Sebagai lanjutan dari
artikel Akhlak seorang muslim terhadap saudaranya sesama muslim bagian ke dua , maka berikut ini
diketengahkan lagi beberapa hal yang berkaitan dengan akhlak yang harus
dimiliki oleh seseorang dalam rangka membina hubungan persaudaraan diantara
sesama muslim.
8. Mendoakan Kebaikan Bagi Saudaranya Sesama Muslim
Salah satu tanda eratnya
persaudaraan dengan sesama muslim adalah mendoakan muslim lainnya yang tidak
berada di hadapannya, atau tanpa sepengetahuannya. Saat seorang muslim
mendoakan muslim lainnya yang berada jauh dari tempatnya, tanpa
sepengetahuannya, dengan doa-doa yang baik, niscaya doa tersebut akan
dikabulkan Allah dan doa tersebut juga akan mencakup orang yang membacanya
sendiri.
Rasullullah
shallallahu’alaihin wa sallam bersabda :
عَنْ أُمِّ الدَّرْدَاءِ قَالَتْ: إِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ: ” دَعْوَةُ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ لِأَخِيهِ بِظَهْرِ
الْغَيْبِ مُسْتَجَابَةٌ، عِنْدَ رَأْسِهِ مَلَكٌ مُوَكَّلٌ كُلَّمَا دَعَا لِأَخِيهِ
بِخَيْرٍ، قَالَ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهِ: آمِينَ وَلَكَ بِمِثْلٍ “
Dari Ummu Darda’ dan
Abu Darda’ Radhiyallahu ‘anhuma bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Doa seorang muslim untuk saudaranya (muslim lainnya) yang tidak
berada di hadapannya akan dikabulkan oleh Allah. Di atas kepala orang muslim
yang berdoa tersebut terdapat seorang malaikat yang ditugasi menjaganya. Setiap
kali orang muslim itu mendoakan kebaikan bagi saudaranya, niscaya malaikat yang
menjaganya berkata, “Amin (semoga Allah mengabulkan) dan bagimu hal yang
serupa.” (HR. Muslim no. 2733, Abu Daud no. 1534, Ibnu Majah no. 2895 dan Ahmad no. 21708)
Hadits ini merupakan
sebuah modal berharga bagi kita untuk banyak mendoakan kebaikan bagi
saudara-saudara muslim lainnya. Selain mendapatkan pahala mendoakan mereka,
kita juga akan mendapatkan kebaikan dari doa yang kita panjatkan tersebut.
Mendoakan kebaikan untuk sesama muslim sama halnya dengan mendoakan kebaikan
untuk diri kita sendiri, sebagaimana dijelaskan di akhir hadits di atas.
Malaikat mengamini doa kita dan Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa sallam
menjamin bahwa Allah Ta’ala akan mengabulkannya.
Sebagai sesama muslim yang
saling bersaudara karena agama , maka setiap muslim satu sama lainnya mempunyai
hak yang sama yang harus dihormati dan dipenuhi oleh masing-masing pihak.
Sebagai salah satu contoh hak sesama muslim yang dimaksudkan adalah sebagai
yang disebutkan dalam hadits riwayat imam Bukhari rahimahullaah ta’ala dari sahabat Abu Hurairah radhyallaahu’anhu :
صحيح البخاري ١١٦٤: حَدَّثَنَا مُحَمَّدٌ حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ
أَبِي سَلَمَةَ عَنْ الْأَوْزَاعِيِّ قَالَ أَخْبَرَنِي ابْنُ شِهَابٍ قَالَ أَخْبَرَنِي
سَعِيدُ بْنُ الْمُسَيَّبِ أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ
حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ خَمْسٌ رَدُّ السَّلَامِ وَعِيَادَةُ الْمَرِيضِ
وَاتِّبَاعُ الْجَنَائِزِ وَإِجَابَةُ الدَّعْوَةِ وَتَشْمِيتُ الْعَاطِسِ
تَابَعَهُ عَبْدُ الرَّزَّاقِ قَالَ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ وَرَوَاهُ
سَلَامَةُ بْنُ رَوْحٍ عَنْ عُقَيْلٍ
Shahih Bukhari 1164: dari
Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata; Aku mendengar Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Hak muslim atas muslim lainnya ada lima, yaitu; menjawab salam, menjenguk
yang sakit, mengiringi jenazah, memenuhi undangan dan mendoakan orang yang
bersin
\
Hadits tersebut diatas
mengandung makna yang dalam, meskipun secara lahirnya disebutkan mendoakan
orang bersin, namun didalamnya terkandung
perintah agar setiap muslim
mendokan kebaikan kepada sesama
saudaranya .
9.Saling Mencintai , Sayang Menyayangi dan Kasih Menghasihi Dalam
Persaudaraan sesama muslim
Hubungan di antara cinta
dan persaudaraan adalah hubungan yang sangat kuat. Maka setiap orang yang
dipertalikan oleh Allah subhanahu wa ta’ala
di antara sesama muslim satu dan
lainnya dengan hubungan persaudaraan,
niscaya ia mendapat hak untuk saling mencintai karena Allah ta;ala. Dan setiap
orang yang bergaul dengan sesama saudara muslim
dengan kecintaan iman, niscaya ia berhak mendapatkan hak persaudaraan
Islam.
Al-Qurthubi
rahimahullah menjelaskan pengertian persaudaraan yang dimaksudkan dalam islam :
'Berusahalah agar kamu menjadi seperti saudara senasab dalam kasih sayang,
tolong menolong, saling membantu, dan memberi nasehat.'
Dan standar pemahaman
ukhuwah (persaudaraan) dan yang tidak sempurna iman kecuali dengannya adalah yang dijelaskan oleh
Rasulullah dengan sabdanya:
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ,
لاَيُؤْمِنُ عَبْدٌ حَتَّى يُحِبَّ ِلأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
"Demi Dzat yang
diriku berada di tangan-Nya, seorang hamba tidak beriman (yang sempurna)
sehingga ia mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia mencintai untuk dirinya
sendiri dari kebaikan."
Al-Karmani memberikan
komentar dengan katanya, 'Dan termasuk iman pula, bahwa ia membenci untuk
saudaranya keburukan yang dibencinya untuk dirinya, dan beliau tidak
menyebutkannya, karena mencintai sesuatu memberikan konsekuensi membenci
lawannya, lalu beliau shallallahu’alaihi wa sallam tidak menyebutkan hal itu karena sudah cukup.'
An-Nawawi rahimahullah
mendefinisikan mahabbah bahwa ia adalah kecenderungan kepada sesuatu yang
sesuai orang yang mencintai. Dan Ibnu
Hajar rahimahullah menambahkan: 'Maksud kecenderungan di sini adalah ikhtiyari
(yang diusahakan), bukan alami, dan mahabbah adalah keinginan apa yang
diyakininya sebagai kebaikan.' Dan
keinginan atas mahabbah dan persaudaraan, mendorong seseorang seperti Abu
Hurairah radhyallahu’anhu untuk mendapat doa dari Rasulullah shallallahu’alaihi
wa sallam untuk dirinya dan ibunya
dengan mahabbah yang beredar bersama orang-orang yang beriman, maka Rasulullah
shallallahu’alaihi wa sallam mendoakan
untuknya:
اَللّهُمَّ حَبِّبْ عُبَيْدَكَ هذَا وَأُمَّهُ إِلَى عِبَادِكَ
الْمُؤْمِنِيْنَ, وَحَبِّبْ إِلَيْهِمْ الْمُؤْمِنِيْنَ...
"Ya Allah,
cintakanlah hamba-Mu ini dan ibunya kepada hamba-hamba-Mu yang beriman, dan
cintakanlah kepada mereka orang-orang yang beriman…"
Dan dasar dalam cinta dan
benci bahwa ia adalah untuk sesuatu yang dicintai Allah ta’ala atau dibenci-Nya. Allah ta;ala mencintai (menyukai) orang-orang yang
bertaubat dan bersuci, orang-orang yang berbuat baik dan bertaqwa, orang-orang yang
sabar dan bertawakkal, orang-orang yang berbuat adil, dan orang-orang yang
berjuang di jalan-Nya secara berbaris … dan tidak menyukai orang-orang zalim,
melewati batas, israf (berlebih-lebihan), berbuat kerusakan, berkhianat, dan
orang-orang yang sombong…
Dan di ancara cara
mengungkapkan kebenaran rasa persaudaraan dan hakekat kasih sayang, sesuatu
yang engkau berikan untuk saudaramu berupa doa-doa yang baik, di tempat ia
tidak mendengar dan tidak melihatmu. Di tempat yang tidak ada campuran perasaan
riya dan berpura-pura, seperti dalam sabda Nabi shallallahu’alaihi wa sallam :
دَعْوَةُ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ مُسْتَجَابَةٌ, عِنْدَ رَأْسِهِ مَلَكٌ مُوَكَّلٌ. كُلَّمَا دَعَا
ِلأَخِيْهِ بِخَيْرٍ قَالَ اْلمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهِ: آمِيْنَ وَلَكَ مِثْل.
"Doa seorang
muslim untuk saudaranya dari belakang dikabulkan. Di sisi kepalanya ada
malaikat yang ditugaskan, setiap kali ia berdoa untuk saudaranya dengan
kebaikan, malaikat yang ditugaskan dengannya berkata: Amin, dan untukmu
semisalnya."
An-Nawawi rahimahullah
berkata: Sebagian salafus shalih, apabila ingin berdoa untuk dirinya, ia berdoa
untuk saudaranya yang muslim dengan doa tersebut, karena doa itu dikabulkan dan
ia memperoleh hal serupa untuk dirinya sendiri.
Hadits riwayat imam at-Tirmidzi rahimahullaah ta’ala
dari Abu Huharorah radhyallaahu’anhuma :
سنن الترمذي ٢٢٢٧: حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ هِلَالٍ الصَّوَّافُ
الْبَصْرِيُّ حَدَّثَنَا جَعْفَرُ بْنُ سُلَيْمَانَ عَنْ أَبِي طَارِقٍ عَنْ الْحَسَنِ
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ
يَأْخُذُ عَنِّي هَؤُلَاءِ الْكَلِمَاتِ فَيَعْمَلُ بِهِنَّ أَوْ يُعَلِّمُ مَنْ يَعْمَلُ
بِهِنَّ فَقَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ فَقُلْتُ أَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ فَأَخَذَ بِيَدِي
فَعَدَّ خَمْسًا وَقَالَ اتَّقِ الْمَحَارِمَ تَكُنْ أَعْبَدَ النَّاسِ وَارْضَ بِمَا
قَسَمَ اللَّهُ لَكَ تَكُنْ أَغْنَى النَّاسِ وَأَحْسِنْ إِلَى جَارِكَ تَكُنْ مُؤْمِنًا
وَأَحِبَّ لِلنَّاسِ مَا تُحِبُّ لِنَفْسِكَ تَكُنْ مُسْلِمًا وَلَا تُكْثِرْ الضَّحِكَ
فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ الْقَلْبَ
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ غَرِيبٌ لَا نَعْرِفُهُ إِلَّا
مِنْ حَدِيثِ جَعْفَرِ بْنِ سُلَيْمَانَ وَالْحَسَنُ لَمْ يَسْمَعْ مِنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
شَيْئًا هَكَذَا رُوِيَ عَنْ أَيُّوبَ وَيُونُسَ بْنِ عُبَيْدٍ وَعَلِيِّ بْنِ زَيْدٍ
قَالُوا لَمْ يَسْمَعْ الْحَسَنُ مِنْ أَبِي هُرَيْرَةَ وَرَوَى أَبُو عُبَيْدَةَ النَّاجِيُّ
عَنْ الْحَسَنِ هَذَا الْحَدِيثَ قَوْلَهُ وَلَمْ يَذْكُرْ فِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Sunan Tirmidzi 2227: dari
Abu Hurairah berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam bersabda:
"Siapa yang mau mengambil kalimat-kalimat itu dariku lalu mengamalkannya
atau mengajarkan pada orang yang mengamalkannya?" Abu Hurairah menjawab:
Saya, wahai Rasulullah. beliau meraih tanganku lalu menyebut lima hal; jagalah
dirimu dari keharaman-keharaman niscaya kamu menjadi orang yang paling ahli
ibadah, terimalah pemberian Allah dengan rela niscaya kau menjadi orang
terkaya, berbuat baiklah terhadap tetanggamu niscaya kamu menjadi orang mu`min, cintailah untuk sesama seperti
yang kau cintai untuk dirimu sendiri niscaya kau menjadi orang muslim,
jangan sering tertawa karena seringnya tertawa itu mematikan hati."
Hadits riwayat Muslim
rahimahullaah ta’ala dari An Nu’man bin Bisyir:
صحيح مسلم ٤٦٨٥: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا زَكَرِيَّاءُ عَنْ الشَّعْبِيِّ عَنْ النُّعْمَانِ
بْنِ بَشِيرٍ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَثَلُ
الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ
إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
حَدَّثَنَا إِسْحَقُ الْحَنْظَلِيُّ أَخْبَرَنَا جَرِيرٌ عَنْ
مُطَرِّفٍ عَنْ الشَّعْبِيِّ عَنْ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِنَحْوِهِ
Shahih Muslim 4685: dari
An Nu'man bin Bisyir dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Orang-Orang
mukmin dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi bagaikan satu
tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya
akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya)
'" Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Al Hanzhali; Telah mengabarkan
kepada kami Jarir dari Mutharrif dari Asy Sya'bi dari An Nu'man bin Bisyir dari
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dengan Hadits yang serupa.
10.Saling Mengucapkan dan
Menjawab Salam Kepada Sesama Saudara
Muslim
Ucapan salam yang
disampaikan oleh seseorang kepada orang lain adalah merupakan doa agar
mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan.Sehingga karenanya antara sesama
muslim yang saling bersaudara disunnahkan menyampaikan salam kepada saudara
yang lainnya dalam setiap kesempatan bertemu.
Mengucapkan salam
mempunyai keutamaan sehingga sampai-sampai
Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam menganjurkan kepada umat beliau
dimana pengendara sepatutnya mengucapkan salam kepada pejalan kaki dan kelompok
yang beranggota lebih sedikit mengucapkan salam kepada kelompok yang beranggota
lebih banyak. Hal ini sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oleh imam Muslim
rahimahullaah ta’ala dari Abu Hurairah radyallaahu’anhu :
حَدَّثَنِي عُقْبَةُ بْنُ مُكْرَمٍ حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ عَنْ
ابْنِ جُرَيْجٍ ح و حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ مَرْزُوقٍ حَدَّثَنَا رَوْحٌ حَدَّثَنَا
ابْنُ جُرَيْجٍ أَخْبَرَنِي زِيَادٌ أَنَّ ثَابِتًا مَوْلَى عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ
زَيْدٍ أَخْبَرَهُ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُسَلِّمُ الرَّاكِبُ عَلَى الْمَاشِي وَالْمَاشِي
عَلَى الْقَاعِدِ وَالْقَلِيلُ عَلَى الْكَثِيرِ
Hadis riwayat Abu
Hurairah Radhiyallahu 'anhu , ia berkata:Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda: Seorang pengendara hendaknya mengucapkan salam kepada pejalan
kaki dan pejalan kaki mengucapkan salam kepada orang yang duduk dan jamaah yang
beranggota lebih sedikit mengucapkan salam kepada jamaah yang beranggota lebih
banyak (HR. Muslim )
Mengucapkan salam
tidak saja kepada orang-orang dewasa, kepada anak kecilpun
Bahkan Rasullullah
shallallahu’alaihi wa sallam memberikan contoh sebagaimna yang diriwayatkan
oleh imam Muslim dari Anas bin Malik radhyallahu’anhu :
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى أَخْبَرَنَا هُشَيْمٌ عَنْ
سَيَّارٍ عَنْ ثَابِتٍ الْبُنَانِيِّ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ عَلَى غِلْمَانٍ فَسَلَّمَ عَلَيْهِمْ
و حَدَّثَنِيهِ إِسْمَعِيلُ بْنُ سَالِمٍ أَخْبَرَنَا هُشَيْمٌ أَخْبَرَنَا سَيَّارٌ بِهَذَا الْإِسْنَادِ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ عَلَى غِلْمَانٍ فَسَلَّمَ عَلَيْهِمْ
و حَدَّثَنِيهِ إِسْمَعِيلُ بْنُ سَالِمٍ أَخْبَرَنَا هُشَيْمٌ أَخْبَرَنَا سَيَّارٌ بِهَذَا الْإِسْنَادِ
Hadis riwayat Anas bin
Malik Radhiyallahu 'anhu : ia berkata:Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam pernah melewati anak-anak lalu
beliau mengucapkan salam kepada mereka (HR.Muslim)_
Mengucapkan salam
sesungguhnya merupakan bagian dari Islam, sehingga betapa pentingnya setiap
kaum muslimin untuk memperhatikan dan menginplementasikannya dalam kehidupan
sehari-harinya. Terkait akan hal ini
Ammar berkata, "Ada tiga perkara yang
barangsiapa yang dapat mengumpulkan ketiga hal itu dalam dirinya, maka ia telah
dapat mengumpulkan keimanan secara sempurna. Yaitu, memperlakukan orang lain
sebagaimana engkau suka dirimu diperlakukan oleh orang lain, memberi salam
terhadap setiap orang (yang engkau kenal maupun yang tidak engkau kenal), dan
mengeluarkan infak di jalan Allah, meskipun hanya sedikit."
Sehubungan dengan itu imam
Bukhari rahimahullaah ta’ala meriwayatkan hadits dari Mu’awiyah :
صحيح البخاري ٤٧٧٧: حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ الرَّبِيعِ حَدَّثَنَا
أَبُو الْأَحْوَصِ عَنْ الْأَشْعَثِ عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ سُوَيْدٍ قَالَ الْبَرَاءُ
بْنُ عَازِبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا
أَمَرَنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِسَبْعٍ
وَنَهَانَا عَنْ سَبْعٍ أَمَرَنَا بِعِيَادَةِ الْمَرِيضِ وَاتِّبَاعِ الْجِنَازَةِ
وَتَشْمِيتِ الْعَاطِسِ وَإِبْرَارِ الْقَسَمِ وَنَصْرِ الْمَظْلُومِ وَإِفْشَاءِ السَّلَامِ
وَإِجَابَةِ الدَّاعِي وَنَهَانَا عَنْ خَوَاتِيمِ الذَّهَبِ وَعَنْ آنِيَةِ الْفِضَّةِ
وَعَنْ الْمَيَاثِرِ وَالْقَسِّيَّةِ وَالْإِسْتَبْرَقِ وَالدِّيبَاجِ
تَابَعَهُ أَبُو عَوَانَةَ وَالشَّيْبَانِيُّ عَنْ أَشْعَثَ فِي
إِفْشَاءِ السَّلَامِ
Shahih Bukhari 4777: dari Mu'awiyah bin Suwaid bahwa Al Bara` bin Azib radliallahu 'anhuma
berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam telah memerintahkan kami tujuh
perkara dan juga melarang kami dari tujuh perkara. Beliau memerintahkan kami
untuk menjenguk orang sakit, mengantar jenazah, menjawab orang yang bersin,
menunaikan sumpah, menolong orang yang terzhalimi, menebarkan salam dan memenuhi undangan.
Kemudian beliau melarang kami untuk mengenakan cincin emas, memakai bejana
perak, mencabut uban, mengenakan Al Qassiyyah (pakaian yang bercampur dengan
bahan sutera), Al Istibraq (kain yang dilapisi dengan bahan sutera) dan Ad
Diibaj (sejenis pakain dari kain sutera). Hadits ini diperkuat oleh Abu Awanah
dan Asy Syaibani dari Asy'ats dalam menyebarkan salam.
As-sunnah Rasullulllah
shallallahu’alaihi wa sallam memerintahkan kepada setiap muslim untuk
menebarkan salam baik terhadap orang yang dikenal mupun yang tidak dikenal. Hal
ini menunjukkan b ahwa salam ini memegang peran penting dalam membina hubungan
sesama manusia. Tentang hal ini ditegaskan oleh Rasullullah shallallahu’alahi
wa sallam :
صحيح البخاري ٥٧٦٧: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ حَدَّثَنَا
اللَّيْثُ قَالَ حَدَّثَنِي يَزِيدُ عَنْ أَبِي الْخَيْرِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
عَمْرٍو
أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَيُّ الْإِسْلَامِ خَيْرٌ قَالَ تُطْعِمُ الطَّعَامَ وَتَقْرَأُ السَّلَامَ عَلَى
مَنْ عَرَفْتَ وَعَلَى مَنْ لَمْ تَعْرِفْ
Shahih Bukhari 5767: dari Abdullah bin 'Amru bahwa seorang laki-laki bertanya kepada Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam; "Islam bagaimanakah yang baik?" beliau
menjawab: "Kamu memberi makan, menebarkan salam baik terhadap orang yang kamu kenal maupun terhadap
orang yang tidak kamu kenal."
Apabila mendahului
mengucapkan salam kepada orang lain
merupakan perbuatan sunnah maka bagi mereka yang mendapatkan ucapan salam
sebaliknya wajib untuk memberikan jawaban atau ucapan salam paling tidak sama dengan apa yang diucapkan oleh mereka
yang telah mendahului mengucapkan salam. Periintah memberikan jawab salam ini
disebutkan dalam hadits riwayat imam Bukhari rahimahullah ta’ala dari Abu Hurairah radhyallaahu’anhu :
صحيح البخاري ١١٦٤: حَدَّثَنَا مُحَمَّدٌ حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ
أَبِي سَلَمَةَ عَنْ الْأَوْزَاعِيِّ قَالَ أَخْبَرَنِي ابْنُ شِهَابٍ قَالَ أَخْبَرَنِي
سَعِيدُ بْنُ الْمُسَيَّبِ أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ
حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ خَمْسٌ رَدُّ السَّلَامِ وَعِيَادَةُ الْمَرِيضِ
وَاتِّبَاعُ الْجَنَائِزِ وَإِجَابَةُ الدَّعْوَةِ وَتَشْمِيتُ الْعَاطِسِ
تَابَعَهُ عَبْدُ الرَّزَّاقِ قَالَ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ وَرَوَاهُ
سَلَامَةُ بْنُ رَوْحٍ عَنْ عُقَيْلٍ
Shahih Bukhari 1164: dari
Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata; Aku mendengar Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Hak muslim atas muslim lainnya ada lima, yaitu; menjawab salam, menjenguk
yang sakit, mengiringi jenazah, memenuhi undangan dan mendoakan orang yang
bersin
11.Saling Mengulurkan Tangan Untuk Berjabatan (Bersalaman)
Membina persaudaraan
sesama muslim perlu dilakukan dengan berbagai ragam perbuatan yang
disyari’atkan, termasuk di dalamnya saling berjabatan tangan ketika
bertemu satu sama lainnya dalam berbagai
kesempatan apa saja. Dengan berjabatan tangan sambil mengucapkan salam sebagai
sebuah doa yang diikuti pula dengan saling tegur sapa saling menanyakan
kesehatan serta keluarga sungguh merupakan angin segar yang menyejukkan
pertemuan sesama muslim.
Mengulurkan tangan untuk
menjabat tangan ketika bertemu dengan seseorang telah dicontohkan oleh Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam
sebagai yang diriwayatkan dalam sebuah hadits oleh imam Bukhari rahimahullaah ta’ala
dari Qatadah radhyallaahu’anhu :
سنن أبي داوود ١٩٩: حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ
مِسْعَرٍ عَنْ وَاصِلٍ عَنْ أَبِي وَائِلٍ عَنْ حُذَيْفَةَ
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَقِيَهُ
فَأَهْوَى إِلَيْهِ فَقَالَ إِنِّي جُنُبٌ فَقَالَ إِنَّ الْمُسْلِمَ لَا يَنْجُسُ
Sunan Abu Daud 199: Telah
menceritakan kepada kami Musaddad telah menceritakan kepada kami Yahya dari
Mis'ar dari Washil dari Abu Wa`il dari Hudzaidfah bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
pernah bertemu dengannya, kemudian beliau mengulurkan tangan kepadanya (untuk
berjabat tangan). Namun Hudzaifah
berkata; Sesungguhnya saya sedang junub. Maka beliau bersabda:
"Sesungguhnya orang muslim itu tidak najis".
Rasullullah
shallallahu’alaihi wa sallam telah memerintahkan kepada setiap muslim apabila
bertemu dengan saudara sesama muslim untuk berjabatan tangan, hal ini
ditegaskan dalam hadits riwayat imam
Bukhari rahimahullaah ta’ala dari
al-Bara bin Azib :
سنن أبي داوود ٤٥٣٥: حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ عَوْنٍ أَخْبَرَنَا
هُشَيْمٌ عَنْ أَبِي بَلْجٍ عَنْ زَيْدٍ أَبِي الْحَكَمِ الْعَنَزِيِّ عَنْ الْبَرَاءِ
بْنِ عَازِبٍ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا
الْتَقَى الْمُسْلِمَانِ فَتَصَافَحَا وَحَمِدَا اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ وَاسْتَغْفَرَاهُ
غُفِرَ لَهُمَا
Sunan Abu Daud 4535: Telah
menceritakan kepada kami Amru bin Aun berkata, telah mengabarkan kepada kami
Husyaim dari Abu Balj dari Zaid Abul Hakam Al Anbari dari Al Bara bin Azib ia
berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jika dua orang bertemu kemudian
saling berjabat tangan dan memuji Allah serta meminta ampun kepada-Nya, maka
keduanya akan diberi ampunan."
Berjabatan tangan diantara
sesama saudara muslim telah dipercontohkan oleh para sahabat Rasullullah
shallallahu’alaihi wa sallam untuk mengamalkan sunah Rasullullah, hal ini
disebutkan dalam hadits dari Qatadah radhyallaahu’anhu yang diriwayatkan oleh imam Bukhari :
صحيح البخاري ٥٧٩٢: حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ عَاصِمٍ حَدَّثَنَا
هَمَّامٌ عَنْ قَتَادَةَ قَالَ قُلْتُ لِأَنَسٍ
أَكَانَتْ الْمُصَافَحَةُ فِي أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ نَعَمْ
Shahih Bukhari 5792: Telah
menceritakan kepada kami 'Amru bin 'Ashim telah menceritakan kepada kami Hammam
dari Qatadah dia berkata; aku bertanya kepada Anas; "Apakah diantara para
sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sering berjabat tangan?" dia
menjawab; "Ya."
Sesungguhnya hadist-hadits
yang membicarakan tentang berjabatan tangan
cukuplah banyak, diantaranya adalah sebagaimana yang diriwayatkan oleh
imam Abu Daud dalam kitab Sunan beliau :
سنن أبي داوود ٤٥٣٨: حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَعِيلَ حَدَّثَنَا
حَمَّادٌ أَخْبَرَنَا أَبُو الْحُسَيْنِ يَعْنِي خَالِدَ بْنَ ذَكْوَانَ عَنْ أَيُّوبَ
بْنِ بُشَيْرِ بْنِ كَعْبٍ الْعَدَوِيِّ عَنْ رَجُلٍ مِنْ عَنَزَةَ
أَنَّهُ قَالَ لِأَبِي ذَرٍّ حَيْثُ سُيِّرَ مِنْ الشَّامِ إِنِّي
أُرِيدُ أَنْ أَسْأَلَكَ عَنْ حَدِيثٍ مِنْ حَدِيثِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذًا أُخْبِرُكَ بِهِ إِلَّا أَنْ يَكُونَ سِرًّا قُلْتُ
إِنَّهُ لَيْسَ بِسِرٍّ هَلْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يُصَافِحُكُمْ إِذَا لَقِيتُمُوهُ قَالَ مَا لَقِيتُهُ قَطُّ إِلَّا صَافَحَنِي وَبَعَثَ
إِلَيَّ ذَاتَ يَوْمٍ وَلَمْ أَكُنْ فِي أَهْلِي فَلَمَّا جِئْتُ أُخْبِرْتُ أَنَّهُ
أَرْسَلَ لِي فَأَتَيْتُهُ وَهُوَ عَلَى سَرِيرِهِ فَالْتَزَمَنِي فَكَانَتْ تِلْكَ
أَجْوَدَ وَأَجْوَدَ
Sunan Abu Daud 4538: dari
Ayyub bin Busyair bin Ka'b Al Adawi dari seorang laki-laki penduduk Anazah
bahwasanya ia berkata kepada Abu Dzar saat keluar dari Syam, "Aku ingin
bertanya kepadamu tentang hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam."
Abu Dzar berkata, "Aku akan memberitahukan kepadamu kecuali tentang
rahasia (Rasulullah)." Aku menjawab, "Bukan hal rahasia yang aku
tanyakan, tetapi apakah
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berjabat tangan saat kalian berjumpa
dengan beliau?" Abu Dzar berkata: "Aku tidak pernah berjumpa dengan
beliau kecuali beliau menjabat tanganku. Suatu hari beliau mengutus
utusan kepadaku saat aku tidak ada di rumah, ketika kembali ke rumah aku diberi
kabar bahwa beliau telah mengutus seorang utusan kepadaku. Maka aku
mendatanginya saat beliau berada di atas pembaringan, lantas beliau memelukku.
Maka pelukan itu lebih indah, dan lebih indah."
Dalam hadits lain yang
diriwayatkan imam at-Tirmidzi dan Kitab Sunan beliau disebutkan :
سنن الترمذي ٢٦٥٥: حَدَّثَنَا سُوَيْدُ بْنُ نَصْرٍ أَخْبَرَنَا
عَبْدُ اللَّهِ أَخْبَرَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ زَحْرٍ
عَنْ عَلِيِّ بْنِ يَزِيدَ عَنْ الْقَاسِمِ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي أُمَامَةَ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
تَمَامُ عِيَادَةِ الْمَرِيضِ أَنْ يَضَعَ أَحَدُكُمْ يَدَهُ عَلَى جَبْهَتِهِ أَوْ
قَالَ عَلَى يَدِهِ فَيَسْأَلُهُ كَيْفَ هُوَ وَتَمَامُ تَحِيَّاتِكُمْ بَيْنَكُمْ
الْمُصَافَحَةُ
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا إِسْنَادٌ لَيْسَ بِالْقَوِيِّ قَالَ
مُحَمَّدٌ وَعُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ زَحْرٍ ثِقَةٌ وَعَلِيُّ بْنُ يَزِيدَ ضَعِيفٌ وَالْقَاسِمُ
بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ يُكْنَى أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ وَهُوَ مَوْلَى عَبْدِ الرَّحْمَنِ
بْنِ خَالِدِ بْنِ يَزِيدَ بْنِ مُعَاوِيَةَ وَهُوَ ثِقَةٌ وَالْقَاسِمُ شَامِيٌّ
Sunan Tirmidzi 2655 dari Abu Umamah radliallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Termasuk kesempurnaan menjenguk orang sakit adalah
seseorang dari kalian meletakkan tangannya di atas dahinya -atau bersabda; Di
atas tangannya- lalu menanyakan kabarnya, dan termasuk kesempurnaan penghormatan di antara kalian adalah
berjabat tangan."
Begitu juga hadits yang
diriwayatkan oleh sahabat Anas bin Malik radhyallaahu’anhu :
سنن الترمذي ٢٦٥٢: حَدَّثَنَا سُوَيْدٌ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ
أَخْبَرَنَا حَنْظَلَةُ بْنُ عُبَيْدِ اللَّهِ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ
قَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ الرَّجُلُ مِنَّا يَلْقَى أَخَاهُ
أَوْ صَدِيقَهُ أَيَنْحَنِي لَهُ قَالَ لَا قَالَ أَفَيَلْتَزِمُهُ وَيُقَبِّلُهُ قَالَ
لَا قَالَ أَفَيَأْخُذُ بِيَدِهِ وَيُصَافِحُهُ قَالَ نَعَمْ
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ
Anas bin Malik ia berkata; Seseorang bertanya;
"Wahai Rasulullah, apakah kami harus menundukkan kepala apabila salah
seorang dari kami bertemu dengan saudaranya atau sahabatnya?" beliau
menjawab: "Tidak." Ia bertanya; "Apakah dia harus mendekap dan
menciumnya?" beliau menjawab: "Tidak." Orang itu bertanya lagi; "Apakah harus meraih
tangannya dan menjabatnya?" beliau menjawab: "Ya."
Dari keterangan yang
terkandung dalam beberapa hadits tersebut diatas, maka di sunnahkan bagi setiap
muslim yang berjumpa dengan saudaranya sesama muslim untuk saling berjabatan
tangan untuk saling mempererat tali persaudaraan. Dan selebihnya juga sebagai
upaya menunjukkan adanya perhatian
sebagai seorang muslim kepada saudaranya yang lainnya. Sungguh betapa mulianya
dan lengkapnya syari’at yang telah digariskan oleh Allah dan Rasul-Nya bagi
seluruh umat termasuk dalam hal saling berjabatan tangan yang sepertinya
hanyalah merupakan hal sepele, tetapi sebenarnya terkandung makna yang dalam
berkaitan dengan persaudaraan sesama muslim.
12. Ramah Tamah ,Rendah Hati Serta Tidak Sombong Kepada Sesama
Saudara Muslim
Islam sangatlah memuji sikap ramah tamah dan rendah hati
yamng ditujukam oleh setiap orang muslim
terhadap saudara-saudara muslim lainnya. Ramah tamah dan rendah hati adalah kebalikan dari sikap
sombong). Sikap inilah yang merupakan sikap terpuji, yang merupakan salah satu
sifat ‘ibaadur Rahman yang Allah terangkan dalam firman-Nya,
وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا
وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا
“Hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih
adalah orang-orang yang berjalan di atas muka bumi dengan rendah hati
(tawadhu’) dan apabila orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata
yang baik.” (QS. Al Furqaan:
63)
Sebagai seorang hamba
sudah selayaknya untuk bersikap ramah dan rendah hati kepada sesama saudara
muslim lainnya, tanpa memandang dan melihat status serta kedudukannya di
tengah-tengah masyarakat. Apakah yang bersangkutan sebagai orang yang berada,
berkedudukan, alim ulama, pejabat atau penguasa
seyogyanyalah bersikap ramah dan rendah hati serta tidak menyombongkan
diri atas statusnya tersebut. Di depan Allah kedudukan manusia adalah sama dan
sederajat, yang membedakannya hanyalah ketaqwaannya.
Diriwayatkan dari Iyadh
bin Himar radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam
pernah bersabda,
وَإِنَّ اللَّهَ أَوْحَى إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لَا
يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ وَلَا يَبْغِ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ
‘Sesungguhnya Allah mewahyukan
kepadaku agar kalian bersikap rendah hati hingga tidak seorang pun yang bangga
atas yang lain dan tidak ada yang berbuat aniaya terhadap yang lain” (HR Muslim no. 2865).
Sesungguhnya orang-orang
yang rendah hati (tawadhu) dan ramah tamah kepada saudara-saudaranya sesama
muslim akan diasngkat derajatnya disisi Allah, sesuai dengan hadits Rasullullah
shallallahu’alaihi wa sallam yang
diriwayatkan oleh Imam Muslimtrahimahullaah ta’ala :
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا
بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ.
“Sedekah itu tidak akan mengurangi harta. Tidak ada orang yang memberi maaf
kepada orang lain, melainkan Allah akan menambah kemuliaan untuknya. Dan tidak ada orang yang tawadhu’
(merendahkan diri) karena Allah, melainkan Allah akan mengangkat derajatnya.”
(HR. Muslim no. 2588)
Menunjukkan sikap ramah
tamah dengan bermanis muka kepada
sesama saudara muslim adalah sikap rendah hati ( tawadhu) sangatlah pentin g
artinya daklam pergaulan sesama muslim karena bermuka manis termasuk dari
perbuatan yang baik dan sangat dianjurkan oleh Rasullullah shallallaahu’alaihi
wa sallam kepada seluruh kaum muslimin sebagaimana hadits dari Abu Dzar
radhyallaahu’anhu yang diriwayatkan oleh imam Muslim rahimahullaah ta’ala :
Imam Muslim rahimahullaah
ta’ala meriwayatkan hadits dari Abu Dzar radhyallaahu’anhu:
صحيح مسلم ٤٧٦٠: حَدَّثَنِي أَبُو غَسَّانَ الْمِسْمَعِيُّ حَدَّثَنَا
عُثْمَانُ بْنُ عُمَرَ حَدَّثَنَا أَبُو عَامِرٍ يَعْنِي الْخَزَّازَ عَنْ أَبِي عِمْرَانَ
الْجَوْنِيِّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الصَّامِتِ عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ
قَالَ لِيَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا
تَحْقِرَنَّ مِنْ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ
Shahih Muslim 4760: Telah
menceritakan kepadaku Abu Ghassan Al Misma'i; Telah menceritakan kepada kami
'Utsman bin 'Umar; Telah menceritakan kepada kami Abu 'Amir yaitu Al Khazzaz
dari Abu 'Imran Al Jauni dari 'Abdullah bin Ash Shamit dari Abu Dzar dia
berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata kepadaku: "Janganlah kamu menganggap remeh
sedikitpun terhadap kebaikan, walaupun kamu hanya bermanis muka kepada saudaramu
(sesama muslim) ketika bertemu."
Ramah tamah terhadap keluarga dan kepada sesama saudara
muslim disebutkan oleh Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam sebagai orang
yangpaling sem,purna imannya sesuai hadits riwayat dari Imam Ahmad dari Aisyah
radhyallaahu’anhu
Imam Akhmad rahimahullaahu
ta’ala meriwayatkan dari Aisyah
radhyallaahu’anhu :
مسند أحمد ٢٣٥٣٦: حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ الْخَفَّافُ قَالَ
أَخْبَرَنَا خَالِدٌ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ عَنْ عَائِشَةَ
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ
أَكْمَلَ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَأَلْطَفُهُمْ بِأَهْلِهِ
Musnad Ahmad 23536: Telah
menceritakan kepada kami Abdul Wahhab Al-Khaffaf, dia berkata; telah
mengabarkan kepada kami Khalid, dari Abi Qilabah, dari Aisyah, bahwa Nabi
Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Orang beriman yang paling sempurna
keimanannya adalah oran
Dari keterangan hadits yang telah diungkapkan
diatas, maka sudah sepatutnya setiap muslim untuk bersikap ramah tamah dan
rendah hati ( tawadhu) kepada saudaranya sesama muslim. Karena ramah tamah termasuk kedalam katagori
perbuatan baik dan orang yang ramah menunjukkan b aiknya akhlak mereka. Adab seorang muslim sebagaimana yang
disyari’atkan adalah bermuka manis kepada sesama muslim lainnya serta murah
senyum , semuanya merupakan bagian dari sikap ramah tamah dan insya Allah karena semuanya itu mempunyai
nilai pahala di sisi Allah subhanahu wa ta’ala .
Imam at-Tirmidzi
meriwayatkan hadits dari Abdullah bin Mubarak
سنن الترمذي ١٩٢٨: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَبْدَةَ الضَّبِّيُّ
حَدَّثَنَا أَبُو وَهْبٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْمُبَارَكِ
أَنَّهُ وَصَفَ حُسْنَ الْخُلُقِ فَقَالَ هُوَ بَسْطُ الْوَجْهِ
وَبَذْلُ الْمَعْرُوفِ وَكَفُّ الْأَذَى
Sunan Tirmidzi 1928: dari
Abdullah bin Mubarak bahwasanya ia menjelaskan tentang husnul khuluq (akhlak yang baik) seraya
berkata, "Berwajah ceria, menebarkan kebaikan dan mencegah
keburukan."
13. Mendahulukan Kepentingan Saudaranya Sesama Muslim Dari Pada Kepentingan sendiri dan
Golongan/Kelompok.
\Mendahulukan kepentingan
orang lain ( saudara sesama muslim) daripada kepentingan pribadi atau
golongan dalam Islam dipandang sebagai hal yang utama, karena dalam hal ini
nampak sekali bagaimana akhlak seseorang muslim terhadap orang lain. Dimana
kepentingan yang menyangkut orang lain atau menyangkut orang banyak tentunya hanya dapat dilakukan oleh
mereka-mereka yang mempunyai keikhlasan berkorban untuk orang lain. Mereka
mendahulukan kepentingan saudaranya sesama muslim meskipun ia sendiri
membutuhkannya. Ia rela berkorban dengan meninggalkan kepentingan pribadinya.
Tentang keutamaan
mendahulukan kepentingan orang lain disebutkan dalam firman Allah subhanahu wa
ta’ala
وَالَّذِينَ تَبَوَّؤُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِن قَبْلِهِمْ
يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِّمَّا
أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَن يُوقَ
شُحَّ نَفْسِهِ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Dan orang-orang yang
telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan)
mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada
mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati
mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Mu- hajirin); dan mereka
mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun
mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya,
mereka itulah orang orang yang beruntung (QS.Al Hasyr : 9)
Selain itu diriwayatkan
pula hadits oleh imam Bukhari rahimahullaah ta’ala dari Abu Hurairah
radhyallaahu’anhu
صحيح البخاري ٣٥١٤: حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ
بْنُ دَاوُدَ عَنْ فُضَيْلِ بْنِ غَزْوَانَ عَنْ أَبِي حَازِمٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
أَنَّ رَجُلًا أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَبَعَثَ إِلَى نِسَائِهِ فَقُلْنَ مَا مَعَنَا إِلَّا الْمَاءُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ يَضُمُّ أَوْ يُضِيفُ هَذَا فَقَالَ رَجُلٌ
مِنْ الْأَنْصَارِ أَنَا فَانْطَلَقَ بِهِ إِلَى امْرَأَتِهِ فَقَالَ أَكْرِمِي ضَيْفَ
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ مَا عِنْدَنَا إِلَّا
قُوتُ صِبْيَانِي فَقَالَ هَيِّئِي طَعَامَكِ وَأَصْبِحِي سِرَاجَكِ وَنَوِّمِي صِبْيَانَكِ
إِذَا أَرَادُوا عَشَاءً فَهَيَّأَتْ طَعَامَهَا وَأَصْبَحَتْ سِرَاجَهَا وَنَوَّمَتْ
صِبْيَانَهَا ثُمَّ قَامَتْ كَأَنَّهَا تُصْلِحُ سِرَاجَهَا فَأَطْفَأَتْهُ فَجَعَلَا
يُرِيَانِهِ أَنَّهُمَا يَأْكُلَانِ فَبَاتَا طَاوِيَيْنِ فَلَمَّا أَصْبَحَ غَدَا
إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ ضَحِكَ اللَّهُ اللَّيْلَةَ
أَوْ عَجِبَ مِنْ فَعَالِكُمَا فَأَنْزَلَ اللَّهُ
{ وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ
وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمْ الْمُفْلِحُونَ }
Shahih Bukhari 3514: dari
Abu Hurairah radliallahu 'anhu bahwa ada seorang laki-laki datang kepada Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam lalu beliau datangi istri-istri beliau. Para istri
beliau berkata; "Kami tidak punya apa-apa selain air". Maka kemudian
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata kepada orang banyak:
"Siapakah yang mau mengajak atau menjamu orang ini?". Maka seorang
laki-laki dari Anshar berkata; "Aku". Sahabat Anshar itu pulang
bersama laki-laki tadi menemui istrinya lalu berkata; "Muliakanlah tamu
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ini". Istrinya berkata; "Kita
tidak memiliki apa-apa kecuali sepotong roti untuk anakku". Sahabat Anshar
itu berkata; Suguhkanlah makanan kamu itu lalu matikanlah lampu dan tidurkanlah
anakmu". Ketika mereka hendak menikmati makan malam, maka istrinya
menyuguhkan makanan itu lalu mematikan lampu dan menidurkan anaknya kemudian
dia berdiri seakan hendak memperbaiki lampunya, lalu dimatikannya kembali.
Suami- istri hanya menggerak-gerakkan mulutnya (seperti mengunyah sesuatu)
seolah keduanya ikut menikmati hidangan. Kemudian keduanya tidur dalam keadaan
lapar karena tidak makan malam. Ketika pagi harinya, pasangan suami istri itu
menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Maka beliau berkata: "Malam
ini Allah tertawa atau terkagum-kagum karena perbuatan kalian berdua".
Maka kemudian Allah menurunkan firman-Nya dalam QS al-Hasyr ayat 9 yang
artinya: ("Dan mereka lebih mengutamakan orang lain (Muhajirin) dari pada
diri mereka sendiri sekalipun mereka memerlukan apa yang mereka berikan itu.
Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang
yang beruntung").
Mengutamakan kepentingan
orang lain dari pada kepentingan pribadi atau golongan ditunjukkan pula oleh
sikap Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam sebagaimana yang tergambarkan
dalam hadits riwayat imam at-Tirmidzi dalam kitab Sunan beliau dari Anas b in
Malik radhyallaahu’anhu :
\سنن الترمذي ٣٨٤٦: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَال سَمِعْتُ قَتَادَةَ يُحَدِّثُ عَنْ
أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ أَبِي أُسَيْدٍ السَّاعِدِيِّ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَيْرُ
دُورِ الْأَنْصَارِ دُورُ بَنِي النَّجَّارِ ثُمَّ دُورُ بَنِي عَبْدِ الْأَشْهَلِ
ثُمَّ بَنِي الْحَارِثِ بْنِ الْخَزْرَجِ ثُمَّ بَنِي سَاعِدَةَ وَفِي كُلِّ دُورِ
الْأَنْصَارِ خَيْرٌ فَقَالَ سَعْدٌ مَا أَرَى رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ إِلَّا قَدْ فَضَّلَ عَلَيْنَا فَقِيلَ قَدْ فَضَّلَكُمْ عَلَى كَثِيرٍ
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ وَأَبُو أُسَيْدٍ
السَّاعِدِيُّ اسْمُهُ مَالِكُ بْنُ رَبِيعَةَ وَقَدْ رُوِيَ نَحْوَ هَذَا عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَرَوَاهُ مَعْمَرٌ
عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ وَعُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
عُتْبَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Sunan Tirmidzi 3846: Telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin Basyar telah menceritakan kepada kami
Muhammad bin Ja'far telah menceritakan kepada kami Syu'bah dia berkata; saya
mendengar Qatadah bercerita dari Anas bin Malik dari Abu Usaid as Sa'idi dia
berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sebik-baik
rumah kaum Anshar adalah rumah Bani Najjar, kemudian rumah Bani Abdul Asyhal
kemudian Bani Al Harits bin Al Khazraj kemudian Bani Sa'idah, dan setiap rumah
kaum Anshar adalah baik." Maka Sa'd berkata; "Aku tidak pernah
melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kecuali beliau selalu
mengutamakan kami, dan di katakan pula; "Sungguh kalian telah di beri
keutamaan yang sangat banyak."
Dengan mendahulukan
kepentingan sesama saudara muslim ( orang lain )merupakan sikap tidak egoistis,
dan menjadi orang yang pemurah.
14. Selalu Berprasangka Baik Kepada Sesama Muslim
Seseorang muslim akan
termasuk dalam golongan orang-orang yang ber akhlak yang baik apabila ia selalu
berprasangka baik ( Positif tinking) kepada saudaranya sesama muslim. Dugaan
apapun yang timbul dalam dirinya terhadap saudaranya sesama muslim yang lain
selalu berkaitan dengan kebaikan bukan hal-hal yang bersifat keburukan . Dengan
adanya prasangka yang selalu baik terhadap
orang lain maka orang tersebut terlepas dari sifat berbuat zhalim.
Prasangka baik menghilangkan kecurigaan yanmg biasanya muncul pada diri
orang-orang yang hatinya berpenyakit.
Berprasangka baik kepada
saudara sesama muslim merupakan perintah agama, sebagaimana disebutkan dalam
Firman Allah subhanahu wa ta’ala :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ
إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا
أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا
اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ
Hai orang-orang yang
beriman, jauhilah kebanyakan
purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa.
Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu
sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya
yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.(QS. Al Hujuraat:12 )
Ayat tersebut diatas
menegaskan larangan kepada seseorang untuk berprasangka buruk, karena prasangka
buruk adalah dosa. Sehingga karena
adanya perintah untuk tidak berprasangka buruk, maka sebaliknya seorang muslim
diperintahkan untuk memiliki prasangka yang baik tgerhadap orang lain. Dalam
diri seseorang muslim seyogyanya selalu mengedepankan hal-hal yang b ersifat
positif termasuk tentunya prasangka/dugaan yang baik-baik terhadao orang lain
atau sesama saudaranya kaum muslimin.
Berkaitan dengan itu Imam
Bukhari rahimahullaah ta’ala meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah radhyalllahu’anhuma :
صحيح البخاري ٥٦٠٦: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ أَخْبَرَنَا
مَالِكٌ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُأَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ
فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ وَلَا تَحَسَّسُوا وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا تَنَاجَشُوا
وَلَا تَحَاسَدُوا وَلَا تَبَاغَضُوا وَلَا تَدَابَرُوا وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ
إِخْوَانًا
Shahih Bukhari 5606:
dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Jauhilah
prasangka buruk, karena prasangka buruk ucapan yang paling dusta, dan
janganlah kalian saling mendiamkan, saling mencari kejelekan, saling menipu
dalam jual beli, saling mendengki, saling memusuhi dan janganlah saling
membelakangi, dan jadilah kalian semua hamba-hamba Allah yang
bersaudara."
K e s i m p u l a n
Islam sebagai agama yang
paling sempurna dan agama kasih sayang mengutamakan hubungan persaudaraan
sesama muslim diantara sesama pemeluknya . Sehubungan dengan itu Islam mensyari’atkan bagaimana seharusnya sikap dan
akhlak seseorang muslim terhadap saudaranya sesama muslim yang lain, agar
terbina hubungan harmonis dan saling menghargai satu sama lain, saling kasih
mengasihi dan saling tolong menolong dan saling cinta mencintai karena Allah.
Dalam melakukan hubungan
sosial kemasyarakatan yang diantaranya dalam pergaulan sehari-hari sesama
saudara muslim haruslah selalu dilandasi kepada akhlak terpuji yang
sesungguhnya tiada lain adalah akhlak yang mulia yang sangat dipuji oleh Allah
subhanahu wa ta’ala, sehingga setiap muslim diwajibkan dalam dirinya untuk
merasa dan menganggap bahwa sesama muslim lainnya saling bersaudara satu
lainnya sebagai saudara seagama. Yang dalam kesehariannya perlu ditindak
lanjuti dengan segala sesuatunya selalu
berorientasi kepada akhlak Muslim.
Setiap muslim yang
menyadari keutamaan persaudaraan sesama
muslim , bahwa persaudaraan tersebut perlu terus dibina dengan mengacu kepada
hal-hal yang bersifat positif yaitu akhlak yang terpuji ( Wallaahu’ala
Sumber :
1.Al Qur’an dan
Terjemahan, www.salafi-db.com
2.Ensiklopedi Hadits Kitab
9 imam,www.lidwapusaka.com
3.Shahih Fadhail A’mal,
Syaikh Ali bin Muhammad al-Maghribi.
5.A rtikel www.
Al-Atssyariyah
6. Artikel
.www.darussallam.wordpress.com.
7.Artikel www.
muslimah.or.id
Samarinda, 6 Rajab 1434 H
/ 16 Mei 2013 M
( Musni Japrie )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar