Sesungguhnya tidak ada satu manusia pun yang
terbebas dari dosa walausekecil apapun bentuklnya.. Namun demikian Allah subhanahu wa ta’ala dengan rahmatnya kepada hamba-hamba-Nya selalu
memberikan kepada mereka yang berbuat dosa kesempatan untuk meminta ampun dan
bertaubat bertaubat dari segala dosa dan
kesalahan. Allah selalu membukakan pintu taubat-Nya bagi hamba-hamba-Nya yang
mau bertaubat selama ruhnya belum berada di kerongkongan atau matahari terbit
dari barat.
Taubat berarti merasa bersalah atau menyesal atas
perbuatan yang tidak sesuai dengan ajaran agama. Tentunya taubat seorang yang
berdosa hendaklah dilakukan secara serius dan sungguh-sungguh bukan bertaubat
kemudian dengan mudahnya dia mengulangi lagi perbuatan maksiatnya. Inilah yang
disebut dengan Taubat Nashuha artinya taubat yang sebenar-benarnya, murni dan
tulus, sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَّصُوحًا عَسَى رَبُّكُمْ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمْ
سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ يَوْمَ
لَا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ نُورُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ
أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ
لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah
dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu
akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang
mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan
Nabi dan orang-orang mu'min yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di
hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb
kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya
Engkau Maha Kuasa atas segala\sesuatu."(QS.At Tahriim : 8 )
Dosa yang dilakukan seorang manusia baik
yang terkait dengan Allah swt, seperti : tidak menjalankan
perintah-perintah-Nya ataupun dosa yang terkait dengan manusia lainnya, seperti
: mencuri harta bendanya dan lainnya, menuntutnya untuk melakukan taubat agar
Allah swt memberikan ampunan kepadanya dan manusia yang dizhalimi tersebut
memberikan pemaafan kepadanya.
Dalam kitab Riyadhus Shalihin Imam
An-Nawawi diketengahkan sebuah hadits diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan
lain-lainnya dan Imam Tirmidzi mengatakan bahawa Hadis ini adalah hasan shahih.:
- وعن أبي سعيد سعد
بن مالك بن سنان الخدري رضي الله عنه أن نبي الله صلى الله عليه وسلم قال:
" كان فيمن كان قبلكم رجل قتل تسعة وتسعين نفساً، فسأل عن أعلم أهل الأرض، فدل
على راهب، فأتاه فقال: إنه قتل تسعه وتسعين نفساً، فهل له من توبة؟ فقال: لا،
فقتله فكمل به مائةً، ثم سأل عن أعلم أهل الأرض، فدل على رجل عالم فقال: إنه قتل
مائة نفس فهل له من توبة؟ فقال: نعم، ومن يحول بينه وبين التوبة؟ انطلق إلى أرض
كذا وكذا، فإن بها أناساً يعبدون الله تعالى فاعبد الله معهم، ولا ترجع إلى أرضك فإنها
أرض سوءٍ، فانطلق حتى إذا نصف الطريق أتاه الموت، فاختصمت فيه ملائكة الرحمة وملائكة
العذاب. فقالت ملائكة الرحمة: جاء تائبا مقبلا بقلبه إلى الله تعالى، وقالت ملائكة
العذاب: إنه لم يعمل خيرا قط، فأتاهم ملك في صورة آدمي فجعلوه بينهم- أي حكماً- فقال:
قيسوا ما بين الأرضين فإلى أيتهما كان أدنى فهو له، فقاسوا فوجدوه أدنى إلى الأرض التي
أراد، فقبضته ملائكة الرحمة" ((متفق عليه)).
وفي رواية في الصحيح:
فكان إلى القرية الصالحة بشبر، فجعل من أهلها وفي رواية في الصحيح: فأوحى
الله تعالى إلى هذه أن تباعدي، وإلى هذه أن تقربي، وقال: قيسوا ما بينهما، فوجدوه
إلى هذه أقرب بشبرٍ فغفر له وفي رواية: فنأى بصدره نحوها
. Dari Abu Said, iaitu
Sa'ad bin Sinan al-Khudri r.a. bahawasanya Nabiullah shallallahu’alaihi wa
sallam . bersabda:
"Ada seorang lelaki dari golongan ummat yang sebelummu
telah membunuh sembilan puluh sembilan manusia, kemudian ia menanyakan tentang
orang yang teralim dari penduduk bumi, ialu ia ditunjukkan pada seorang
pendeta. la pun mendatanginya dan selanjutnya berkata bahawa sesungguhnya ia
telah membunuh sembilan puluh sembilan manusia, apakah masih diterima untuk
bertaubat. Pendeta itu menjawab: "Tidak dapat." Kemudian pendeta itu
dibunuhnya sekali dan dengan demikian ia telah menyempurnakan jumlah seratus dengan ditambah
seorang lagi itu.
Lalu ia bertanya lagi tentang
orang yang teralim dari penduduk bumi, kemudian ditunjukkan pada seorang yang
alim, selanjutnya ia mengatakan bahawa sesungguhnya ia telah membunuh seratus
manusia, apakah masih diterima taubatnya. Orang alim itu menjawab: "Ya,
masih dapat. Siapa yang dapat menghalang-halangi antara dirinya dengan taubat
itu. Pergilah engkau ke tanah begini-begini, sebab di situ ada beberapa
kelompok manusia yang sama menyembah Allah Ta'ala, maka menyembahlah engkau
kepada Allah itu bersama-sama dengan mereka dan janganlah engkau kembali ke
tanahmu sendiri, sebab tanahmu adalah negeri yang buruk." Orang itu terus
pergi sehingga di waktu ia telah sampai separuh perjalanan, tiba-tiba ia
didatangi oleh kematian.
Kemudian bertengkarlah untuk mempersoalkan diri orang tadi
malaikat kerahmatan dan malaikat siksaan - yakni yang bertugas memberikan
kerahmatan dan bertugas memberikan siksa, malaikat kerahmatan berkata:
"Orang ini telah datang untuk bertaubat sambil menghadapkan hatinya kepada
Allah Ta'ala." Malaikat siksaan berkata: "Bahawasanya orang ini sama
sekali belum pernah melakukan kebaikan sedikit pun."
Selanjutnya ada seorang malaikat yang mendatangi mereka
dalam bentuk seorang manusia, lalu ia dijadikan sebagai pemisah antara
malaikat-malaikat yang berselisih tadi, yakni dijadikan hakim pemutusnya -
untuk menetapkan mana yang benar. Ia berkata: "Ukurlah olehmu semua antara
dua tempat di bumi itu, ke mana ia lebih dekat letaknya, maka orang ini adalah
untuknya - maksudnya jikalau lebih dekat ke arah bumi yang dituju untuk
melaksanakan taubatnya, maka ia adalah milik malaikat kerahmatan dan jikalau
lebih dekat dengan bumi asalnya maka ia adalah milik malaikat siksaan."
Malaikat-malaikat itu mengukur, kemudian didapatinya bahawa orang tersebut
adalah lebih dekat kepada bumi yang dikehendaki -yakni yang dituju untuk
melaksanakan taubatnya. Oleh sebab itu maka ia dijemputlah oleh malaikat
kerahmatan." (Muttafaq 'alaih)
Dalam sebuah riwayat yang shahih disebutkan demikian:
"Orang tersebut lebih dekat sejauh sejengkal saja pada pedesaan yang baik
itu - yakni yang hendak didatangi, maka dijadikanlah ia termasuk golongan
penduduknya."
Dalam riwayat lain yang shahih pula disebutkan: Allah
Ta'ala lalu mewahyukan kepada tanah yang ini - tempat asalnya - supaya engkau
menjauh dan kepada tanah yang ini - tempat yang hendak dituju - supaya engkau
mendekat - maksudnya supaya tanah asalnya itu memanjang sehingga kalau diukur
akan menjadi jauh, sedang tanah yang dituju itu menyusut sehingga kalau diukur
menjadi dekat jaraknya. Kemudian firmanNya: "Ukurlah antara
keduanya." Malaikat-malaikat itu mendapatkannya bahawa kepada yang ini
-yang dituju - adalah lebih dekat sejauh sejengkal saja jaraknva. Maka orang
itupun diampunilah dosa-dosanya."
Dalam riwayat lain lagi disebutkan: "Orang tersebut
bergerak - amat susah payah kerana hendak mati - dengan dadanya ke arah tempat
yang dituju itu
Dari hadits Rasullullah
shallallahu’alaihi wa sallam tersebut diatas digambarkan secara jelas seberapapun besarnya dosa anak
manusia yang telah ia lakukan niscaya Allah Yang Maha Pengampun akan memberikan ampunan-Nya asalkan mereka yang
melakukan perbuatan dosa tersebut meminta ampun dan meninggalkan perbuatan dosa
yang pernah dilakukannya. Hal tersebut ditegaskan dalam salah satu firman Allah
subhanahu wa ta’ala :
اعْلَمُواْ أَنَّ اللّهَ
شَدِيدُ الْعِقَابِ وَأَنَّ اللّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya
dan bahwa sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.( QS.Al-Maidah : 98 )
Sesungguhnya banyak sekali ayat-ayat
al-Qur’an yang menyinggung tentang Allah sebagai Maha Pengampun, antara lain :
Firman Allah ta’ala
نَبِّىءْ عِبَادِي أَنِّي
أَنَا الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa sesungguhnya
Aku-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,(QS.Al Hijr : 49)
Dalam ayat lain, Allah subhanahu wa
ta’ala juga berfirman :
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا
رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا
maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada
Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-,(QS. Nuh : 10)
Mengingat bagaimana kasih sayang Allah
kepada hamba-hambanya dengan memberikan ampunan atas dosa-dosa yang telah
dilakukan hamba-hamba tersebut maka wajib bagi siapa saja yang telah melakukan
perbuatan dosa untuk meminta ampun dan bertaubat .
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
إِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللّهِ
لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السُّوَءَ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ يَتُوبُونَ مِن قَرِيبٍ
فَأُوْلَـئِكَ يَتُوبُ اللّهُ عَلَيْهِمْ وَكَانَ اللّهُ عَلِيماً حَكِيماً
Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi
orang- orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan [277],
yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima
Allah taubatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS.An Nisaa: 17)
Sungguh
Allah subhanahu wa ta’ala itu maha bijaksana,
karena berkenan untuk memberikan
ampunan kepada mereka-mereka yang telah melakukan perbuatan dosa dengan
melakukan perbuatan-perbuatan yang terlarang.
Imam
at-Tarmidzi meriwayatkan sebuah hadits dari Anas bin Malik radhyallahu’anhu :
سنن الترمذي ٣٤٦٣: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ إِسْحَقَ الْجَوْهَرِيُّ
الْبَصْرِيُّ حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ حَدَّثَنَا كَثِيرُ بْنُ فَائِدٍ حَدَّثَنَا
سَعِيدُ بْنُ عُبَيْدٍ قَال سَمِعْتُ بَكْرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ الْمُزَنِيَّ يَقُولُ
حَدَّثَنَا أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ قَالَ
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ
قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِي وَرَجَوْتَنِي
غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ فِيكَ وَلَا أُبَالِي يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ
ذُنُوبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ وَلَا أُبَالِي
يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ الْأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيتَنِي
لَا تُشْرِكُ بِي شَيْئًا لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ لَا نَعْرِفُهُ
إِلَّا مِنْ هَذَا الْوَجْهِ
Sunan Tirmidzi 3463: Anas
bin Malik ia berkata; saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
berkata: "Allah tabaraka wa ta'ala berfirman: "Wahai anak Adam,
tidaklah engkau berdoa kepadaKu dan berharap kepadaKu melainkan Aku ampuni dosa
yang ada padamu dan Aku tidak perduli, wahai anak Adam, seandainya dosa-dosamu
telah mencapai setinggi langit kemudian engkau meminta ampun kepadaKu niscaya
aku akan mengampunimu, dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, seandainya engkau
datang kepadaKu dengan membawa kesalahan kepenuh bumi kemudian engkau menemuiKu
dengan tidak mensekutukan sesuatu denganKu niscaya aku akan datang kepadamu
dengan ampunan sepenuh bumi."
Betapapun
besarnya dosa-dosa sebagai akibat
perbuatan yang dilakukan oleh seseorang niscaya Allah Yang Maha Pengampun akan
memberikan ampunan dan menghapuskan segala kesalahannya.
Sesungguhnya
Allah azza wa jalla itu maha pengampun, dan akan memberikan ampunan kepada
mereka-mereka yang meminta ampun. Karenanya barang siapa yang telah berbuat
dosa seberapapun ukurannya, maka bersegeralah meminta ampun. Mengenai hal ini disebutkan dalam hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitab Shahihnya dari Abu Hurairah radhyallahu’anhu :
صحيح البخاري ١٠٧٧: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ
عَنْ مَالِكٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ وَأَبِي عَبْدِ اللَّهِ الْأَغَرِّ
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا
حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ يَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ
مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ
Shahih Bukhari 1077: dari
Abu Hurairah radliallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Rabb Tabaaraka wa Ta'ala kita turun di setiap malam ke langit
dunia pada sepertiga malam terakhir dan berfirman: "Siapa yang berdo'a
kepadaKu pasti Aku kabulkan dan siapa yang meminta kepadaKu pasti Aku penuhi
dan siapa yang memohon ampun kepadaKu pasti Aku ampuni".
Diriwayatkan
oleh imam Abu Daud rahimahullah ta’ala dalam kitab Sunan-nya sebuah hadits dari
Asma bin Al Hakam al-Fazari :
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَدِيثًا نَفَعَنِي
اللَّهُ مِنْهُ بِمَا شَاءَ أَنْ يَنْفَعَنِي وَإِذَا حَدَّثَنِي أَحَدٌ مِنْ أَصْحَابِهِ
اسْتَحْلَفْتُهُ فَإِذَا حَلَفَ لِي صَدَّقْتُهُ قَالَ وَحَدَّثَنِي أَبُو بَكْرٍ وَصَدَقَ
أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّهُ قَالَ
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ
مَا مِنْ عَبْدٍ يُذْنِبُ ذَنْبًا فَيُحْسِنُ الطُّهُورَ ثُمَّ يَقُومُ فَيُصَلِّي
رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ يَسْتَغْفِرُ اللَّهَ إِلَّا غَفَرَ اللَّهُ لَهُ ثُمَّ قَرَأَ
هَذِهِ الْآيَةَ
{ وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ
ذَكَرُوا اللَّهَ }
إِلَى آخِرِ الْآيَةِ
Sunan Abu Daud 1300: dari
Asma` bin Al Hakam Al Fazari, ia berkata; aku mendengar Ali radliallahu 'anhu
berkata; aku adalah seorang laki-laki yang apabila mendengar dari Rasulullah
shallAllahu wa'alaihi wa sallam sebuah hadits maka Allah memberiku manfaat dari
haditsnya sesuai dengan kehendakNya. Dan apabila ada seseorang diantara para
sahabatnya menceritakan kepadaku maka aku memintanya agar bersumpah, apabila ia
bersumpah maka aku membenarkannya. Ali berkata; telah menceritakan kepadaku Abu
Bakr dan Abu Bakr radliallahu 'anhu telah benar bahwa ia berkata; aku mendengar
Rasulullah shallAllahu wa'alaihi wa sallam bersabda: "Tidaklah seorang
hamba melakukan dosa kemudian ia bersuci dengan baik, kemudian berdiri untuk melakukan
shalat dua raka'at kemudian meminta ampun kepada Allah, kecuali Allah akan
mengampuninya." Kemudian beliau membaca ayat ini: "Dan (juga)
orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri
sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka
dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka
tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui."
Allah
Yang Maha Pengampun akan selalu memberikan ampunan bagi hamba-hambanya yang
meminta ampun dengan mengucapkan istigfar sebagaimana hadits yang diriwayat
Imam Abu Daud rahimahullah ta’ala :
سنن أبي داوود ١٢٩٦: حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَعِيلَ حَدَّثَنَا
حَفْصُ بْنُ عُمَرَ بْنِ مُرَّةَ الشَّنِّيُّ حَدَّثَنِي أَبِي عُمَرُ بْنُ مُرَّةَ
قَالَ سَمِعْتُ بِلَالَ بْنَ يَسَارِ بْنِ زَيْدٍ مَوْلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ سَمِعْتُ أَبِي يُحَدِّثُنِيهِ عَنْ جَدِّي
أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ مَنْ قَالَ أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيَّ
الْقَيُّومَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ غُفِرَ لَهُ وَإِنْ كَانَ قَدْ فَرَّ مِنْ الزَّحْفِ
Sunan Abu Daud 1296: Telah
menceritakan kepada Kami Musa bin Isma'il, telah menceritakan kepada Kami Hafsh
bin Umar bin Murrah Asy Syanni, telah menceritakan kepadaku ayahku yaitu Umar
bin Murrah, ia berkata; saya mendengar Bilal bin Yasar bin Zaid mantan budak
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, ia berkata; aku mendengar ayahku
menceritakan kepadaku dari kakekku bahwa ia mendengar Rasulullah shallla Allahu
'alaihi wa sallam bersabda: "Barang siapa yang mengucapkan;
ASTAGHFIRULLAAHAL LADZII LAA ILAAHA ILLAA HUWAL HAYYUL QAYYUUMU WA ATUUBU ILAIH
(aku memohon ampun kepada Allah Dzat yang tidak ada tuhan yang berhak disembah
kecuali Dia, yang Maha Hidup dan Yang terus mengurus makhlukNya, dan aku
bertaubat kepadaNya), maka dia pasti akan diampuni walaupun dia pernah lari
dari medan pertempuran."
2.Allah Ta’ala Maha Penerima Taubat Penerima Taubat
Allah subhanahu wa ta’ala
sesungguhnya adalah Allah yang maha penerima taubat dari hamba-hambanya yang
mengakui telah berbuat dosa, akan hal ini telah
ditegaskan oleh Allah subhanahu wa
ta’ala dalam firman-Nya :
فَتَلَقَّى آدَمُ مِن رَّبِّهِ
كَلِمَاتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
Kemudian Adam menerima beberapa kalimat [40]
dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima
taubat lagi Maha Penyayang. (QS. Al B aqarah : 37)
Bahkan Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan
dan mewajibkan bagi setiap hamba-Nya untuk meminta ampun dan bertaubat sebagaimana
yang banyak disebutkan dalam beberapa firman-Nya yang tercantum dalam
al-Qur’an.
Allah
berfirman :
فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ
وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا
maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun
kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat. ( Qs.An-Nashr:3)
Firman
Allah ta’ala :
وَهُوَ الَّذِي يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ وَيَعْفُو عَنِ
السَّيِّئَاتِ وَيَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ
Dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan
kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan, (QS.Asy Syuura : 25 )
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman
:
أَلَمْ يَعْلَمُواْ أَنَّ اللّهَ
هُوَ يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ وَيَأْخُذُ الصَّدَقَاتِ وَأَنَّ اللّهَ
هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
Tidaklah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima
taubat dari hamba-hamba-Nya dan menerima zakat dan bahwasanya Allah Maha
Penerima taubat lagi Maha Penyayang? (QS.At Taubah : 104)
Bagi mereka- mereka yang telah
berbuat dosa karena telah melakukan perbuatan yang terlarang, maka seyogyanya
untuk segera bertaubat sebelum datangnya kematian, bertaubat sebelum terlambat.
Sebagaimana yang Allah subhanahu perintahkan sesuai denmgan firman-Nya :
وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ
حَتَّى إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ إِنِّي تُبْتُ الآنَ وَلاَ
الَّذِينَ يَمُوتُونَ وَهُمْ كُفَّارٌ أُوْلَـئِكَ أَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابًا
أَلِيمًا
Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang
yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang
di antara mereka, (barulah) ia mengatakan : "Sesungguhnya saya bertaubat
sekarang". Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang
mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang
pedih.
(QS. An-Nisaa: 18 )
Sebagaimana diketahui bahwa Allah
itu maha pemberi ampun, karenanya bagi mereka-mereka yang telah melanggar
ketentuan dalam agama seyogyanya untuk segera meminta ampun dan bertaubat,
janganlah sampai ada anggapan bahwa Allah tidak akan memberikan ampunan dan
menerima taubat seseorang, jangalah berputus asa . Allah telah mejanjikan
kepada hamba-hamba-Nya untuk memberikan ampunan sebagaimana firman Allah ta’ala
:
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ
أَسْرَفُوا عَلَى أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ
يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas
terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS. Az-Zumar : 53 )
Sesungguhnya taubat itu dalam Islam
mempunyai arti yang sangat penting, sehingga Allah subhanahu wa ta’ala
sangatlah bergembira terhadap taubatnya para hamba-hamba-Nya sesuai dengan
hadits Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam , dimana Imam Bukhari
rahimahullah dalam shahihnya meriwayatkan hadits dari Anas radhyaallahu’anhu :
صحيح البخاري ٥٨٣٤: حَدَّثَنَا
إِسْحَاقُ أَخْبَرَنَا حَبَّانُ حَدَّثَنَا هَمَّامٌ حَدَّثَنَا قَتَادَةُ حَدَّثَنَا
أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ح و حَدَّثَنَا
هُدْبَةُ حَدَّثَنَا هَمَّامٌ حَدَّثَنَا قَتَادَةُ عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اللَّهُ أَفْرَحُ بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ مِنْ أَحَدِكُمْ
سَقَطَ عَلَى بَعِيرِهِ وَقَدْ أَضَلَّهُ فِي أَرْضِ فَلَاةٍ
Shahih Bukhari 5834:
dari Anas bin Malik dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Dan
diriwayatkan dari jalur lain, telah menceritakan kepada kami Hudbah telah
menceritakan kepada kami Hammam telah menceritakan kepada kami Qatadah dari
Anas radliallahu 'anhu dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Allah lebih gembira dengan taubat hamba-Nya melebihi salah seorang
dari kalian yang mendapatkan hewan tunggangannya yang telah hilang di padang
yang luas."
Allah subhanahu wa ta’ala memberikan
peluang yang besar kepada hamba-hamba-Nya untuk bertaubat dengan senatiasa
membuka lebar-lebar tangan-Nya baik pada malam maupun siang hari bagi mereka
yang mau bertaubat. Hal ini disebutkan dalam hadits riwayat imam Muslim
rahimahullah ta’ala dari Abu Musa Radhyallahu’anhu :
صحيح مسلم ٤٩٥٤: حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ
عَنْ عَمْرِو بْنِ مُرَّةَ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا عُبَيْدَةَ يُحَدِّثُ عَنْ أَبِي مُوسَى
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَبْسُطُ يَدَهُ بِاللَّيْلِ
لِيَتُوبَ مُسِيءُ النَّهَارِ وَيَبْسُطُ يَدَهُ بِالنَّهَارِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ اللَّيْلِ
حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِه
و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ
بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا أَبُو دَاوُدَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ بِهَذَا الْإِسْنَادِ
نَحْوَهُ
Shahih Muslim 4954: dari Abu Musa dari Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam beliau bersabda: " Allah Subhanahu Wa Ta'ala akan senantiasa
membuka lebar-lebar tangan-Nya pada malam hari untuk menerima taubat orang yang
berbuat dosa pada siang hari dan Allah senantiasa akan membuka tangan-Nya pada
siang hari untuk menerima taubat orng yang berbuat dosa pada malam hari, dan
yang demikian terus berlaku hingga matahari terbit dari barat."
Betapa pentingnya taubat itu bagi setiap
muslim, hal ini ditunjukkan dan dicontohkan
oleh Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam, dimana beliau selalu
meminta ampun, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh imam Abu Daud
rahimahullah ta’ala dari Abu Musa radhyallaahu’anhu :
سنن أبي داوود ١٢٩٥: حَدَّثَنَا
الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ عَنْ مَالِكِ بْنِ مِغْوَلٍ عَنْ
مُحَمَّدِ بْنِ سُوقَةَ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ
إِنْ كُنَّا لَنَعُدُّ لِرَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْمَجْلِسِ الْوَاحِدِ مِائَةَ مَرَّةٍ
رَبِّ اغْفِرْ لِي وَتُبْ عَلَيَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
Sunan Abu Daud 1295: dari Ibnu Umar, ia berkata; sungguh Kami
telah menghitung ucapan Rasulullah shallla Allahu 'alaihi wa sallam dalam satu
majlis beliau "RABBIGHFIRLII WA TUB 'ALAYYA, INNAKAT TAWWAABUR
RAHIIM" (Ya Tuhanku, ampunilah aku dan terimalah taubatku sesungguhnya
Engkau adalah Dzat yang Maha menerima taubat lagi Maha Penyayang) sebanyak
seratus kali.
Dari hadits tersebut dapat disimpulkan
bahwa Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam yang terjaga dari segala
kesalahan dan dosa tetap meminta ampun dan bartaubat, lalu bagaimana dengan
umatnya yang tidak pernah terlepas dari kesalahan dan perbuatan dosa, tentunya
perlu mencontoh bagaimana sikap Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam.
Mereka-mereka yang telah melakukan
pelanggaran larangan yang ditetapkan namun tidak meminta ampun dan bertaubat
maka niscaya kesengsaraanlah yang kelak yang akan diperoleh. Dan sebaliknya
mereka yang telah bergelimang dalam perbuatan yang berdosa maka apabila mereka bertaubat
dari segala dosa dan perbuatan yang terlarang yang kemudian mereka menjaga
dirinya agar selamat dari berbagai perbuatan yang terlarang.
Sungguh
Allah subhanahu wa ta’ala itu maha bijaksana,
karena berkenan untuk memberikan
ampunan kepada mereka-mereka yang telah melakukan perbuatan dosa akibat perbuatan-perbuatan yang terlarang.Hal ini
ditegaskan dalam firman-Nya :
Allah berfirman :
وَالَّذِينَ عَمِلُواْ
السَّيِّئَاتِ ثُمَّ تَابُواْ مِن بَعْدِهَا وَآمَنُواْ إِنَّ رَبَّكَ مِن
بَعْدِهَا لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ
Orang-orang yang mengerjakan kejahatan, kemudian bertaubat
sesudah itu dan beriman; sesungguhnya Tuhan kamu sesudah taubat yang disertai
dengan iman itu adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS.Al A’raf : 153 )
Perlu diketahui bahwa betapa
gembiranya Allah subhanahu wa ta’ala apabila hamba-hamba-Nya yang berdosa
mengakui kesalahannya kemudian meminta
ampun dan bertaubat. Hal tersebut disebutkan dalam hadits riwayat imam Bukhari
rahimahullah ta’ala dari Anas bin Malik radhyallahu’anhu :
صحيح البخاري ٥٨٣٤: حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ أَخْبَرَنَا حَبَّانُ
حَدَّثَنَا هَمَّامٌ حَدَّثَنَا قَتَادَةُ حَدَّثَنَا أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ عَنْ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ح و حَدَّثَنَا هُدْبَةُ حَدَّثَنَا هَمَّامٌ حَدَّثَنَا
قَتَادَةُ عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اللَّهُ
أَفْرَحُ بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ مِنْ أَحَدِكُمْ سَقَطَ عَلَى بَعِيرِهِ وَقَدْ أَضَلَّهُ
فِي أَرْضِ فَلَاةٍ
Shahih Bukhari 5834: dari Anas bin Malik radliallahu 'anh dia berkata; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Allah lebih gembira dengan taubat hamba-Nya
melebihi salah seorang dari kalian yang mendapatkan hewan tunggangannya yang
telah hilang di padang yang luas."
Mengingat
maha bijaksananya Allah subhanahu wa ta’ala dengan kasih sayangnya kepada
hamba-hamba-nya dengan pemberian ampun dan penerima taubat, maka seyogyanya
setiap kaum muslimin terutama yang merasa telah berbuat kemaksiatan dan
kemunkaran sekecil dan sebesar apapun hendaknya
segera meminta ampun dan bertaubat. Insya Allah ta’ala akan dikabulkan
permohonan ampun dan diterima taubatnya. Sehingga kelak diakhirat mendapatkan
kelapangan.
(Wallahu
ta’ala a’lam )
S
u m b e r :
Samarinda,
Ba’da dhuha , 14 Jumadil akhir 1434 H /25
April 2013 M
(Musni
Japrie )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar