Gambar Ilustrasi
Merupakan kewajiban bagi seluruh umat
Islam untuk bersyukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas diutusnya Nabi
Muhammad Rasullullah shallallahu’alaihi salam yang menyerukan kepada manusia
agar menegakkan tauhid sebagai upaya untuk meninggalkan penyembahan kepada
selain Allah sebagai keyakinan syirik
.Sebagaimana yang difirmankan Allah ta’ala :
وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ
أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ
Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan
Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan
Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku".(QS. Al Anbiyaa’ : 25
)
Imam al-Baghawi rahimahullah
menafsirkan makna perintah ‘sembahlah Aku’ dengan ‘tauhidkanlah Aku’ (lihat
Ma’alim at-Tanzil, hal. 834)
Imam Ibnu Katsir rahimahullah
mengatakan, “Maka setiap kitab suci yang diturunkan kepada setiap nabi yang
diutus semuanya menyuarakan bahwa tidak ada ilah [yang benar] selain Allah,
akan tetapi kalian -wahai orang-orang musyrik- tidak mau mengetahui kebenaran
itu dan kalian justru berpaling darinya…” “Maka setiap nabi yang diutus oleh
Allah mengajak untuk beribadah kepada Allah semata dan tidak
mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Bahkan fitrah pun telah mempersaksikan
kebenaran hal itu. Adapun orang-orang musyrik sama sekali tidak memiliki
hujjah/landasan yang kuat atas perbuatannya. Hujjah mereka tertolak di sisi
Rabb mereka. Mereka layak mendapatkan murka Allah dan siksa yang amat keras
dari-Nya.” (lihat Tafsir al-Qur’an al-’Azhim [5/337-338] cet. Dar Thaibah)
Pentingnya menegakkan tauhid bagi
seluruh umat manusia tergambar dari banyaknya ayat-ayat al-Qur’an yang
membicarakan tentang tauhid ini, sebagai contoh :
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُواْ اللّهَ
وَاجْتَنِبُواْ الطَّاغُوتَ فَمِنْهُم مَّنْ هَدَى اللّهُ وَمِنْهُم مَّنْ حَقَّتْ
عَلَيْهِ الضَّلالَةُ فَسِيرُواْ فِي الأَرْضِ فَانظُرُواْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ
الْمُكَذِّبِينَ
Dan sungguhnya Kami
telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah
Allah (saja), dan jauhilah Thaghut [826] itu", maka di antara
umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di
antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya [827]. Maka
berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang
yang mendustakan (rasul-rasul). (QS.
An-Nahl: 36)
Syaikh Ibrahim bin ‘Amir ar-Ruhaili
hafizhahullah berkata, “Barangsiapa mentadabburi Kitabullah serta membaca
Kitabullah dengan penuh perenungan, niscaya dia akan mendapati bahwasanya
seluruh isi al-Qur’an; dari al-Fatihah sampai an-Naas, semuanya berisi dakwah
tauhid. Ia bisa jadi berupa seruan untuk bertauhid, atau bisa juga berupa peringatan
dari syirik. Terkadang ia berupa penjelasan tentang keadaan orang-orang yang
bertauhid dan keadaan orang-orang yang berbuat syirik. Hampir-hampir al-Qur’an
tidak pernah keluar dari pembicaraan ini. Ada kalanya ia membahas tentang suatu
ibadah yang Allah syari’atkan dan Allah terangkan hukum-hukumnya, maka ini
merupakan rincian dari ajaran tauhid…” (lihat Transkrip Syarh al-Qawa’id
al-Arba’, hal. 22)
Syaikh as-Sa’di rahimahullah
menjelaskan, “Seluruh isi al-Qur’an berbicara tentang penetapan tauhid dan
menafikan lawannya. Di dalam kebanyakan ayat, Allah menetapkan tauhid uluhiyah
dan kewajiban untuk memurnikan ibadah kepada Allah semata yang tiada sekutu
bagi-Nya. Allah pun mengabarkan bahwa segenap rasul hanyalah diutus untuk
mengajak kaumnya supaya beribadah kepada Allah saja dan tidak
mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Allah pun menegaskan bahwa tidaklah
Allah menciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka beribadah kepada-Nya.
Allah juga menetapkan bahwasanya seluruh kitab suci dan para rasul, fitrah dan
akal yang sehat, semuanya telah sepakat terhadap pokok ini. Yang ia merupakan
pokok paling mendasar diantara segala pokok ajaran agama.” (lihat al-Majmu’ah
al-Kamilah [8/23])
Sesungguhnya Allah ta’ala telah
mengingatkan kepada umat manusia tentang
pentingnya arti tauhid namun masih saja banyak di kalangan umat Islam
yang melakukan penyimpangan dalam aqidahnya dengan melakukan berbagai perbuatan
syirik sehingga mengotori tauhid.
Untuk itu dalam pokok bahasan berikut
ini akan diulas secara sepintas tentang perlunya memurnikan tauhid dari
kotoran-kotoran syirik, karena mengingat bahaya syirik sebagai perbuatan dosa
besar yang tidak terampuni dan akan menyeret pelakunya kejurang neraka jahanam.
Apakah Tauhid Itu ?
Sebelum memasuki thema pokok maka
terlebih dahulu disinggung sepintas kilas tentang makna dari tauhid.Tauhid
secara bahasa arab merupakan bentuk masdar dari fi’il wahhada-yuwahhidu (dengan
huruf ha di tasydid), yang artinya menjadikan sesuatu satu saja. Syaikh
Muhammad bin Shalih Al Utsaimin berkata: “Makna ini tidak tepat kecuali diikuti
dengan penafian. Yaitu menafikan segala sesuatu selain sesuatu yang kita
jadikan satu saja, kemudian baru menetapkannya” (Syarh Tsalatsatil Ushul, 39).
Secara istilah syar’i, makna tauhid
adalah menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan yang benar dengan
segala kekhususannya (Syarh Tsalatsatil Ushul, 39). Dari makna ini sesungguhnya
dapat dipahami bahwa banyak hal yang dijadikan sesembahan oleh manusia, bisa
jadi berupa Malaikat, para Nabi, orang-orang shalih atau bahkan makhluk Allah
yang lain, namun seorang yang bertauhid hanya menjadikan Allah sebagai
satu-satunya sesembahan saja.
Tauhid merupakan
kewajiban utama dan pertama yang diperintahkan Allah kepada setiap hamba-Nya.
Namun, sangat disayangkan, kebanyakan kaum muslimin pada zaman sekarang ini
tidak mengerti hakikat dan kedudukan tauhid. Padahal, tauhid inilah yang
merupakan dasar agama kita yang mulia ini. Oleh karena itu, sangatlah urgen
bagi kita kaum muslimin untuk mengerti hakikat dan kedudukan tauhid. Hakikat
tauhid adalah mengesakan Allah. Menurut para ulama bahwa berdasarkan kepada
kajian ilmiah terhadap dalil-dalil yang tertuang dalam al-Qur’an dan as-Sunnah
maka bentuk pengesaan ini terbagi menjadi tiga, yaitu :
1.Mengesakan
Allah dalam rububiyah-Nya
Maksudnya adalah
kita meyakini keesaan Allah dalam perbuatan-perbuatan yang hanya dapat
dilakukan oleh Allah, seperti mencipta dan mengatur seluruh alam semesta
beserta isinya, memberi rezeki, memberikan manfaat, menolak mudarat, dan
lainnya, yang merupakan kekhususan bagi Allah. Hal yang seperti ini diakui oleh
seluruh manusia, tidak ada seorang pun yang mengingkarinya.
Hal ini
sebagaimana firman Allah,:
خُلِقُوا مِنْ غَيْرِ شَيْءٍ أَمْ هُمُ
الْخَالِقُونَ
أَمْ خَلَقُوا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ
بَل لَّا يُوقِنُونَ
,
“Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan?
Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu? Sebenarnya mereka tidak
meyakini (apa yang mereka katakan).” (QS. Ath-Thur:35–36)
Meskipun
demikian, pengakuan seseorang terhadap tauhid rububiyah ini tidaklah menjadikan
seseorang beragama Islam, karena sesungguhnya orang-orang musyrikin Quraisy,
yang diperangi oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, mengakui dan
meyakini jenis tauhid ini. Sebagaimana firman Allah,;
قُلْ مَن رَّبُّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ
وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ
سَيَقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ أَفَلَا
تَتَّقُونَ
قُلْ مَن بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيْءٍ
وَهُوَ يُجِيرُ وَلَا يُجَارُ عَلَيْهِ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ
سَيَقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ فَأَنَّى
تُسْحَرُونَ
,
“Katakanlah, ‘Siapakah yang memiliki langit yang tujuh dan yang memiliki ‘arsy
yang besar?’ Mereka akan menjawab, ‘Kepunyaan Allah.’ Katakanlah, ‘Maka apakah
kamu tidak bertakwa?’ Katakanlah, ‘Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan
atas segala sesuatu, dalam keadaan Dia melindungi tetapi tidak ada yang dapat
dilindungi dari-Nya, jika kamu mengetahui?’ Mereka akan menjawab, ‘Kepunyaan
Allah.’ Katakanlah, ‘Maka dari jalan manakah kamu ditipu?’” (QS.
Al-Mukminun:86–89)
Yang amat sangat
menyedihkan adalah kebanyakan kaum muslimin di zaman sekarang menganggap bahwa
seseorang sudah dikatakan beragama Islam jika telah memiliki keyakinan bahwa
Allahlah satu-satunya Sang Pencipta, Pemberi rezeki, serta Pemilik dan Pengatur
alam semesta.
2.Mengesakan
Allah dalam uluhiyah-Nya
Maksudnya adalah kita
mengesakan Allah dalam segala macam ibadah yang kita lakukan, seperti salat,
doa, nazar, menyembelih, tawakal, taubat, harap, cinta, takut, dan berbagai
macam ibadah lainnya. Kita harus memaksudkan tujuan dari kesemua ibadah itu hanya
kepada Allah semata. Sedangkan makna ibadah
adalah semua hal yang dicintai oleh Allah baik berupa perkataan maupun
perbuatan. Apa maksud ‘yang dicintai Allah’? Yaitu segala sesuatu yang telah
diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya, segala sesuatu yang dijanjikan balasan
kebaikan bila melakukannya. Seperti shalat, puasa, bershodaqoh, menyembelih.
Termasuk ibadah juga berdoa, cinta, bertawakkal, istighotsah dan isti’anah.
Maka seorang yang bertauhid uluhiyah hanya meyerahkan semua ibadah ini kepada
Allah semata, dan tidak kepada yang lain. Sedangkan orang kafir jahiliyyah
selain beribadah kepada Allah mereka juga memohon, berdoa, beristighotsah
kepada selain Allah. Dan inilah yang diperangi Rasulullah, ini juga inti dari
ajaran para Nabi dan Rasul seluruhnya, mendakwahkan tauhid uluhiyyah. Allah
Ta’ala berfirman:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ
وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
“Sungguh
telah kami utus Rasul untuk setiap uumat dengan tujuan untuk mengatakan:
‘Sembahlah Allah saja dan jauhilah thagut‘” (QS. An Nahl: 36)
3.Mengesakan
Allah dalam nama dan sifat-Nya
Maksudnya adalah
kita beriman kepada nama-nama dan sifat-sifat Allah yang diterangkan dalam
Alquran dan Sunah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kita juga meyakini
bahwa hanya Allahlah yang pantas untuk memiliki nama-nama terindah yang
disebutkan di Alquran dan hadits yang dikenal dengan “asmaul husna”),
sebagaimana firman-Nya,:
\
هُوَ اللَّهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ
الْمُصَوِّرُ لَهُ الْأَسْمَاء الْحُسْنَى يُسَبِّحُ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Dialah
Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai
Asmaaul Husna. Bertasbih kepadaNya apa yang di langit dan bumi. Dan Dialah Yang
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Al-Hasyr:24)
Seseorang baru
dapat dikatakan sebagai muslim yang sejati jika dia telah mengesakan Allah dan
tidak berbuat syirik dalam ketiga hal tersebut di atas. Barangsiapa yang
menyekutukan Allah (berbuat syirik) dalam salah satu saja dari ketiga hal
tersebut, maka dia bukan muslim sejati tetapi dia adalah seorang musyrik.
Syaikh DR. Shalih Al Fauzan berkata:
“Dari tiga bagian tauhid ini yang paling ditekankan adalah tauhid uluhiyah.
Karena ini adalah misi dakwah para rasul, dan alasan diturunkannya kitab-kitab
suci, dan alasan ditegakkannya jihad di jalan Allah. Semua itu adalah agar
hanya Allah saja yang disembah, dan agar penghambaan kepada selainNya
ditinggalkan” (Lihat Syarh Aqidah Ath Thahawiyah).
Tauhid Adalah Mengesakan Allah sebagai Satu-Satunya Yang Berhak
di Ibadahi
Untuk sahnya seseorang menjadi muslim
wajib baginya untuk mengucapkan syahadat yang terdiri pengakuan dirinya akan
Allah dan Muhammad sebagai Rasullullah. Kalimat Laa Illaaha illallah dimaknai
oleh sebagian besar umat Islam sebagai tidak ada tuhan selain Allah. Padahal
makna yang sebenarnya menurut ulama salafus shalih kalimat
Laa ilaaha illallah makna yang
sebenarnya adalah tidak ada
sembahan yang berhak untuk disembah kecuali Allah. Maka kalimat tauhid ini
menunjukkan akan penafian/penolakan/peniadaan semua jenis penyembahan dan
peribadahan dari semua selain Allah Ta’ala, apa dan siapapun dia, serta
penetapan bahwa penyembahan dan peribadahan dengan seluruh macam bentuknya
–baik yang zhahir maupun yang batin- hanya ditujukan kepada Allah semata tidak
kepada selainnya. Oleh karena itu semua yang disembah selain Allah Ta’ala
memang betul telah disembah, akan tetapi dia disembah dengan kebatilan,
kezhaliman, pelampauan batas dan kesewenang-wenangan. Inilah makna yang
dipahami oleh orang-orang Arab –yang mukmin maupun yang kafirnya- tatkala
mereka mendengar perkataan laa ilaha illallah
Sejalan dengan makna yang sesungguhnya dari kalimat Laa illaaha
illallah, beberapa para ulama
menjelaskan makna kalimat dimaksud, antara lain :
1. Al-Wazir Abul
Muzhoffar dalam Al-Ifshoh berkata: “Lafazh “Allah” sesudah “illa”
menunjukkan bahwasanya penyembahan wajib (diperuntukkan) hanya kepada-Nya, maka
tidak ada (seorangpun) selain dari-Nya yang berhak mendapatkannya (penyembahan
itu)”. Dan beliau juga berkata : “Dan termasuk faedah dari hal ini adalah
hendaknya kamu mengetahui bahwa kalimat ini mencakup kufur kepada thaghut
(semua yang disembah selain Allah) dan beriman hanya kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala. Maka tatkala engkau menafikan penyembahan dan menetapkan kewajiban
penyembahan itu hanya kepada Allah subhanahu maka berarti kamu telah
kufur kepada thaghut dan beriman kepada Allah”.
2. Imam Ibnu Rajab
rahimahullah berkata: “Al-Ilah adalah yang ditaati dan tidak
didurhakai karena mengagungkan dan memuliakan-Nya, merasa cinta, takut,
berharap dan bertawakkal kepada-Nya, meminta dan berdo’a pada-Nya. Dan semua
ini tidak boleh kecuali kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Maka siapa yang
mengikutsertakan makhluk-Nya pada salah satu dari perkara-perkara yang
merupakan kekhususan penyembahan (ibadah) ini maka dia telah merusak
keikhlasannya dalam kalimat Laa Ilaaha Illallah. Dan padanya terdapat
peribadatan kepada makhluk (kesyirikan) yang kadarnya sesuai dengan banyak atau
sedikitnya hal-hal tersebut terdapat padanya.”
3. Syaikh ‘Abdurrahman bin Hasan Alu Syaikh berkata : “Dan ini
banyak dijumpai pada perkataan kebanyakan ulama salaf dan merupakan ‘ijma (kesepakatan)
dari mereka. Maka kalimat ini menunjukkan penafian penyembahan terhadap segala
apa saja selain Allah bagaimanapun kedudukannya. Dan menetapkan penyembahan
hanya kepada Allah saja semata. Dan ini adalah tauhid yang didakwahkan seluruh
Rasul dan ditunjukkan oleh Al-Qur’an dari awal sampai akhirnya.
Sesungguhnya, Allah menciptakan
seluruh alam semesta termasuk di dalamnya jin dan manusia adalah hanya untuk
beribadah kepada-Nya. Allah Ta’ala telah berfirman dalam Al-Qur’an Al-Karim, “
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku. (QS.
Adz-Dzariyat:56)
Maksud dari kata “menyembah” di ayat
ini adalah mentauhidkan Allah dalam segala macam bentuk ibadah, sebagaimana
telah dijelaskan oleh Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu, seorang sahabat dan ahli
tafsir. Ayat ini dengan tegas menyatakan bahwa tujuan penciptaan jin dan
manusia di dunia ini hanya untuk beribadah kepada Allah saja. Tidaklah mereka
diciptakan agar menghabiskan waktu untuk bermain-main dan bersenang-senang
belaka. Sebagaimana firman Allah:
وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاء وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا لَاعِبِينَ
لَوْ أَرَدْنَا أَن نَّتَّخِذَ لَهْوًا لَّاتَّخَذْنَاهُ مِن لَّدُنَّا
إِن كُنَّا فَاعِلِينَ
Dan tidaklah Kami ciptakan Iangit dan bumi dan segala yang ada
di antara keduanya dengan bermain-main
[955].
Sekiranya Kami hendak membuat sesuatu
permainan, (isteri dan anak), tentulah Kami membuatnya dari sisi Kami [956].
Jika Kami menghendaki berbuat demikian, (tentulah Kami telah melakukannya). (
QS. Al Anbiyaa’ : 16-17 )
K e t e r a n g a n :
[955] Maksudnya: Allah menciptakan langit dan
bumi dan apa yang ada di antara keduanya itu adalah dengan maksud dan tujuan
yang mengandung hikmat.\
[956] Maksud: "dari sisi
Kami" ialah yang sesuai dengan sifat-sifat Kami
Allah subhanahu wa ta’ala yang
menciptakan manusia mempunyai hak atas hamba-Nya yaitu di ibadahinya Allah oleh
hamba, sebagaimana dijelaskan dalam hadits dari Mu’adz bin Jabal
radhyallahu’anhu :
صحيح البخاري ٢٦٤٤: حَدَّثَنِي إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ سَمِعَ
يَحْيَى بْنَ آدَمَ حَدَّثَنَا أَبُو الْأَحْوَصِ عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ
عَنْ عَمْرِو
بْنِ مَيْمُونٍ عَنْ مُعَاذٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
كُنْتُ رِدْفَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى
حِمَارٍ يُقَالُ لَهُ عُفَيْرٌ فَقَالَ يَا مُعَاذُ هَلْ تَدْرِي حَقَّ اللَّهِ عَلَى
عِبَادِهِ وَمَا حَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللَّهِ قُلْتُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ
قَالَ فَإِنَّ حَقَّ اللَّهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوهُ وَلَا يُشْرِكُوا بِهِ
شَيْئًا وَحَقَّ الْعِبَادِ عَلَى اللَّهِ أَنْ لَا يُعَذِّبَ مَنْ لَا يُشْرِكُ بِهِ
شَيْئًا فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلَا أُبَشِّرُ بِهِ النَّاسَ قَالَ لَا تُبَشِّرْهُمْ
فَيَتَّكِلُوا\
Shahih Bukhari 2644: dari
Mu'adz radliallahu 'anhu berkata: "Aku pernah membonceng di belakang Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam diatas seekor keledai yang diberi nama 'Uqoir lalu
Beliau bertanya: "Wahai Mu'adz, tahukah kamu apa hak Allah atas para
hamba-Nya dan apa hak para hamba atas Allah?" Aku jawab: "Allah dan
Rosul-Nya yang lebih tahu". Beliau bersabda: "Sesungguhnya hak Allah
atas para hamba-Nya adalah hendaklah beribadah kepada-Nya dan tidak
menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun dan hak para hamba-Nya atas Allah adalah
seorang hamba tidak akan disiksa selama dia tidak menyekutukan-Nya dengan
sesuatu apapun". Lalu aku berkata: "Wahai Rasulullah, apakah boleh
aku menyampaikan kabar gembira ini kepada manusia?" Beliau menjawab:
"Jangan kamu beritahukan mereka sebab nanti mereka akan berpasrah saja
Islam telah mensyari’atkan sebagai
kewajiban yang mutlak tanpa bisa ditawar-tawar bagi setiap pemeluknya untuk
mentauhidkan Allah Yang Maha Esa, baik tauhid Uluhiyah yaitu mengesakan Allah
Subhanahu Wata’ala dengan segala bentuk ibadah yang lahir maupun bathin, dalam
wujud ucapan maupun perbuatan, lalu menolak segala bentuk ibadah terhadap
selain Allah Ta’ala bagaimanapun bentuk dan perwujudannya.
Islam juga mensyari’atkan kewajiban
mutlak bagi pemeluknya untuk mentauhidkan Allah dalam tauhid Rububiyah, yaitu
pengakuan sejati bahwa Allah adalah Rabb dari segala sesuatu dan raja dari
segala sesuatu,pencipta dan pemelihara segala sesuatu, yang berhak mengatur
segala sesuatu. Allah tidak memilki sekutu dalam kekuasaannya, tidak ada yang
menolong-Nya, karena Dia Lemah ( tapi justeru Dia Maha Mampu), Tidak ada yang
bisa menolak keputusan-Nya. Tidak ada yang bisa melawan-Nya, tidak ada yang
bbisa menandingi-Nya. Tidak ada yang bisa nenentang-Nya
Firman Allah
subhanahu wa ta’ala :
يَدْعُو مِن
دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُ وَمَا لَا يَنفَعُهُ ذَلِكَ هُوَ الضَّلَالُ
الْبَعِيدُ
Ia
menyeru selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi mudharat dan tidak
(pula) memberi manfa'at kepadanya. Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh.(QS.Al Hajj:12 )
Hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dalam
kitab Sunan beliau menyebutkan bahwa Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam
bersabda:
سنن أبي داوود ٤٤٨٩: حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ
حَرْبٍ وَعُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ قَالَا حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْفُضَيْلِ
عَنْ مُغِيرَةَ عَنْ أُمِّ مُوسَى عَنْ عَلِيٍّ عَلَيْهِ السَّلَام قَالَ
كَانَ آخِرُ كَلَامِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الصَّلَاةَ الصَّلَاةَ اتَّقُوا اللَّهَ فِيمَا مَلَكَتْ
أَيْمَانُكُمْ
Sunan Abu Daud
4489: Telah menceritakan kepada kami
Zuhair bin Harb dan Utsman bin Abu Syaibah keduanya berkata; telah menceritakan
kepada kami Muhammad Ibnul Fudhail dari Mughirah dari Ummu Musa dari Ali
'Alaissalam ia berkata, "Ucapan terakhir Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
adalah, "Kerjakanlah shalat, kerjakanlah shalat, dan takutlah kalian
kepada Allah atas hak-hak hamba sahaya kalian."
Ibadah yang hanya ditujukan kepada
Allah subhanahub wa ta’ala semata adalah semua hal yang dicintai oleh Allah
baik berupa perkataan maupun perbuatan. Apa maksud ‘yang dicintai Allah’? Yaitu
segala sesuatu yang telah diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya, segala
sesuatu yang dijanjikan balasan kebaikan bila melakukannya. Seperti shalat,
puasa, bershodaqoh, menyembelih. Termasuk ibadah juga berdoa, cinta,
bertawakkal, istighotsah dan isti’anah. Maka seorang yang bertauhid uluhiyah
hanya meyerahkan semua ibadah ini kepada Allah semata, dan tidak kepada yang lain.
Sedangkan orang kafir jahiliyyah selain beribadah kepada Allah mereka juga
memohon, berdoa, beristighotsah kepada selain Allah. Dan inilah yang diperangi
Rasulullah, ini juga inti dari ajaran para Nabi dan Rasul seluruhnya,
mendakwahkan tauhid uluhiyyah. Allah Ta’ala berfirman:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ
وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
“Sungguh
telah kami utus Rasul untuk setiap uumat dengan tujuan untuk mengatakan:
‘Sembahlah Allah saja dan jauhilah thagut‘” (QS. An Nahl: 36
Bahwa agama
Islam disebut sebagai agama tauhid disebabkan agama ini dibangun di atas
pondasi pengakuan bahwa Allah adalah Esa dan tiada sekutu bagi-Nya, baik dalam
hal kekuasaan maupun tindakan-tindakan. Allah Maha Esa dalam hal Dzat dan
sifat-sifat-Nya, tiada sesuatu pun yang menyerupai diri-Nya. Allah Maha Esa
dalam urusan peribadahan, tidak ada yang berhak dijadikan sekutu dan tandingan
bagi-Nya. Dan hanya Dia satu-satunya
yang mutlak ditakuti oleh setiap hamba-hamba-Nya.
Inilah hakikat diciptakannya jin dan
manusia, yaitu hanya untuk beribadah kepada Allah saja tanpa
mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Sebab, tauhid hanya kepada Allah
saja, karena syarat diterimanya suatu ibadah/ amalan adalah ikhlas kepada Allah
merupakan hak Allah yang harus ditunaikan oleh setiap manusia. Setiap manusia
harus mengikhlaskan ibadahnya kepada Allah dan mengikuti tuntunan Rasulullah.
Memalingkan Ibadah Kepada Selain Allah Adalah Perbuatan Syirik
Syirik bukanlah hanya sekedar diartikan dengan seseorang menyembah berhala
atau mengakui ada pencipta selain Allah. Meskipun menyembah berhala memang termasuk syirik. Namun kesyirikan
sebenarnya lebih luas daripada itu. Yaitu yang berkaitan dengan masalah ibadah,
jika ada satu ibadah dipalingkan kepada selain Allah, itu pun sudah termasuk
syirik.
Syaikh Al- Allamah Hafizh bin Ahmad
Al-Hikami dalam buku Pintar Aqidah Ahlussunnah, menyebutkan bahwa
kebalikan/lawan dari tauhid Uluhiyah adalah syirik.Syirik sendiri ada dua
macam,pertama adalah syirik b esar yang berlawanan secara totaliktas dengan
tauhid uluhiyah. Yang kedua adalah syirik kecil yang bisa merusak kesempurnaan
tauhid..Selanjutnya dijelaskan bahwa syirik besar terjadi apabila seorang hamba
menjadikan selain Allah sebagai sekutu-Nya yang ia menyamakannya dengan Rabbul
‘alamin, mencintainya seperti mencintai Allah, takut kepadanya seperti takutnya
kepada Allah.minta perlindungan dan berdoa kepadanya . Takut dan berharap
kepadanya, mencinta dan bertawakkal kepadanya, menaatinya dalam bermaksiat
kepada Allah, atau mengikutinya meski berlawanan dengan keridhaan Allah.
Berkaitan dengan perbuatan syirik maka
dalam banyak ayat al-Qur’an disinggung tentang hal tersebut antara lain :
Allah subhanahu
wa ta’ala juga berfirman :
قُلْ أَتَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللّهِ مَا
لاَ يَمْلِكُ لَكُمْ ضَرًّا وَلاَ نَفْعًا وَاللّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Katakanlah:
"Mengapa kamu menyembah selain daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat
memberi mudharat kepadamu dan tidak (pula) memberi manfa'at ?" Dan
Allah-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.(QS.Al Maidah : 76 )
Dilain ayat
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
يَدْعُو مِن
دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُ وَمَا لَا يَنفَعُهُ ذَلِكَ هُوَ الضَّلَالُ
الْبَعِيدُ
Ia
menyeru selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi mudharat dan tidak
(pula) memberi manfa'at kepadanya. Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh.(QS.Al Hajj:12 )
Firman Allah
subhanahu wa ta’ala :
الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأَرْضَ فِرَاشاً
وَالسَّمَاء بِنَاء وَأَنزَلَ مِنَ السَّمَاء مَاء فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ
الثَّمَرَاتِ رِزْقاً لَّكُمْ فَلاَ تَجْعَلُواْ
لِلّهِ أَندَاداً وَأَنتُمْ
تَعْلَمُونَ
Dialah
yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia
menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu
segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan
sekutu-sekutu bagi Allah [30], padahal kamu mengetahui.( QS.Al Baqarah : 22)
Selain
disebutkan dalam al-Qur’an, masalah syirik ini juga diungkapkan oleh
Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam dalam banyak sabda beliau antara lain
:
Rasullullah
shallallahu’alaihi wa sallam bersabda :
صحيح البخاري ٣١٧٥: حَدَّثَنِي إِسْحَاقُ أَخْبَرَنَا
عِيسَى بْنُ يُونُسَ حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ عَلْقَمَةَ عَنْ
عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
لَمَّا نَزَلَتْ
{ الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ
بِظُلْمٍ }
شَقَّ ذَلِكَ عَلَى الْمُسْلِمِينَ فَقَالُوا
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّنَا لَا يَظْلِمُ نَفْسَهُ قَالَ لَيْسَ ذَلِكَ إِنَّمَا
هُوَ الشِّرْكُ أَلَمْ تَسْمَعُوا مَا قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ
{ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ
الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ }
Shahih
Bukhari 3175: Telah bercerita kepadaku Ishaq telah mengabarkan kepada kami 'Isa
bin Yunus telah bercerita kepada kami Al A'masy dari Ibrahim dari 'Alqamah dari
'Abdullah berkata; "Ketika turun firman Allah Ta'ala yang artinya:
("Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan
kezhaliman ….") (QS al-An'am ayat 82), membuat kaum muslimin menjadi ragu
lalu mereka berkata: "Wahai Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam,
adakah orang di antara kami yang tidak menzhalimi dirinya?". Maka beliau
berkata: "Bukan itu maksudnya. Sesungguhnya yang dimaksud dengan
kezhaliman pada ayat itu adalah syirik. Apakah kalian belum pernah mendengar
apa yang diucapkan Luqman kepada anaknya saat dia memberi pelajaran:
("Wahai anakku, Janganlah kamu berbuat syirik (menyekutukan Allah), karena
sesungguhnya syirik itu benar-benar kezhaliman yang besar"). (QS Luqman ayat 13).
Hadits Rasullullah shallallahu’alaihi
wa salam dari Abdullah radhyallahu’anhu
:
صحيح مسلم ١٢٤: حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَإِسْحَقُ
بْنُ إِبْرَاهِيمَ قَالَ إِسْحَقُ أَخْبَرَنَا جَرِيرٌ وَقَالَ عُثْمَانُ حَدَّثَنَا
جَرِيرٌ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ أَبِي وَائِلٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ شُرَحْبِيلَ عَنْ عَبْدِ
اللَّهِ قَالَ
سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ
الذَّنْبِ أَعْظَمُ عِنْدَ اللَّهِ قَالَ أَنْ تَجْعَلَ لِلَّهِ نِدًّا وَهُوَ خَلَقَكَ
قَالَ قُلْتُ لَهُ إِنَّ ذَلِكَ لَعَظِيمٌ قَالَ قُلْتُ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ ثُمَّ أَنْ
تَقْتُلَ وَلَدَكَ مَخَافَةَ أَنْ يَطْعَمَ مَعَكَ قَالَ قُلْتُ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ
ثُمَّ أَنْ تُزَانِيَ حَلِيلَةَ
جَارِ
Shahih Muslim 124: dari Abdullah dia berkata, "Aku bertanya
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, "Dosa apakah yang paling besar di
sisi Allah?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Kamu
membuat tandingan bagi Allah (syirik), sedangkan Dialah yang
menciptakanmu." Aku berkata, "Sesungguhnya dosa demikian memang
besar. Kemudian apa lagi?" Beliau bersabda: "Kemudian kamu membunuh
anakmu karena khawatir dia makan bersamamu." Aku bertanya lagi,
"Kemudian apa lagi?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
bersabda: "Kamu berzina dengan isteri tetanggamu."
Dilain hadits
Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam sebagaimana yang diriwayatkan imam
Bukhari dalam kitab Shahih-nya:
صحيح البخاري ٢٥٦٠: حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ
بْنُ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنِي سُلَيْمَانُ بْنُ بِلَالٍ عَنْ ثَوْرِ بْنِ زَيْدٍ
الْمَدَنِيِّ عَنْ أَبِي الْغَيْثِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا هُنَّ
قَالَ الشِّرْكُ بِاللَّهِ وَالسِّحْرُ وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ
إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَكْلُ الرِّبَا وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ وَالتَّوَلِّي يَوْمَ
الزَّحْفِ وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ الْغَافِلَاتِ
Shahih Bukhari 2560: Telah bercerita kepada kami 'Abdul 'Aziz bin 'Abdullah berkata telah
bercerita kepadaku Sulaiman bin Bilal dari Tsaur bin Zaid Al Madaniy dari Abu
'Al Ghoits dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Jauhilah tujuh perkara yang membinasakan". Para
sahabat bertanya: "Wahai Rasulullah, apakah itu? Beliau bersabda:
"Syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah
kecuali dengan haq, memakan riba, makan harta anak yatim, kabur dari medan
peperangan dan menuduh seorang wanita mu'min yang suci berbuat zina".
Termasuk dalam kategori syirik adalah
meyakini adanya selain Allah yang mempunyai kemampuan, kekuatan dan kekuasaan
yang dapat memberikan kemudharatan dan kemaslahatan sehingga oleh orang-orang
yang meyakininya dijadikan tujuan untuk meminta perlindungan dan meminta
pertolongan dalam berbagai hal seperti meminta keselamatan, meminta rezeki,
meminta jodoh, meminta diberikan keturunan dan lain-lain sebagainya.
Dilihat dari segi syari’at agama
perbuatan yang mempercai adanya kekuatan lain yang dapat menimbulkan
kemudharatan dan dapat memberian perlindungan kepada manusia sebagai makhluk
adalah suatu perbuatan yang sama dengan mengadakan tandingan atas Allah Yang
Maha Es, dan hal sedemikian termasuk syirik.
Islam telah mensyari’atkan sebagai
kewajiban yang mutlak tanpa bisa ditawar-tawar bagi setiap pemeluknya untuk
mentauhidkan Allah Yang Maha Esa, baik tauhid Uluhiyah yaitu mengesakan Allah
Subhanahu Wata’ala dengan segala bentuk ibadah yang lahir maupun bathin, dalam
wujud ucapan maupun perbuatan, lalu menolak segala bentuk ibadah terhadap
selain Allah Ta’ala bagaimanapun bentuk dan perwujudannya.
Islam juga mensyari’atkan kewajiban
mutlak bagi pemeluknya untuk mentauhidkan Allah dalam tauhid Rububiyah, yaitu
pengakuan sejati bahwa Allah adalah Rabb dari segala sesuatu dan raja dari
segala sesuatu,pencipta dan pemelihara segala sesuatu, yang berhak mengatur
segala sesuatu. Allah tidak memilki sekutu dalam kekuasaannya, tidak ada yang
menolong-Nya, karena Dia Lemah ( tapi justeru Dia Maha Mampu), Tidak ada yang
bisa menolak keputusan-Nya. Tidak ada yang bisa melawan-Nya, tidak ada yang
bbisa menandingi-Nya. Tidak ada yang bisa nenentang-Nya. Allah azza wa jalla
satu-satunya tempat meminta perlindungan, meminta kemaslahatan, meminta
pertolongan untuk segala hal. Apabila semua itu dipalingkan atau ditujukan
kepada yang lain maka itulah perilaku syirik
Berbagai Bentuk
Perilaku Syirik Yang Harus Dijauhi dan
Ditinggalkan
Mungkin dikarenakan kejahilan (
kebodohan ) diantara sebagian umat Islam
akan ilmu agama mereka terutama yang berkaitan dengan ilmu tauhid, maka tanpa
disadari mereka-mereka tersebut dalam kehidupan kesehariannya disamping tekun melaksanakan ibadah yang
disyari’atkan mereka-mereka tersebut juga asyik melakukan berbagai berbagai
perbuatan yang termasuk dalam katagori syirik yang diharamkan.
Berbagai ragam dan jenis perilaku
syirik yang dilakukan oleh banyak kaum muslimin di negeri ini dimana sebagian
besar perbuatan syirik tersebut merupakan warisan leluhur dan nenek moyang
sebagai tradisi budaya yang terus dipelihara dan dipertahankan bahkan malah
dikemb angkan oleh sebagian masyarakat.
Ragam dan jenis perilaku syirik
tersebut meliputi antara lain :
\
1.Belebih-lebihan menyanjung dan
memuji Nabi Muhammad Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam, seperti
menjadikan sya’ir shalawat puji-pujian yang dikarang oleh para penyair seperti
shalawar nuriah, shalawat Patih, Barzanji, Burdah, sarafal an
shallallahu’alaihi wa sallam dengan mengangkat derajat beliau setara dengan
Allah ta’ala.
2.Mengagung-agungkan dan memberikan
penghormatan yang berlebihan kepada
orang-orang shalih dan alim ulama,
menganggap mereka mengetahui hal-hal yang ghaib dan mendudukkan mereka setara
dengan kedudukan Allah subhanahu wa ta’ala
3.Bersikap b erlebih-lebihan kepada kuburnya orang-orang shalih
dengan membangun kubah dan
memperindah kuburan akan menjadikannya
sebagai berhala yang disembah selain Allah.
4.Melakukan ziarah untuk melakukan
berbagai ibadah dan meminta berbagai pertolongan kepada kuburan-kuburan wali
dan kuburan keramat lainnya
5.Beristighasah kepada selain Allah
seperti meminta pertolongan kepada wali-wali Allah yang sudah meninggal.
6.Memberikan sesembahan berupa sesajen
dan tumbal kepada makhluk (sesuatu selain Allah) yang dianggap sebagai
penguasa/penunggu laut, bumi,gunung, pohon-pohon besar dan lain sebagainya.
Pemberian sesembahan sesajen tersebut dimaksudkan untuk meminta perlindungan
serta pertolongan kepada
penguasa/penunggu tersebut.
7.Memberikan tumbal berupa kepala
hewan( kambing, kerbau atau sapi) yang ditanamkan pada saat dimulainya
pekerjaan proyek-proyek pembangunan jalan raya, pembangunan jembatan,
pembangunan dermaga/ pelabuhan, pembangunan gudang, pembangunan bandara,
pembangunan gedung-gedung besar,pembangunan rel kereta api, pembangunan
bendungan dan proyek-proyek besar lainnya.,
8.Menyediakan sesajen dalam berbagai
hajatan keluarga seperti perkawinan, khitanan dll.
9.Menyediakan sesajen sewaktu
mendirikan tiang pertama untuk membangun rumah
10.Mendatangi dan mempercayi
dukun/paranormal/orang pintar atau yang sejenisnya. untuk bermacam ragam
keperluan dan hajat
11.Menggunakan jimat dan benda-benda
yang diyakini dalam melindungi dan menolak bahaya dan penyakit , baik dalam
bentuk gelang, kalung atau apa saja.
12,Mencari berkah kepada
kuburan-kuburan keramat,benda-benda pusaka serta tempat-tempat yang dianggap
sebagai tempat bekas peninggalan kerajaan.
13.Mempercayai bahwa benda-benda
pusaka berupa senjata keris dan tombak atau benda-benda lainnya sebagai benda
yang bertuah sehingga diberikan penghormatan dan perlakuan yang tidak sebagai
mana mestinya
.
14Mempercayai berbagai macam
ramalan-ramalan seperti ramalan bintang (zodiac), ramalan primbon, feng-shui
dan shio
15.Mempercayai pada sesuatu yang
mendatangkan kesialan ( Tathoyyur), seperti adanya suara burung
16.Meyakini bahwa pada waktu-waktu
tertentu mengandung kesialan/nahas yang mendatangkan malapetaka seperti hari
lahir sebagai hari nahas ,bulan safar sebagai bulan safar.
17.Tradisi mandi-mandi ( siraman )
pada calon pengantin dan wanita hamil pertama, agar dengan mandi-mandi tersebut
akan dibuang segala kebu
18.Menyediakan nasi tumpeng dalam
berbagai acara/hajatan dimana nasi tumpeng tersebut dimaksudkan sebagai
perwujudan rasa syukur kepada yang maha pencipta.
19.Bernazar kepada selain Allah ta’ala
seperti b ernazar kepada kuburan wali dan tempat-tempat keramat
20.Melakukan penyembelihan hewan yang
ditujukan bukan kepada Allah, seperti menyembelih kambing untuk persembahan kepada jin penunggu hutan
pada saat dimulainya pembukaan tambang
21.Berebut berkah gunungan skaten pada
tradisi memperfingat Mualid Nabi di kraton Jogya, karena orang-oarang
kebanyakan m eyakini bahwa bahan-bahan yang pada gunungan tersebut mempunyai
keberkahan bagi yang berhasil merebutnya.
22.Melakukan ritual-ritual yang
berasal dari warisan budaya leluhur jahiliyah seperti menyiramkan air bunga
pada pelepasan kapal, kendaraan dan lain-lainnya.
23.Pada malam-malam tertentu seperti
pada setiap malam jum’at kliwon menyediakan makanan kecil dan minuman kopi yang
ditempatkan ditengah-tengah rumah yang diperuntukkan roh-roh atau makhluk halus
yang datang.
24.Menebar bunga dipersimpangan-persimpangan
jalan untuk dengan maksud agar pengendara motor/mobil terhindar dari kecelakaan
25.Mengharap berkah pada batu, pohon,
tempat-tempat yang dikeramatkan, candi-candi, situs sejarah
purbakala,benda-benda peninggalan kerajaan
.
26.Turut serta merayakan atau ambil
bagian dalam penyelenggaraan hari besar keagamaan umat lain.
27.Bersumpah dengan selain Allah
29. Melakukan ruwatan untuk menghilandarkan kesialan/mara bahaya.
30.
Melakukan tepung tawar ( memercikan air kembang ) dalam berbagai ritual
seperti menyambut tamu yang baru datang dll sebagainya.
Berbagai perilaku syirik yang disebutkan hanya sebagian dari
begitu banyaknya perilaku syirik yang sering dikerjakan oleh kebanyakan kaum muslimin, sebenarnya masih
banyak perilaku syirik lainnya yang dikerjakan oleh orang-orang baik secara
nyata maupun secara tersembunyi.
Syirik Perbuatan Yang Tidak Diampuni
Mereka-mereka yang terbiasa dengan
pekerjaan berbuat syirik kepada Allah, diancam oleh Allah berupa ancaman tidak
akan diberikan ampunan, sebagaimana dengan melakukan perbuatan dosa lainnya
selain syirik. Ini ditegaskan dalam al-Qur’an surah An- Nisaa ayat 48 :
إِنَّ اللّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ
ذَلِكَ لِمَن يَشَاء وَمَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah
berbuat dosa yang besar.(QS. An Nisaa: 48 )
Terhadap orang-orang yang berbuat
syirik disebut Allah sebagai orang yang tersesat sejauh-jauhnya sebagaima
bunyiAl-Qur’an surah An-Nisaa’ ayat 116 :
إِنَّ اللّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ
ذَلِكَ لِمَن يَشَاء وَمَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلاَلاً بَعِيدًا
Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan
(sesuatu) dengan Dia, dan dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa
yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah,
maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya. (QS. An Nisaa: 116 )
Orang-orang yang melakukan kesyirikan
seperti mereka-mereka yang mempertahankan budaya tradisi syirik dalam kehidupannya
sehari-hari diancam oleh Allah
SubhanahuWata’ala dengan hukuman api neraka, sebagaimana yang tercantum dalam
al-Qur’an surah Al-Maa-idah ayat 72 :
- إِنَّهُ مَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللّهُ عَلَيهِ الْجَنَّةَ
وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنصَارٍ
Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah,
maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada
bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.(QS. Al Maa’idah : 72 )
Hadits Rasullullah shallallahu’alaihi
wa salam juga menyinggung hal
صحيح مسلم ١٢٤: حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَإِسْحَقُ
بْنُ إِبْرَاهِيمَ قَالَ إِسْحَقُ أَخْبَرَنَا جَرِيرٌ وَقَالَ عُثْمَانُ حَدَّثَنَا
جَرِيرٌ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ أَبِي وَائِلٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ شُرَحْبِيلَ عَنْ عَبْدِ
اللَّهِ قَالَ
سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ
الذَّنْبِ أَعْظَمُ عِنْدَ اللَّهِ قَالَ أَنْ تَجْعَلَ لِلَّهِ نِدًّا وَهُوَ خَلَقَكَ
قَالَ قُلْتُ لَهُ إِنَّ ذَلِكَ لَعَظِيمٌ قَالَ قُلْتُ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ ثُمَّ أَنْ
تَقْتُلَ وَلَدَكَ مَخَافَةَ أَنْ يَطْعَمَ مَعَكَ قَالَ قُلْتُ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ
ثُمَّ أَنْ تُزَانِيَ حَلِيلَةَ
جَارِكَ
Shahih Muslim 124: dari Abdullah dia berkata, "Aku bertanya
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, "Dosa apakah yang paling besar di
sisi Allah?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Kamu
membuat tandingan bagi Allah (syirik), sedangkan Dialah yang menciptakanmu."
Aku berkata, "Sesungguhnya dosa demikian memang besar. Kemudian apa
lagi?" Beliau bersabda: "Kemudian kamu membunuh anakmu karena
khawatir dia makan bersamamu." Aku bertanya lagi, "Kemudian apa
lagi?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. bersabda: "Kamu
berzina dengan isteri tetanggamu."
Kepada mereka-mereka akhlus syirik yang
meskipun tanpa sadar telah melakukan kesyirikan karena kejahilannya terhadap
ilmu agama, maka tidak ada cara lain yang harus dipilih dan ditempuh kecuali
melakukan taubat meminta ampun atas prilaku sesat yang telah dilakukan, karena
taubat dapat menghapus segala dosa, karena Allah telah menjanjik
-قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا
مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ
الرَّحِيمُ
Katakanlah: "Hai
hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah
kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa ]
semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS.Az-Zumar
: 53 )\
Menurut Allah Ta’ala setiap orang bertaubat
niscaya mendapatkan ampunan termasuk mereka yang melakukan kesyirikan, asalkan
mereka bertaubat sebelum nafasnya tinggal ditenggorokan ( sebelum ajal/kematian
) dan matahari terbit dari sebelah barat (kiamat). Apabila mati dalam keadaan
syirik dan tidakbertaub at sebelumnya maka Allah tidak akan mengampuninya lagi.
P e n u t u p
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,
“…Sesungguhnya kebenaran itu hanya satu, yaitu jalan Allah yang lurus, tiada
jalan yang mengantarkan kepada-Nya selain jalan itu. Yaitu beribadah kepada
Allah tanpa mempersekutukan-Nya dengan apapun dengan menjalankan syari’at yang
ditetapkan-Nya melalui lisan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam, bukan
dengan [landasan] hawa nafsu maupun bid’ah-bid’ah…” (lihat at-Tafsir al-Qoyyim,
hal. 116-117—
Syirik bukanlah hanya sekedar diartikan dengan seseorang menyembah berhala
atau mengakui ada pencipta selain Allah. Meskipun menyembah berhala memang termasuk syirik. Namun kesyirikan
sebenarnya lebih luas daripada itu. Yaitu yang berkaitan dengan keyakinan yang
mensejajarkan kedudukan sesuatu selain Allah ( makhluk ciptaan Allah) sama
dengan kedudukan Allah ta’ala.
Syirik merupakan bahaya yang terbesar
dan penyakit yang paling berbahaya. Syirik sebagai penyakit hati, karena sumber kesyirikan bermula dari
keyakinan (i’tiqad) yang ada di dalam hati
Islam telah mensyari’atkan sebagai
kewajiban yang mutlak tanpa bisa ditawar-tawar bagi setiap pemeluknya untuk
mentauhidkan Allah Yang Maha Esa, baik tauhid Uluhiyah yaitu mengesakan Allah
Subhanahu Wata’ala dengan segala bentuk ibadah yang lahir maupun bathin, dalam
wujud ucapan maupun perbuatan, lalu menolak segala bentuk ibadah terhadap
selain Allah Ta’ala bagaimanapun bentuk dan perwujudannya.
Kewajiban bagi setiap individu muslim
untuk memurnikan tauhid dengan membersihkan hati dari kotoran-kotoran syirik
agar Allah subhanahu wa ta’ala sebagai satu-satunya yang disembah, satu-satunya
tempat bergantung, satu-satunya tempat meminta perlindungan dan pertolongan dan
satu-satunya tujuan. ( Wallaahu ta’ala ‘alam )
Sumber :
1.Al-Qur’an dan Terjemahan,
www.Salafi-Db
2.Ensiklopedi Hadits Kitab 9 Imam,
www.Lidwa-Pusaka.com
3.Parasit Akidah,A.D.El.Marzdedeq,
Syaamil
4.Kitab Tauhid ( Terjemahan) , Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahb ab at Tamimi, Darul Ilmi
5. Fathul Majid Penjelasan Kitab
Tauhid ( Terjemahan), Syaikh Abdurrahman Hasan Alu Syaik.
6. Buletin At-Tauhid
7.Aretikel as-Syariyah.com
8. Artikel Muslim.0r.id
9. Artikel Rumaysho.com
Samarinda, waktu dhuha, Jum’ah, 27
Rabiul Awal 1434 H/ 8 Pebruari 2013
( Musni Japrie )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar