Gambar : Ilustrasi
Ritual tolak bala dikalangan masyarakat di negeri
ini bukanlah hal yang asing lagi, kebanyakan kalangan malahan sangat akrab
dengan ritual semacam ini. Begitu banyaknya bentuk ritual tolak bala
ditengah-tengah masyarakat, sehingga setiap apa saja yang dipredeksi berpeluang
besar mendapatkan bala maka sebelumnya terlebih dahulu dilakukan ritual tolak
bala.
Berkenaan dengan sudah memasyarakat dan mendarah
dagingnya apa yang dinamakan tolak bala di kalangan muslim di negeri, maka
dipandang perlu untuk mengulas tentang liku-liku ritual tolak bala ditinjau
dari syari’at Islam.
Bermacam-macam Rupa Ritual Tolak Bala
Masyarakat Indonesia yang dikenal memiliki banyak
suku bangsa, tentunya juga mempunyai cirri-ciri khas tertentu dalam hal-hal
yang berkaitan dengan adat istiadat dan budaya serta juga dalam hal yang
berkaitan dengan ritual-ritual keagamaan termasuk dalam hal ini ritual menolak
bala. Seperti di kalangan Masyrakat Jawa di kenal dengan nama ruwatan.
Sesungguhnya sangatlah banyak sekali ragam dari
ritual tolak bala yang sering dilakukan oleh mereka-mereka masyarakat di negeri
ini termasuk mereka yang mengaku sebagai
muslim yang sebenarnya memiliki telah memiliki aturan yang mengikat yang
bersumber dari al-Qur’an dan as-Sunnah
.
Pada umumnya ritual tolak bala yang banyak dilakukan
oleh berbagai kalangan di negeri ini pada awalnya adalah bersumber dari
kepercayaan para leluhur yang diwariskan secara turun temurun dari generasi
kegenarasi berikutnya.
Semua orang tentu mendambakan keselamatan dan
kebahagiaan, sehingga apabila ada bencana yang mengancam mereka pun berusaha
menangkalnya. Dan jika bencana sudah menimpa, maka berbagai cara pun ditempuh
untuk menghilangkannya. Dalam keadaan seperti ini, orang yang tidak memiliki
pemahaman tauhid yang benar sangat rawan terjerumus dalam kesyirikan.
Beberapa
contoh tentang ritual tolak bala yang dilakukan oleh masyarakat yaitu
antara lain :
1. Tolak bala pada saat dimulainya membangun rumah
dengan mendirikan tiang soko guru yang dilaksanakan pada subuh dengan melakukan
selamatan kemudian pada bagian ujung atas tiang soko guru diikatkan kain yang
diberi mayang pinang.
2.Tolak bala pada saat enempati rumah baru dengan menempatkan sesaji
pada empat pojok rumah kemudian pada saat waktu magrib tiba dilakukan azan pada
tiap pojokan rumah.
3Tolak bala pada saat wanita hamil dengan Ritual
mandi-mandi pada kehamilan 6 bulan yang dimaksudkan agar wanita yang hamil
terlepas dari hal-hal yang tidak diinginkan dan pada saat melahirkan dapat
berjalan secara lancar
.
4Tolak bala dengan menanam/menguburkan
ari-ari/placenta dari bayi yang baru
dilahirkan agar roh dari ari-ari tersebut tidak mengganggu bayi dan bayi
terlindungi dari gangguan roh atau jin.
5.Tolak bala untuk bayi dengan memberikan gelang
dari benang hitam pada kedua tangan bayi agar terhindar dari gangguan
makhluk-makhluk halus atau jin yang suka mengganggu bayi.
6.Tolak bala setelah melahirkan dengan menyelenggarakan
selamatan kecil ,7 hari setelah kelahiran ( pada masyarakat Banjar disebut
dengan palas bidan), pada acara palas bidan ini disediakan pula sesaji (
masyarakat banjar menamakannya piduduk) berupa beras yang dimasukkan dalam
baskom kecil, kemudian dilengkapi dengan kelapa, gula merah, pisang dan tidak
ketinggalan telur. Sesaji ini kemudian diberikan kepada bidan yang membantu
kelahiran.
7. Tolak bala setelah bayi berumur 40 hari diadakan
acara naik ayun yang diawali dengan ritual tepung tawar dari air yang diberi
minyak wangi dan bunga-2an, ritual ini juga dimaksudkan memberikan perlindungan
kepada sibayi.
8.Tolak bala untuk bayi yang dilahirkan dalam bulan
Safar dengan cara dilakukan penimbangan bayi dengan beraneka makanan, agar bayi
kelak terhindar dari berbagai musibah
9.Tolak bala dari berbagai penyakit, dimana apabila di dalam suatu rumah
sering ada yang mengalami sakit maka diadakan selamatan tolak bala dengan bubur
merah dan bubur putih.
10.Tolak bala untuk menyelenggarakann hajatan.Apabila
akan mengadakan hajatan yang mengundang orang banyak seperti perkawinan,
sebelumnya dilakukan ritual menghanyutkan/melarung sesajen yang dapat dilakukan
ditempat-tempat yang berair seperti di laut, sungai, danau, kolam , selokan.
Sedangkan sesajennyaberupa nasi ketan yang diberi telur. Ritual ini dimaksudkan
agar selama berlangsungnya hajatan tidak akan terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan.
11.Tolak bala untuk kendaraan agar terhindar dari
musibah tabrakan atau kecelakaan dengan menyiramkan air kembang yang sudah
diberi mantera pada kendaraan yang baru dengan maksud agar kendaraan tersebut terhindar
dari kecelakaan.
12.Tolak bala sebelum melakukan pelayaran pertama
untuk kapal yang baru selesai dibuat dengan menyiramkan air kembang dengan
maksud agar kapal selamat dan terhindar dari berbagai bala dan bencana.
13.Tolak bala dalam rangka pembangunan proyek-proyek
jalan, jembatan, pelabuhan/dermaga , rel kereta api dan gedung-gedung bes ar
serta bertingkat dengan melakukan selamatan yang dibarengi dengan menyembelih
hewan ternak yang kepalanya ditanamkan dilokasi agar pekerjaan berjalan lancar
dan para pekerja selamat serta terhindar dari musibah/malapetaka.
14.Tolak bala dengan menyelenggarakan selamatan dan
penyembelihan hewan ternak pada saat dimulainya pekerjaan pembukaan
pertambangan sehingga dengan tolak bala tersebut segala bentuk musibah dan
bencana dapat dihindarkan.
15.Tolak bala dengan memberikan tumbal berupa hewan
ternak untuk kawah gunung dengan maksud agar gunung tidak meletus.
16. Tolak bala sedekah bumi, bersih desa dan ritual
lainnya dengan melakukan pergelaran wayang yang tidak ketinggalan menyediakan
sesajen, dengan tujuan agar masyarakat terhindar dari berbagai bencana.
17.Tolak bala dengan melarungkan/menghanyutkan sesajen dan tumbal berupa kepala hewan ternak
dalam acara ritual sedekah laut agar para nelayan terhindar dari bencana dilaut
pada saat berlayar mencari ikan.
18. Tolak bala untuk menghindarkan penyakit dengan
secara rutin menyediakan dan
menggantungkan sesajen di pohon-pohon besar atau tempat-tempat tertentu yang
dianggap ada penunggunya yang sering mengganggu manusia.
19.Tolak bala untuk menghindarkan dan melindungh
rumah dan penghuninya dari hal-hal yang buruk akibat perbuatan atau ulah
manusia atau jin dengan meletakkan penangkal diatas pintu masuk.
20.Tolak bala dengan memakai penangkal atau jimat
agar diri terhindar dari berbagai musibah dan malapetaka serta gangguan dari
jin.
Tolak Bala Dengan Berbuat Syirik
Seluruh gambaran yang berkaitan dengan ritual
menolak bala yang dikemukan diatas sesungguhnya samasekali tidak menunjukkan
bahwa perbuatan tersebut bersesuai dengan syari’at yang bersumber dan al-Qur’an
dan as-Sunnah serta contoh dari perbuatan para sahabat dan ulama salafus
shalih.
Apa-apa yang dikerjakan oleh sebagian orang untuk
menolak bala atau menghindarkan diri dari berbagai musibah selama ini merupakan
perbuatan bid’ah dalam agama dan bahkan termasuk perbuatan syirik. Karena semua
yang mereka kerjakan bukan ditujukan kepada Allah subhanahu wa ta’ala,
melainkan ditujukan kepada selain Allah.
Menujukan doa dan ibadah kepada selain Allah
merupakan kekafiran, kemusyrikan, dan kezaliman. Kekafiran orang yang berdoa
kepada selain Allah merupakan ketetapan al-Qur’an. Allah ta’ala
berfirman :وَمَن يَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ لَا بُرْهَانَ لَهُ بِهِ فَإِنَّمَا حِسَابُهُ عِندَ رَبِّهِ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ
Dan barangsiapa menyembah tuhan yang lain di samping Allah, padahal tidak ada suatu dalilpun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung. (QS. al-Mukminun: 117).
Berdoa kepada selain Allah pun termasuk kezaliman, bahkan kezaliman yang terbesar. Karena ibadah adalah hak Allah. Barangsiapa yang menujukan ibadah kepada selain Allah berarti dia telah menujukan ibadah kepada yang tidak berhak menerimanya, dan itulah kezaliman. Hak Allah adalah hak pertama dan paling agung yang harus dipenuhi, sehingga tidak menunaikan hak Allah merupakan kezaliman yang paling besar. Allah ta’ala berfirman (yang artinya),:
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (QS. Luqman: 13
Dulu orang-orang musyrik juga selalu berdoa kepada Allah, mereka berdoa kepada Allah siang dan malam. Hanya saja mereka mempersekutukan Allah di dalam doanya. Mereka berdoa kepada Allah, namun mereka juga berdoa kepada selain Allah. Apalagi dalam kondisi genting dan terjepit, mereka mengikhlaskan doanya untuk Allah semata. Walaupun tatkala Allah selamatkan mereka, mereka pun kembali berbuat syirik.
Allah ta’ala menceritakan hal itu dalam firman-Nya :
فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ
Maka apabila mereka naik kapal mereka mendo'a kepada Allah dengan memurnikan keta'atan kepada-Nya [1159]; maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah)( .” (QS. al-’Ankabut: 65).
K e t e r a n g a n :L
[1159] Maksudnya: dengan memurnikan keta'atan semata-mata kepada Allah.
Hal ini menunjukkan bagaimana keyakinan orang-orang musyrik di kala itu.
Mereka meyakini bahwa dalam keadaan terjepit tidak ada lagi yang bisa menyelamatkan mereka kecuali Allah. Oleh sebab itu mereka berdoa hanya kepada Allah, tidak kepada selain-Nya. Maka bandingkanlah dengan sebagian orang pada masa sekarang ini yang berdoa, memohon perlindungan dan keselamatan kepada selain Allah, baik ketika lapang maupun sempit. Alangkah bodohnya perbuatan mereka itu… Melebihi kebodohan orang-orang musyrik masa silam.
Kebodohan terhadap prinsip-prinsip dasar beragama
bak kabut tebal yang menyelimuti kehidupan kaum muslimin. Semakin jauh kita
dari masa kenabian, semakin dalam kita terperosok dalam kubangan kejahilan.
Setiap berlalu sebuah zaman, pastilah zaman berikutnya lebih buruk. Berita yang
benar, tanpa kedustaan dan keraguan, menerangkan bahwa umat Islam akan
mengikuti pola kehidupan kaum Yahudi dan Nasrani, sejengkal demi sejengkal,
sehasta lalu sehasta. Sampai-sampai jika mereka masuk mengikuti berkeloknya
lubang binatang tanah, pastilah akan diikuti oleh umat Islam. Sungguh sangat
menyedihkan.
Pantas sekali jika seorang muslim—yang benar-benar
memahami tujuan diangkatnya Muhammad shallallahu’alaihiwa sallam sebagai seorang nabi dan rasul—merasa sesak
dada dan bersedih hati ketika menyaksikan kenyataan pahit yang menimpa umat
Islam. Yang baik dianggap buruk, yang buruk diperjuangkan atas nama kebaikan.
Sebagian umat tidak mampu lagi mengenal hal ma’ruf sebagai sesuatu yang ma’ruf,
tidak pula mengingkari sesuatu yang mungkar. Orang jujur seringkali didustakan,
sementara orang berdusta dianggap jujur. Sikap khianat pada seseorang malah
terhitung amanah, sementara banyak orang yang mempertahankan amanah justru
dituduh berkhianat. Sungguh benar sabda Rasulullah n.
Dari sekian macam bentuk kebodohan sekaligus upaya
pembodohan umat adalah masih dipertahankannya upacara-upacara, ritual, dan
perayaan dalam bentuk menyembelih hewan atau binatang untuk selain Allah ta’ala.
Sesaji-sesaji yang kental dengan warna kepercayaan animisme,
persembahan-persembahan yang nyata menjadi warisan dari agama Hindu dan Budha,
dan tuntutan dari dukun dan paranormal untuk menyembelih jenis hewan tertentu
adalah sesuatu yang akrab di telinga. Kewajiban kita adalah memerangi
bentuk-bentuk kesyirikan semacam ini, yaitu penghambaan kepada makhluk yang
lemah dengan mengalirkan darah hewan sembelihan.
Musibah adalah Takdir Allah
Seluruh
hal yang berkaitan dengan kehidupan manusia, meliputi keburukan maupun kebaikan , telah ditetapkan melalui
takdir Allah subhanahu wa ta’ala sesuai dengan Firman-N ya :
قُلْ
مَن ذَا الَّذِي يَعْصِمُكُم مِّنَ اللَّهِ إِنْ أَرَادَ بِكُمْ سُوءًا أَوْ أَرَادَ
بِكُمْ رَحْمَةً وَلَا يَجِدُونَ لَهُم مِّن دُونِ اللَّهِ وَلِيًّا وَلَا نَصِيرًا
Katakanlah:
"Siapakah yang dapat melindungi kamu
dari (takdir) Allah jika Dia menghendaki bencana atasmu atau menghendaki rahmat
untuk dirimu?" Dan orang-orang munafik itu tidak memperoleh bagi mereka
pelindung dan penolong selain Allah ( QS.Al Ahzab : 17 ).
Sedangkan
Takdir bagi manusiaitu sendiri
ditetapkan oleh Allah azza wa jalla 50.000 tahun sebelum dunia
diciptakan sebagaimana sabda Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam :
صحيح
مسلم ٤٧٩٧: حَدَّثَنِي أَبُو الطَّاهِرِ أَحْمَدُ بْنُ عَمْرِو بْنِ عَبْدِ اللَّهِ
بْنِ سَرْحٍ حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي أَبُو هَانِئٍ الْخَوْلَانِيُّ عَنْ
أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْحُبُلِيِّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ
قَالَ
سَمِعْتُ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ
الْخَلَائِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
قَالَ وَعَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ
حَدَّثَنَا
ابْنُ أَبِي عُمَرَ حَدَّثَنَا الْمُقْرِئُ حَدَّثَنَا حَيْوَةُ ح و حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ
بْنُ سَهْلٍ التَّمِيمِيُّ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي مَرْيَمَ أَخْبَرَنَا نَافِعٌ يَعْنِي
ابْنَ يَزِيدَ كِلَاهُمَا عَنْ أَبِي هَانِئٍ بِهَذَا الْإِسْنَادِ مِثْلَهُ غَيْرَ
أَنَّهُمَا لَمْ يَذْكُرَا وَعَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ
Shahih
Muslim 4797: Telah menceritakan kepadaku
Abu Ath Thahir Ahmad bin 'Amru bin dari 'Abdullah bin 'Amru bin Al 'Ash dia
berkata; "Saya pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Allah telah menentukan takdir bagi semua makhluk lima puluh
tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi.' Rasulullah menambahkan: 'Dan
arsy Allah itu berada di atas air." Telah menceritakan kepada kami Ibnu
Abu 'Umar; Telah menceritakan kepada kami Al Muqri; Telah menceritakan kepada
kami Haiwah; Demikian juga diriwayatkan dari jalur lainnya, Dan telah
menceritakan kepadaku Muhammad bin Sahl At Tamimi; Telah menceritakan kepada
kami Ibnu Abu Maryam; Telah mengabarkan kepada kami Nafi' yaitu Ibnu Yazid
keduanya dari Abu Hani melalui jalur ini dengan Hadits yang serupa. Namun
keduanya tidak menyebutkan lafazh: "Dan 'arsy Allah itu berada di atas
air."
Segala sesuatu itu sesungguhnya itu sesuai dengan
apa yang digariskan oleh Allah subhanahu wa ta’ala berupa takdir sebagimana
yang disebutkan dalam Hadits Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam :
صحيح
مسلم ٤٧٩٩: حَدَّثَنِي عَبْدُ الْأَعْلَى بْنُ حَمَّادٍ قَالَ قَرَأْتُ عَلَى مَالِكِ
بْنِ أَنَسٍ ح و حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ عَنْ مَالِكٍ فِيمَا قُرِئَ عَلَيْهِ
عَنْ زِيَادِ بْنِ سَعْدٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ مُسْلِمٍ عَنْ طَاوُسٍ أَنَّهُ قَالَ أَدْرَكْتُ
نَاسًا مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُونَ
كُلُّ شَيْءٍ بِقَدَرٍ قَالَ
وَسَمِعْتُ
عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ كُلُّ شَيْءٍ بِقَدَرٍ حَتَّى الْعَجْزِ وَالْكَيْسِ أَوْ الْكَيْسِ وَالْعَجْزِ
Shahih
Muslim 4799: dari 'Amru bin Muslim dari
Thawus dia berkata; "Saya pernah mendapati beberapa orang sahabat
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengatakan; 'Segala sesuatu itu sesuai
takdirnya.' Ibnu Thawus berkata; 'Saya pernah mendengar Abdullah bin Umar
mengatakan; 'Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda: 'Segala
sesuatu itu sesuai takdirnya, hingga kelemahan dan kecerdasan (atau kecerdasan
dan kelemahan.
Manusia hanyalah menjalani skenario yang telah
digariskan, tidak ada campur tangan manusia di dalamnya. Segala liku-liku dan
seluk beluk kehidupan baik berupa kebaikan
maupun keburukan sudah tersurat dalam takdir.
Firman Allah azza wa jalla :
مَا
أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَن يُؤْمِن بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ
وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Tidak
ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan
barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada
hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.( QS.At Taghaabun : 11 )
Pada ayat lain disebutkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
وَإِنْ
يَمْسَسْكَ اللهُُ بِضُرٍّ فَلاَ كَاشِفَ لَهُ إِلاَّ هُوَ وَإِنْ يُرِدْكَ بِخَيْرٍ
فَلاَ رَادَّ لِفَضْلِهِ
“Jika
Allah menimpakan kepadamu kemudaratan maka tidak ada yang dapat
menghilangkannya kecuali Dia dan bila Dia menghendaki kebaikan bagimu maka
tidak ada yang dapat menolak keutamaan-Nya.”
(Yunus: 107)
Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam dalam
sebuah hadits yang diriwayatkan dalam shahih Bukhari menyebutkan :
صحيح
البخاري ٤٥٦٨: حَدَّثَنَا آدَمُ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ الْأَعْمَشِ قَالَ سَمِعْتُ
سَعْدَ بْنَ عُبَيْدَةَ يُحَدِّثُ عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ السُّلَمِيِّ عَنْ
عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
كَانَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي جَنَازَةٍ فَأَخَذَ شَيْئًا فَجَعَلَ
يَنْكُتُ بِهِ الْأَرْضَ فَقَالَ مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا وَقَدْ كُتِبَ مَقْعَدُهُ
مِنْ النَّارِ وَمَقْعَدُهُ مِنْ الْجَنَّةِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلَا نَتَّكِلُ
عَلَى كِتَابِنَا وَنَدَعُ الْعَمَلَ قَالَ اعْمَلُوا فَكُلٌّ مُيَسَّرٌ لِمَا خُلِقَ
لَهُ أَمَّا مَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ السَّعَادَةِ فَيُيَسَّرُ لِعَمَلِ أَهْلِ السَّعَادَةِ
وَأَمَّا مَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الشَّقَاءِ فَيُيَسَّرُ لِعَمَلِ أَهْلِ الشَّقَاوَةِ
ثُمَّ قَرَأَ
{
فَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَاتَّقَى وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَى }
الْآيَةَ
Shahih
Bukhari 4568: dari Abu Abdurrahman As
Sulami dari Ali radliallahu 'anhu ia berkata; Suatu ketika Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam berada dalam rombongan pelayat Jenazah, lalu
beliau mengambil sesuatu dan memukulkannya ke tangah. Kemudian beliau bersabda:
"Tidak ada seorang pun, kecuali tempat duduknya telah ditulis di neraka
dan tempat duduknya di surga." Para sahabat bertanya, "Wahai
Rasulullah, kalau begitu, bagaimana bila kita bertawakkal saja terhadap takdir
kita tanpa beramal?" beliau menajawab: "Ber'amallah kalian, karena
setiap orang akan dimudahkan kepada yang dicipta baginya. Barangsiapa yang
diciptakan sebagai Ahlus Sa'adah (penduduk surga), maka ia akan dimudahkan
untuk mengamalkan amalan Ahlus Sa'adah. Namun, barangsiapa yang diciptakan
sebagai Ahlusy Syaqa` (penghuni neraka), maka ia akan dimudahkan pula untuk
melakukan amalan Ahlusy Syaqa`." Kemudian beliau membacakan ayat:
"FA`AMMAA MAN `A'THAA WAT TAQAA WA SHADDAQA BIL HUSNAA (Dan barangsiapa
yang memberi, dan bertakwa serta membenarkan kebaikan).."
Sebagai
makhluk yang diciptalan Allah azza wajjala,
manusia wajib mengimani bahwa apa yang telah ditakdirkan menjadi bagian
yang tidak pernah meleset dan apa yang tidak ditakdirkan untuk menjadi bagian
dari seseorang tidak akan didapatkan olehnya. Jalan hidup manusia tidak pernah luput dari apa yang
telah ditakdirkan sebagaimana sabda
rasullullah shallallahu’alahi wa sallam
:
سنن
أبي داوود ٤٠٧٨: حَدَّثَنَا جَعْفَرُ بْنُ مُسَافِرٍ الْهُذَلِيُّ حَدَّثَنَا يَحْيَى
بْنُ حَسَّانَ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ رَبَاحٍ عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ أَبِي عَبْلَةَ
عَنْ أَبِي حَفْصَةَ قَالَ
قَالَ
عُبَادَةُ بْنُ الصَّامِتِ لِابْنِهِ يَا بُنَيَّ إِنَّكَ لَنْ تَجِدَ طَعْمَ حَقِيقَةِ
الْإِيمَانِ حَتَّى تَعْلَمَ أَنَّ مَا أَصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ وَمَا أَخْطَأَكَ
لَمْ يَكُنْ لِيُصِيبَكَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ إِنَّ أَوَّلَ مَا خَلَقَ اللَّهُ الْقَلَمَ فَقَالَ لَهُ اكْتُبْ قَالَ رَبِّ
وَمَاذَا أَكْتُبُ قَالَ اكْتُبْ مَقَادِيرَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ
يَا بُنَيَّ إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ
مَنْ مَاتَ عَلَى غَيْرِ هَذَا فَلَيْسَ مِنِّي
Sunan
Abu Daud 4078 dari Abu Hafshah ia
berkata; Ubadah bin Ash Shamit berkata kepada anaknya, "Wahai anakku,
sesungguhnya engkau tidak akan dapat merasakan lezatnya iman hingga engkau bisa
memahami bahwa apa yang ditakdirkan menjadi bagianmu tidak akan meleset darimu,
dan apa yang tidak ditakdirkan untuk menjadi bagianmu tidak akan engkau
dapatkan. Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Pertama kali yang Allah ciptakan adalah pena, lalu Allah
berfirman kepadanya: "Tulislah!" pena itu menjawab, "Wahai Rabb,
apa yang harus aku tulis?" Allah menjawab: "Tulislah semua takdir yang
akan terjadi hingga datangnya hari kiamat." Wahai anakku, aku pernah
mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa
meninggal tidak di atas keyakinan seperti ini maka ia bukan dari
golonganku."
Sejalan dengan itu
segala yang menimpa anak manusia itu datangnya dari Allah azza wa jalla, bukan
oleh sebab yang lain.
Firman Allah azza wa jalla :
مَا
أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَن يُؤْمِن بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ
وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Tidak
ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan
barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada
hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.( QS.At Taghaabun : 11 )
Firman Allah subhanahu
wa ta’ala :
وَإِذَا
أَذَقْنَا النَّاسَ رَحْمَةً فَرِحُوا بِهَا وَإِن تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ بِمَا قَدَّمَتْ
أَيْدِيهِمْ إِذَا هُمْ يَقْنَطُونَ
Dan
apabila Kami rasakan sesuatu rahmat kepada manusia, niscaya mereka gembira
dengan rahmat itu. Dan apabila mereka ditimpa suatu musibah (bahaya) disebabkan
kesalahan yang telah dikerjakan oleh tangan mereka sendiri, tiba-tiba mereka
itu berputus asa.(QS.Ar
Ruum : 36 )
. Firman Allah ta’ala :-
قُلْ
مَن ذَا الَّذِي يَعْصِمُكُم مِّنَ اللَّهِ إِنْ أَرَادَ بِكُمْ سُوءًا أَوْ أَرَادَ
بِكُمْ رَحْمَةً وَلَا يَجِدُونَ لَهُم مِّن دُونِ اللَّهِ وَلِيًّا وَلَا نَصِيرًا
Katakanlah:
"Siapakah yang dapat melindungi kamu
dari (takdir) Allah jika Dia menghendaki bencana atasmu atau menghendaki rahmat
untuk dirimu?" Dan orang-orang munafik itu tidak memperoleh bagi mereka
pelindung dan penolong selain Allah. (QS.Al Ahzab : 17)
Tidak ada sesuatu kekuatan ataupun kekuasaan lain
selain Allah yang dapat mendatangkan kebaikan maupun keburukan , kecuali hanya
Allah ta’ala sajalah yang kekuatan dan kekuasaan-Nya tidak tertandingi.Akan hal
ini Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
مسند
أحمد ٢٥٣٧: حَدَّثَنَا يُونُسُ حَدَّثَنَا لَيْثٌ عَنْ قَيْسِ بْنِ الْحَجَّاجِ عَنْ
حَنَشٍ الصَّنْعَانِيِّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ أَنَّهُ
حَدَّثَهُ
أَنَّهُ رَكِبَ خَلْفَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا
فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا غُلَامُ إِنِّي
مُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ احْفَظْ اللَّهَ يَحْفَظْكَ احْفَظْ اللَّهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ
وَإِذَا سَأَلْتَ فَلْتَسْأَلْ اللَّهَ وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ
وَاعْلَمْ أَنَّ الْأُمَّةَ لَوْ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ لَمْ يَنْفَعُوكَ
إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ لَكَ وَلَوْ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ
لَمْ يَضُرُّوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَيْكَ رُفِعَتْ الْأَقْلَامُ
وَجَفَّتْ الصُّحُفُ
Musnad
Ahmad 2537: dari Abdullah bin Abbas bahwa
ia menceritakan kepadanya; pada suatu hari ia menunggang di belakang Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam, lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda kepadanya: "Wahai anakku, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa
kalimat; Jagalah Allah niscaya Dia akan menjagamu, Jagalah Allah niscaya engkau
mendapatiNya di hadapanmu. Jika engkau meminta maka mintalah kepada Allah, dan
jika engkau memohon pertolongan maka mohonlah pertolongan kepada Allah.
Ketahuilah, seandainya umat ini bersatu untuk memberi manfaat kepadamu, niscaya
mereka tidak akan mampu memberikan manfaat kepadamu kecuali dengan sesuatu yang
telah Allah tetapkan padamu. Dan seandainya mereka bersatu untuk mencelakakan
dirimu, niscaya mereka tidak akan mampu mencelakakanmu kecuali dengan sesuatu
yang telah Allah tetapkan padamu. Pena telah diangkat dan lembaran telah
kering."
Musibah dan bencana merupakan sesuatu yang telah
ditakdirkan oleh Allah lima puluh ribu tahun sebelum Allah menciptakan langit
dan bumi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
صحيح
مسلم ٤٧٩٧: حَدَّثَنِي أَبُو الطَّاهِرِ أَحْمَدُ بْنُ عَمْرِو بْنِ عَبْدِ اللَّهِ
بْنِ سَرْحٍ حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي أَبُو هَانِئٍ الْخَوْلَانِيُّ عَنْ
أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْحُبُلِيِّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ
قَالَ
سَمِعْتُ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ
الْخَلَائِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
قَالَ وَعَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ
حَدَّثَنَا
ابْنُ أَبِي عُمَرَ حَدَّثَنَا الْمُقْرِئُ حَدَّثَنَا حَيْوَةُ ح و حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ
بْنُ سَهْلٍ التَّمِيمِيُّ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي مَرْيَمَ أَخْبَرَنَا نَافِعٌ يَعْنِي
ابْنَ يَزِيدَ كِلَاهُمَا عَنْ أَبِي هَانِئٍ بِهَذَا الْإِسْنَادِ مِثْلَهُ غَيْرَ
أَنَّهُمَا لَمْ يَذْكُرَا وَعَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ
Shahih
Muslim 4797: Telah menceritakan kepadaku
Abu Ath Thahir Ahmad bin 'Amru bin 'Abdullah bin Sarh; Telah menceritakan
kepada kami Ibnu Wahb; Telah mengabarkan kepadaku Abu Hani Al Khalwani dari Abu
'Abdur Rahman Al Hubuli dari 'Abdullah bin 'Amru bin Al 'Ash dia berkata;
"Saya pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Allah telah menentukan takdir bagi semua makhluk lima puluh tahun sebelum
Allah menciptakan langit dan bumi.' Rasulullah menambahkan: 'Dan arsy Allah itu
berada di atas air." Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu 'Umar; Telah
menceritakan kepada kami Al Muqri; Telah menceritakan kepada kami Haiwah;
Demikian juga diriwayatkan dari jalur lainnya, Dan telah menceritakan kepadaku
Muhammad bin Sahl At Tamimi; Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Maryam;
Telah mengabarkan kepada kami Nafi' yaitu Ibnu Yazid keduanya dari Abu Hani
melalui jalur ini dengan Hadits yang serupa. Namun keduanya tidak menyebutkan
lafazh: "Dan 'arsy Allah itu berada di atas air."
Berlindunglah Hanya Kepada Allah
Seorang hamba yang ingin selamat dari berbagai macam
musibah dan bencana hendaknya hanya berlindung dan berdoa kepada Allah. Karena
hanya Allah yang menguasai segala urusan di langit dan di bumi. Dia lah yang
menguasai segala manfaat dan madharat.
Isti’adzah/meminta perlindungan merupakan salah satu
bentuk doa. Sementara doa adalah ibadah; sehingga tidak boleh ia ditujukan
kepada selain Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
سنن
الترمذي ٣٢٩٣: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ أَخْبَرَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ
عَنْ ابْنِ لَهِيعَةَ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي جَعْفَرٍ عَنْ أَبَانَ بْنِ
صَالِحٍ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ
عَنْ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الدُّعَاءُ مُخُّ الْعِبَادَةِ
قَالَ
أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ غَرِيبٌ مِنْ هَذَا الْوَجْهِ لَا نَعْرِفُهُ إِلَّا مِنْ
حَدِيثِ ابْنِ لَهِيعَةَ
Sunan
Tirmidzi 3293: Telah menceritakan kepada
kami Ali bin Hujr telah mengabarkan kepada kami Al Walid bin Muslim dari Ibnu
Lahi'ah dari 'Ubaidullah bin Abu Ja'far dari Aban bin Shalih dari Anas bin
Malik dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: "Doa adalah
inti ibadah." Abu Isa berkata; hadits ini adalah hadits gharib dari sisi
ini, kami tidak mengetahuinya kecuali dari hadits Ibnu Luhai'ah.
Allah ta’ala berfirman :
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ
يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
Dan
Tuhanmu berfirman: "Berdo'alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan
bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku
[1327] akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina".(QS.Al Mu’min :
60 )
K e t e r a n g a n :
[1327] Yang dimaksud dengan menyembah-Ku di sini
ialah berdo'a kepada-Ku.
Allah ta’ala
berfirman ;
وَاعْبُدُواْ
اللّهَ وَلاَ تُشْرِكُواْ بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى
وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ
بِالجَنبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللّهَ لاَ يُحِبُّ
مَن كَانَ مُخْتَالاً فَخُورًا
Sembahlah
Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat
baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh [294], dan teman sejawat,
ibnu sabil [295] dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,(QS.An Nisaa:36)
K e t e r
a n g a n :
[294] Dekat dan jauh di sini ada yang mengartikan dengan
tempat, hubungan kekeluargaan, dan ada pula antara yang muslim dan yang bukan
muslim. [295] Ibnus sabil ialah orang yang dalam perjalanan yang bukan ma'shiat
yang kehabisan bekal. Termasuk juga anak yang tidak diketahui ibu bapaknya.
Seorang yang berdoa dan memohon perlindungan kepada
selain Allah telah menujukan ibadah kepada yang tidak berhak menerimanya. Allah
ta’ala berfirman mengenai sesembahan yang diseru selain-Nya:
يُولِجُ
اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَيُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ
وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لِأَجَلٍ مُّسَمًّى ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ لَهُ الْمُلْكُ
وَالَّذِينَ تَدْعُونَ مِن دُونِهِ مَا يَمْلِكُونَ مِن قِطْمِيرٍ
Dia
memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan
menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan me- nurut waktu yang
ditentukan. Yang (berbuat) demikian itulah Allah Tuhanmu, kepunyaan-Nyalah
kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai
apa-apa walaupun setipis kulit ari.
(QS. Fathir: 13).
Allah ta’ala
juga berfirman:
وَلاَ
تَدْعُ مِن دُونِ اللّهِ مَا لاَ يَنفَعُكَ وَلاَ يَضُرُّكَ فَإِن فَعَلْتَ فَإِنَّكَ
إِذًا مِّنَ الظَّالِمِينَ
Dan
janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfa'at dan tidak (pula)
memberi mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang
demikian), itu, maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang
zalim". (QS.
Yunus: 106)
Hanya Allah Sumber Keselamatan
Seorang muslim harus yakin bahwasanya hanya Allah
lah yang menguasai seluruh kebaikan dan mudharat, baik yang belum menimpa
maupun yang sudah menimpa. Allah ta’ala berfirman,
وَلَئِن
سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ قُلْ
أَفَرَأَيْتُم مَّا تَدْعُونَ مِن دُونِ اللَّهِ إِنْ أَرَادَنِيَ اللَّهُ بِضُرٍّ
هَلْ هُنَّ كَاشِفَاتُ ضُرِّهِ أَوْ أَرَادَنِي بِرَحْمَةٍ هَلْ هُنَّ مُمْسِكَاتُ
رَحْمَتِهِ قُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ عَلَيْهِ يَتَوَكَّلُ الْمُتَوَكِّلُونَ
Dan sungguh jika kamu bertanya
kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?", niscaya
mereka menjawab: "Allah". Katakanlah: "Maka terangkanlah
kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak
mendatangkan kemudharatan kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat
menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku,
apakah mereka dapat menahan rahmatNya?. Katakanlah: "Cukuplah Allah
bagiku". Kepada- Nyalah bertawakkal orang-orang yang berserah diri. (QS.Az-Zumar : 38 )
Ayat ini dan ayat-ayat yang semacamnya memupus ketergantungan
hati kepada selain Allah dalam meraih kebaikan atau menolak madharat, dan
menunjukkan bahwasanya ketergantungan hati kepada selain Allah itu termasuk
perbuatan mempersekutukan-Nya.
Berserah Dirilah Hanya
Kepada Allah
Apabila kita cermati baik-baik maka ternyata kunci
utama agar kita terbebas dari ketergantungan kepada selain Allah adalah dengan
bertawakal kepada-Nya. Oleh karena itulah Allah memerintahkan untuk mengatakan,
“Cukuplah Allah bagiku” dan Allah tegaskan bahwa orang yang bertawakal itu
senantiasa menyerahkan urusannya kepada Allah ta’ala. Ini artinya orang yang
tidak bertawakal kepada-Nya maka tidaklah ia disebut orang yang bertawakal.
Bahkan dia telah kehilangan kesempurnaan atau bahkan seluruh imannya,
sebagaimana diisyaratkan oleh Allah dalam firman-Nya,
قُل
لَّن يُصِيبَنَا إِلاَّ مَا كَتَبَ اللّهُ لَنَا هُوَ مَوْلاَنَا وَعَلَى اللّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ
الْمُؤْمِنُونَ
Katakanlah:
"Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan
Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang
yang beriman harus bertawakal."
(QS. At Taubah [9]: 51).
Dan barangsiapa yang menyerahkan urusan kepada
selain-Nya maka dia akan dihinakan dan tidak akan mendapatkan apa yang
diharapkannya.
Memang demikianlah keadaannya, segala yang dijadikan
sandaran oleh manusia untuk mengatasi permasalahannya adalah justru berbalik
menjadi sebab kelemahannya kecuali jika yang dijadikan sandaran adalah Allah
‘azza wa jalla, karena hanya Allah lah yang pantas. Dia lah satu-satunya Dzat
yang menguasai langit dan bumi, kehidupan dan kematian serta keselamatan dan
kebinasaan. Oleh karena itu marilah kita cermati hati kita masing-masing apakah
selama ini kita memiliki ketergantungan hati kepada selain-Nya, jangan-jangan
kita berkubang syirik namun kita tidak sadar dan merasa aman-aman saja. Padahal
keamanan dan petunjuk hanya akan diperoleh jika kita senantiasa menjaga
keimanan agar tidak terkotori kesyirikan.
Amalan Untuk Menolak Bala
Yang Sesuai Menurut Syari’at
Hidup ini
tidak seindah yang dibayangkan. Banyak hal yang tidak terduga menghampiri hidup
kita. Kepahitan dan kegetiran adalah warna yang memoles lembar kehidupan
manusia. Meski sesungguhnya bagi orang yang beriman dunia ini adalah surga tak
berperi dengan kenikmatan dan keelokannya yang tidak bertepi.
Untuk kita
yang saat ini sedang dalam kubangan musibah ada baiknya kita mencoba menyisir
jalan kebaikan berikut ini. Atau, kita yang sedang dihantui kegagalan, inilah
amalan yang menghibur untuk menolak berbagai kemungkinan bala.
Pertama, melazimkan doa. Orang yang
terbiasa dengan berdoa akan mengalir sebuah kekuatan yang mampu menjadikan
dirinya tegar. Bahkan, doa adalah sebuah proteksi ampuh menstabilkan kondisi
hati dengan berbagai macam keadaannya.
Disebutkan
dalam hadits yang diriwsayatkan oleh imam Ahmad dalam musnadnya Rasullullah
shallallhu’alai wa sallam bersabda :
مسند أحمد ٢١٣٧٩: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ
أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عِيسَى عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي
الْجَعْدِ الْأَشْجَعِيِّ عَنْ ثَوْبَانَ مَوْلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ
رَفَعَهُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَرُدُّ الْقَدَرَ إِلَّا الدُّعَاءُ وَلَا يَزِيدُ فِي
الْعُمُرِ إِلَّا الْبِرُّ وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيُحْرَمُ الرِّزْقَ بِالذَّنْبِ يُصِيبُهُ
Musnad Ahmad 21379: Telah menceritakan kepada kami 'Abdur Razzaq
telah mengabarkan kepada kami Sufyan dari Abdullah bin 'Isa dari 'Abdullah bin
Abu Al Ja'd Al Asyja'i dari Tsauban pelayan Rasulullah
Shallallahu'alaihiwasallam dan ia memarfu'kan hadits ini pada Nabi
Shallallahu'alaihiwasallam, beliau bersabda; "Tidak ada yang menolak
takdir kecuali doa, tidak ada yang menambahi usia kecuali kebaikan dan seorang
hamba benar-benar terhalang dari rizki karena dosa yang dilakukannya."
Bahkan,
ada doa yang langsung dari Allah untuk menuntun kita terhindar dari berbagai
ujian, musibah, dan bala. Sebagaimana firman-Nya :
لاَ يُكَلِّفُ اللّهُ نَفْسًا إِلاَّ
وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لاَ
تُؤَاخِذْنَا إِن نَّسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا
إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلاَ
تُحَمِّلْنَا مَا لاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا
وَارْحَمْنَآ أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
Allah tidak membebani seseorang
melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan)
yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.
(Mereka berdo'a): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami
lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami
beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami.
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami
memikulnya. Beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah
Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir." (QS
al-Baqarah [2]: 286).
Kedua, kesungguhan takwa. Banyak disebut
oleh berbagai ayat bahwa kesungguhan dan keseriusan dalam ketakwaan
mengantarkan ke tangguhan spiritual dalam menyelesaikan setiap kesulitan hidup.
Ini artinya semangat takwa menghindarkan sebuah peristiwa buruk dalam hidup
manusia.
وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا
يَحْتَسِبُ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ
بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا
Dan memberinya rezki dari arah yang
tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya
Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan
yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi
tiap-tiap sesuatu.(QS alThalaq [65]: 2-3).
Ketiga, rida orang tua. Doa dan restu
mereka mengantarkan kepada sejuta kebaikan, yang kita unduh tidak hanya di
dunia, tapi juga di akhirat. Keramat terampuh di dunia ini tidak lain doa dan
restu orang tua. “Rida Allah ada pada rida orang tua dan murka-Nya ada pada
murka kedua orang tua,“ demikian sabda Nabi Muhammad SAW riwayat al-Hakim.
Keempat, sedekah. Keutamaan sedekah sudah
banyak yang menyebutkan. Bahkan, secara terang sebuah hadis mengisyaratkan,
“Sedekah itu benar-benar menolak bala.“(HR Thabrani dari Abdullah ibnu Mas’ud).
Karena, agama adalah amal. Maka, nikmat dan kelezatan beragama akan berasa jika
kita benar-benar mengamalkan. Karena itu, saatnya kita buktikan dengan amal
nyata. Kita bersedekah pasti ada proteksi bala yang langsung Allah desain.
Kelima, istighfar. Istighfar sangat
berperan dalam mencegah bala sebagaimana firman Allah ta’ala :
وَمَا كَانَ اللّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ
وَأَنتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
Dan Allah sekali-kali tidak akan
mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah
akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun [608]
(QS. Al Anfal : 33 )
[608] Di antara mufassirin
mengartikan "yastagfiruuna" dengan bertaubat dan ada pula yang
mengartikan bahwa di antara orang-orang kafir itu ada orang muslim yang minta
ampun kepada Allah.
Keenam, silaturahim, lalu selalu berzikir dan membaca shalawat. “Petir menyambar kafir juga mukmin, tetapi petir tidak akan menyambar orang yang sedang berzikir.”
Keenam, silaturahim, lalu selalu berzikir dan membaca shalawat. “Petir menyambar kafir juga mukmin, tetapi petir tidak akan menyambar orang yang sedang berzikir.”
Kesimpulan dan Penutup
Semua orang
tentu sangat mendambakan berada dalam zona aman yang terliputi kebaikan dan
kebahagiaan, sehingga apabila ada bencana yang mengancam mereka pun berusaha
menangkalnya.
Dan, jika
bencana sudah menimpa, berbagai cara pun ditempuh untuk menghilangkannya. Dalam
keadaan seperti ini, orang yang tidak memiliki pemahaman tauhid yang benar
sangat rawan terjerumus dalam kesyirikan. Sehingga banyak diantara orang-orang
muslim yang melakukan ritual-ritual dan upaya untuk menolak bala dengan
melakukan hal-hal yang tidak bersesuaian dengan
syar’i sebagaimana yang telah ditetapkan Allah dan as-Sunnah
Seorang
Muslim harus meyakini bahwa hanya Allah yang menguasai seluruh kebaikan dan
mudharat, baik yang belum maupun yang sudah menimpa. Karenanya dalam menghadapi
segala bentuk musibah, bala dan bencana hendaknya berserah diri kepada Allah
dan melakukan hal-hal yang dianjurkan. Tinggalkanlah segala macam kesyirikan,
karena kesyirikan akan menambahkan beban penderitaan bagi manusia.(Wallahu
a’alam _)
S u m b e
r :
5.Artikel
Dakwah Tauhid
6.Hikmah
Harian Republika.
Samarinda, 15 Rabiul Akhir 1434 H / 26 Pebruaru 2013
(Musni Japrie )
Samarinda, 15 Rabiul Akhir 1434 H / 26 Pebruaru 2013
(Musni Japrie )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar