hampir diseluruh kawasan pantai yang
tersebar di nusantara ini yang duni oleh anak manusia dapat dipastikan mereka
berprofesi sebagai nelayan penangkap ikan yang kesehariannya melaut menangkap
ikan demi menghidupi keluarganya. Dalam melaut tidak jarang mereka dihantam
amukan badai dan gelombang tinggi yang dapat meluluh lantakkan perahu-perahu
mereka. Namun mereka tidak pernah merasa gentar dan takut untuk melaut. Karena
mereka-mereka sebagai manusia yang hidup terikat dan menyatu serta akrab dengan laut berkeyakinan bahwa makhluk halus
berupa jin penguasa laut akan memberikan perlindungan karena para nelayan
tersebut setiap tahun selalu mengadakan pesta laut dengan memberikan sesajen dan tumbal yangf dilarungkan ke tengah
laut secara beramai-ramai oleh para nelayan. Dimana ritual sedekah laut yang
dilakukan oleh para nelayan tersebut disebutkan sebagai wujud rasa terimakasih
manusia kepada penguasa laut yang dalam hal ini berupa roh atau makkluk halus
atau jin.
Pesta ritual sedekah laut dengan
puncak acara melarungkan sesajen dan tumbal yang rutin tiap tahun dilakukan
adalah merupakan tradisi kepercayaan dari nenek moyang/leluhur yang diwariskan
secara turun temurun serta yang terus dipertahankan dan dilestarikan untuk
berikutnya diwariskan kembali kepada generasi yang akan datang.
Mengingat bahwa tradisi kepercayaan
memberikan sesajen yang merupakan warisan dari para nenek moyang/leluhur
sesungguhnya adalah kepercayaan penganut animisme yang tidak atau belum
mengenal tauhid. Maka tradisi tahunan pesta sedekah laut yang dilakukan oleh
penduduk yang biasanya hidup dikawasan pantai tersebut berseberangan dengan
aqidah Islam yang mentauhidkan Allah subhanahu wa ta’ala
Warisan Kepercayaan Animisme Yang Dilestarikan
Kepercayaan animisme atau kepercayaan
kepada makhluk halus dan roh dipercayai merupakan asas kepercayaan agama yang
mula-mula muncul dalam kalangan manusia primitif purba kala.
Kepercayaan animisme mempercayai bahwa
setiap benda di bumi ini, (seperti kawasan tertentu, gua, pokok atau batu
besar), mempunyai semangat yang mesti dihormati agar semangat tersebut tidak
mengganggu manusia, malah membantu mereka dari semangat dan roh jahat dan juga
dalam kehidupan seharian mereka. Semangat ini juga dikenali dengan pelbagai
nama, antaranya jin, mambang, roh, datuk, tuan, dan penunggu. Kadang-kala
semangat ini juga dianggap roh leluhur mereka yang telah meninggal yang kini
menetap ditempat sedemikian. Semua itu kemudian dijadikan sebagai sesembahan,
sebagai sarana untuk meminta pertolongan dan perlindungan, dimana penghormatan
dan penyemban dilakukan dengan memberikan aneka jenis makanan, buah-buahan dan
binatang buruan. Jadilah sesuatu sebagai
makhluk itu sebagai tuhan-tuhan mereka.
Animisme sebagai budaya manusia yang
hidup di zaman jahiliyah yang samasekali belum mengenal tauhid.
Kepercayaan animisme tersebut terus
berlanjut dari generasi ke generasi berikutnya dan dijadikan warisan budaya
yang oleh sebagian kalangan sengaja dipertahankan dan dilestarikan sebagai budaya bangsa yang dianggap mempunyai
nilai-nilai historis.
Pada masa beberapa dekade terakhir ini
warisan budaya animisme yang oleh banyak kalangan sering disebut tradisi adat
dan budaya leluhur, dijadikan sebagai ritual rutin tahunan dengan
menyelenggarakan berbagai ritual dengan intinya mempersembahkan sesajen persis
sebagaimana yang dulu dilakukan oleh para leluhur yang hidup di zaman animism
jahiiyah.
Diantara ritual tahunan persembahan
sejajen khususnya oleh masyarakat di
pesisir pantai menyelenggarakan ritual secara beramai-ramai yang dinamakan
sebagai pesta/sedekah laut. Dimana sesajen yang telah disiapkan dilarung atau
dihanyutkan ketengah laut.
Sesajen tersebut dimaksudkan sebagai
bentuk persembahan para nelayan kepada jin penunggu laut yang mereka sebut
sebagai dewa penguasa laut.Sedangkan persembahan sesajen tsb dilakukan sebagai
bentuk rasa syukur atas rezeki berupa tanggakapan ikan. Selain itu juga untuk
memohon perlindungan dan pertolongan agar diberikan keselamatan di laut selama
berlayat menangkap ikan.
Sesungguhnya masyarakat nelayan yang terus melazimkan persembahan
sesajen dalam ritual pesta laut sebagaimana digambarkan diatas sebagian
terbesar adalah masyarakat muslim yang kuat melakukan amal ibadahnya. Namun
mereka sepertinya tanpa beban dengan lapang dada melakukan ritutual-ritual
pemujaan, mereka tidak menyadari bahwa sesungguhnya apa yang dilakukannya adalah meyakini ada sesuatu berupa makhluk
yang patut disembah selain Allah.
Beramai-ramai Ambil Bagian Menyelenggarakan Kesyirikan
Semua orang maklum bahwa acara tahunan
ritual hajatan pesta/sedekah laut yang diselenggarakan pada banyak tempat di
daerah pesisir di negeri ini diselenggarakan dalam bentuk pesta rakyat yang
melibatkan banyak orang dimana pada hari
H pelaksanaan tidak dihadiri oleh para nelayan dan keluarganya tetapi
juga dihadiri undangan dari berbagai pihak termasuk para aparat dan pejabat
dari tingkat RT. Desa, Kecamatan bahkan dari tingkat Kabupaten. Tidak ketinggal
pula mereka-mereka dari kalangan tokoh/pemuka agama Islam dan ulama.
Mengingat bahwa hajatan pesta/sedekah
laut merupakan pekerjaan yang besar dan memerlukan pembiayaan,maka pihak yang
terkait berinisiatip untuk membentuk panitia penyelenggara secara lengkap untuk
mempersiapkan segala sesuatu yang berkenaan dengan ritual pesta adat sampai
pada hari diselenggarakannya hajatan. Dana pun dikumpulkan dari seluruh
masyarakat. Karena hajatan pesta/sedekah laut ini merupakan moment penting dan
ada keterkaitan kepentingan dengan masyarakat, maka masyarakatpun dengan senang
hati ikut berpartisipasi.
Bahkan kebanyakan adapula masyarakat
yang membawa aneka makanan yang nantinya dimakan secara beramai-ramai setelah
diadakan ritual pembacaan mantera oleh pemangku adat setempat bersama ulama.
Gotong royong secara beramai-ramai
tidak saja terbatas dalam hal mengumpulkan sumbangan berupa dana yang
diperlukan relatif besar, gotong royong
juga dilakukan beberapa hari menjelang hajatan serperti menyiapkan temnpat dan
tenda serta yang penting bergotong royong menyiapkan sesajen yang dibuat besar
lengkap dengan berbagai hiasan untuk nantinya dilarungkan.
Seluruh penduduk kampung secara sadar
berpartisipasi secara aktif dengan menyediakan tenaga dan biaya untuk
terselenggarakannya hajatan pesta laut sebagai wujud rasa syukur kepada
penguasa laut yang telah memberikan rezeki tangkapan, memberikan perlindungan
dan pertolongan kepada mereka. Namun mereka tidak menyadari samasekali bahwa
sebenarnya apa yang mereka lakukan sebenarnya telah menyimpang dari ajaran
tauhid. Mengingat bahwa hajatan pesta/sedekah laut bukannlah bagian dari
syari’at Islam, melainkan tradisi yang berasal dari kepercayaan yang animisme
yang jahiliyah yang tidak mengenal tauhid. Dan tentunya perbuatan tersebut
merupakan perbuatan yang ssyirik.
Masyarakat bergotong royong
menyelenggarakan hajatan ritual pesta adat memberikan persembahan kepada
makhluk selain Allah, adalah perbuatan syirik.Karenanya siapa sajapun pun yang
mendukung acara hajatan tersebut berarti mereka turut serta dalam berbuat
kemaksiatan kepada Allah
Kepercayaan Yang Menjadikan Makhluk Sebagai Tandingan Terhadap
Allah .
Memberikan sesajen dan tumbal sebagai
persembahan kepada sesuatu selain Allah yang diagungkan, sesuatu selain Allah yang
ditakuti dapat mendatangkan kemudharatan , sesuatu selain Allah yang dimintai pertolongan,
sesuatu selain Allah yang diyakini sebagai pemberi perlindungan, sesuatu selain
Allah yang diyakini sebagai pemberi rezeki dan lain sebagainya sebagaimana
kepercayaan animisme dan kepercayaan lainnya yang diwarisi dari nenek moyang
yang jahiliyyah adalah sebuah perbuatan yang meyakini bahwa selain Allah
subhanahu wa ta’ala ada kekuatan dan kekuasaan lainnya lagi. Keyakinan yang
mensejajarkan dan menyamakan kedudukan
Allah subhanahu wa ta’ala dengan makhluk ciptaannya . Keyakinan bahwa selain
Allah ada pula sesuatu harus yang disembah, maka kesemuanya itu adalah
perbuatan membuat tandingan-tandingan terhadap Allah ta’ala.
Berangkat dari semua itu maka
merealisasikan kepercayaan warisan turun temurun dari nenek moyang yang
merupakan kepercayaan dari animisme dalam berbagai hajatan dengan
mempersembahkan sesajen tiada lain adalah perbuatan menyekutukan Allah dengan
makhluknya.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ
حُنَفَاء وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah
dengan memurnikan keta'atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus
[1596], dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang
demikian itulah agama yang lurus.(QS.Al Bayyinah : 5 )
Juga firman Allah ta’ala :
وَمِنَ النَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ اللّهِ أَندَاداً يُحِبُّونَهُمْ
كَحُبِّ اللّهِ وَالَّذِينَ آمَنُواْ أَشَدُّ حُبًّا لِّلّهِ وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ
ظَلَمُواْ إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ لِلّهِ جَمِيعاً وَأَنَّ اللّهَ
شَدِيدُ الْعَذَابِ
Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah
tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka
mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada
Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu [106] mengetahui
ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan
Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka
menyesal).(QS. Al Baqarah : 165)
K e t e r a n g a n :
[106] Yang dimaksud dengan
orang yang zalim di sini ialah orang-orang yang menyembah selain Allah.
Rasullullah shallallahu’alaihi wa
sallam bersabda :
صحيح مسلم ٥٣٠٠: حَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ
بْنُ إِبْرَاهِيمَ أَخْبَرَنَا رَوْحُ بْنُ الْقَاسِمِ عَنْ الْعَلَاءِ بْنِ عَبْدِ
الرَّحْمَنِ بْنِ يَعْقُوبَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اللَّهُ
تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنْ الشِّرْكِ مَنْ عَمِلَ عَمَلًا
أَشْرَكَ فِيهِ مَعِي غَيْرِي تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ
Shahih Muslim 5300: Telah
menceritakan kepadaku Zuhair bin Harb telah menceritakan kepada kami Isma'il
bin Ibrahim telah menceritakan kepada kami Rauh bin Al Qasim dari Al Ala` bin
Abdurrahman bin Ya'qub dari ayahnya dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: "Allah Tabaraka wa Ta'ala
berfirman: 'Aku adalah sekutu yang paling tidak memerlukan sekutu, barangsiapa melakukan
suatu amalan dengan menyekutukanKu dengan selainKu, Aku meninggalkannya dan
sekutunya'."
Sebagaimana yang menjadi keyakinan
umat Islam bahwa Allah menciptakan makhluk agar mereka mentauhidkan-Nya dan
hanya beribadah kepada-Nya , sebagaimana yang ditegaskan dalam firman Allah ta’ala
:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku.(QS.Adz-Dzaariyaat: 56)
Allah ta’ala memberitahukan bahwa Dia
mengutus Rasul-Rasul-Nya serta menurunkan Kitab-Kitab-Nya agar manusia
menegakkan keadilan.Keadilan yang paling agung adalah tauhid. Tauhid adalah
puncak keadilan sekaligus penopangnya, sedangkan syirik adalah kedzaliman.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا
تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia
memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan
Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar".(QS.Luqman: 13 )
Syirik adalah kezdaliman terbesar,
sedangkan tauhid adalah keadilan yang laping adil. Oleh karena itu perkara yang
meniadakan(menafikan) tauhid adalah dosa terbesar karena perbedaan tingkatan
dosa besar tergantung dari penafiannya terhadap tauhid.
Mengingat perbuatan menyekutukan Allah
benar-benar menafikan tauhid, sehingga syirik ditetapkan sebagai dosa paling yang
besar secara mutlak, maka karena itu pula Allah mengharamkan surga bagi setiap
orang musyrik. Allah tidak menerima amal apapun
dari seorang musyrik, tidak menerima syafaat terhadapnyha, tidak mengabul
doanya di akhirat, dan tidak memaafkan kesalahannya. Orang-orang musyrik adalah
orang paling bodoh di antara orang-orang bodoh. Hal itu dikarenakan dia membuat
tandingan bagi zat yang menciptakannya. ( Lihat Ad-Daa’wa Ad-Dawaa’ Ibnu Qaiyim
al-Jauziyyah)
Kesimpulan dan Penutup
Nenek moyang sebagai leluhur di
nusantara ini mewariskan dari generasi kenegerasi berikutnya kepercayaan yang
bersumber dari animisme, yang mana kemudian kepercayaan tersebut terus
dipertahankan, dipelihara dan dianggap sebagai budaya dari leluhur yang harus
dilestarikan. Meskipun sebenarnya kepercayaan tersebut penuh dengan kesyirikan
karena di dalamnya terdapat ritual penyembahan berupa pemberian sesajen kepada
makhluk ciptaan Allah. Sedangkan penyembahan tersebut dilakukan karena
keyakinan bahwa makhluk ciptaan Allah yang mereka berikan sesajen dijakini
dapat memberikan perlindungan, memberikan pertolongan, memberikan rezeki dan
keyakinan-keyakinan bathil lainnya.
Kepercayaan warisan nenek moyang yang
terus dipertahankan tersebut dengan secara rutin menyelenggarakan ritual-ritual
dan penyembahan sesungguhnya adalah perbuatan menjadikan makhluk sebagai tandingan terhadap Allah, perbuatan ini adalah
syirik yang sangat dilarang karena merupakan dosa besar dan perbuatan
kedzaliman yang paling besar.
Di banyak tempat sering dilakukan
hajatan pesta sedekah laut dengan melarungkan sesajen ke tengah laut sebagai
bentuk persembahan kepada selain Allah dan itu semua dilakukan oleh banyak
orang, sehingga masyarakat secara beramai-ramai telah melakukan kesyirikan.
Sejalan dengan itu sebagai seorang
muslim yang mengakui Laa Ilaaha Illalaah segera meninggalkan perbuatan menyekutukan
Allah, agar selamat dari siksa neraka. ( Wallaahu ta’ala a’lam )
Su m b e r :
1.Al-Qur’an dan Terjemahan, www.salafi-db
2.Ensiklopedi Hadits Kitab 9 Imam, www.lidwapusaka.com
3.Ad-Daa’ wa Ad-Dawwa’ Ibnu Qaiyim Al
Jauziyyah ( terjemahan)
4. Parasit Aqidah, A.D.El Marzdedeq
Samarinda
,Selesai disusun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar