P e n d a h u l u a n
Tidak ada yang
memungkiri bahwa di negeri nusantara yang penduduknya terdiri dari berbagai
ragam suku memiliki begitu banyak dan beragam rupa adat istiadat, budaya dan
tradisi, yang merupakan warisan peninggalan para leluhur yang terus dipelihara
malah dikembangkan sedemikian rupa untuk kemudian diwariskan kembali kepada
generasi yang akan datang.
Satu diantara
sekian banyak tradisi budaya tersebut yang terus dipertahankan oleh masing-masing
suku disetiap daerah adalah kepercayaan kepada adanya makhluk atau roh halus.
Dimana makhluk atau roh halus tersebut dianggap sebagai sesuatu yang mempunyai
kekuatan dan kekuasaan yang dapat memberikan pengaruh kepada manusia sehingga
perlu ditakuti. Baik pengaruh buruk
berupa kemudharatan maupun pengaruh yang baik berupa kemaslahatan. Seseorang
dapat meminta kepada makhluk atau roh halus baik berupa perlindungan dari
malapetaka serta meminta rezeki. Sehingga makhluk atau roh halus tersebut harus
diberikan penghormatan dan malah dijadikan sesembahan. Penghormatan dan
penyembahan dilakukan melalui ritual-ritual adat dengan menyediakan sesajian (
sesajen ) berupa aneka makanan dan
buah-buah serta juga disediakan tumbal berupa hewan sembelihan.
Pemberian
sesajen dalam acara ritual adat dimaksudkan sebagai ungkapan rasa syukur serta
sebagai persembahan agar makhluk atau roh halus yang dihormati dan yang
ditakuti tersebut tidak menjadi murka, karena kalau makhluk atau roh halus
tersebut murka maka akan terjadilah berbagai malapetaka, musibah dan bencana
yang menimpa manusia.
Ritual tradisi
budaya memberikan persembahan berupa sesajen yang dikemukan diatas merupakan
sisa-sisa peninggalan budaya dari leluhur dan nenek moyang yang hidup di zaman
jahiliyah yang belum mengenal tauhid.
Meskipun Islam
telah menghapus semua kepercayaan dan keyakinan umat-umat terdahulu yang jahil
tetapi ternyata sampai sekarang masih banyak diantara masyarakat yang mengaku
sebagai muslim masih melakukan ritual tradisi
budaya yang mempercayai adanya makhluk atau roh roh halus yang ditakuti
selain Allah ta’ala .
Makna Takut
Ibnu Qudamah
rohimahullah mengatakan, “Rasa takut merupakan sebuah ungkapan dari rasa
sedihnya hati disebabkan hal-hal yang dibenci yang akan terjadi pada masa yang
akan datang, rasa ini berbanding lurus dengan sebab-sebabnya kuat dan akan
melemah jika sebabnya melemah pula”.
Terdapat tiga jenis rasa takut:
1.Takut Yang Bersifat Tabi’at
Takutnya kita
kepada tikaman senjata, terkaman binatang, jilatan api, terjatuh dari tempat
yang tinggi, atau tenggelam ke dalam air merupakan takut yang bersifat tabi’at
(khauf thabi’iy). ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa memang telah memperlengkapi kita
dengan perasaan ini, sebagaimana juga perasaan benci dan cinta -yang dengan itu
manusia benci kepada siapa saja yang berbuat jahat kepadanya dan cinta kepada
siapa saja yang berbuat baik kepadanya-. Karena nya takut yang bersifat tabi’at
ini tidaklah berdosa, selama tidak menjadi sebab dilalaikannya perintah atau
dilanggarnya larangan ALLAH. Namun jika lantaran takut terluka atau cidera
kemudian kita enggan berangkat ke medan jihad, maka takut semacam ini menjadi
berdosa.
2.Takut Yang Bersifat Ibadah
Rasa takut yang
dimiliki oleh manusia berupa takut kepada Allah adalah sebagai wujud dari
ketaatan manusia kepada Yang Maha Pencipta yang kemudian untuk itu manusia
melakukan ketaatan dengan melakukan berbagai ibadah-ibadah wajib yang diperintahkan maupun berbagai
ibadah sunnah lainnya sebagaimana yang disyari’atkan. Karena adanya rasa takut
dalam diri manusia ini, maka timbullah dorongan untuk mentaati segala
perintahnya dan meninggalkan segala apa yang dilarang-Nya. Rasa takut kepada
Allah subhanahu wa ta’ala yang ada dalam diri manusia ini bersamaan pula dengan
adanya pengharapan kepada Allah subhanahu wa ta’ala kiranya dapat memberikan
ganjaran pahala , memasukkan ke dalam surga dan menjauhkannya dari siksa
neraka.
3. Takut Yang Tersembunyi
Takut yang
tersembunyi (khauf sirry) adalah takut yang sesungguhnya tidak beralasan dan
tidak pada tempatnya kita merasa takut. Dan tidaklah timbul rasa takut semacam
ini kecuali karena telah tertanam keyakinan bahwa sesuatu yang ditakutinya itu
dapat mendatangkan mudharat atau petaka baginya. Maka takut yang demikian ini
(sebagaimana yang dijelaskan oleh Asy-Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin
-rahimahullahu ta’alaa- di dalam Syarah Tsalatsatul Ushul) merupakan jenis
kesyirikan.
Takut Kepada Selain Allah
Tidaklah dapat
dipungkiri lagi bahwa sesungguhnya di tengah-tengah masyarakat muslim sejak
lama berkembang dengan suburnya kepercayaan bahwa selain Allah subhanahu wa
ta’ala ada pula yang mereka sebut sebagai makhluk atau roh-roh halus yang
ditakuti karena dapat mendatangkan kemudharatan berupa malapetaka, musibah dan
bencana serta berbagai ragam penyakit . Dimana semua itu akan muncul apabila
makhluk atau roh-roh halus tersebut marah atau menjadi murka.
Sehingga agar
makhluk atau roh-roh halus yang ditakuti tersebut tidak marah atau menjadi
murka maka pada waktu-waktu tertentu perlu diadakan ritual pemberian sesajen
dan tumbal sebagai bentuk persembahan dari manusia.
Upacara ritual
pemberian sesajen dan tumbal sebagaimana yang dimaksudkan diatas sudah menjadi
kelaziman dilakukan ditengah-tengah masyarakat di negeri ini melalui berbagai
pesta tradisi budaya. Pesta tradisi adat budaya yang memberikan sesajen sebagai
wujud adanya rasa takut kepada sesuatu selain Allah antara lain :
1.Tradisi
Pesta Sedekah laut
Pesta laut
banyak diselenggarakan oleh kalangan masyarakat nelayan yang berdomisili di
daerah pesisir/pantai dan biasanya dilakukan setiap setahun sekali dengan
ritual melarungkan atau menghanyutkan sesajen ( sesajian ) yang terdiri dari
berbagai makanan dan hewan yang telah disembelih (kerbau, kambing atau ayam ).
Sesajen yang disiapkan dalam sebuah perahu kecil yang sengaja disiapkan untuk
itu diarak beramai-ramai oleh penduduk ketengah laut dengan menggunakan perahu/kapal layaknya karnaval perahu /kapal
hias, sesampai ditengah laut sesajen dilarung/dihanyutkan. Namun sebelumnya
seorang tokoh kampung terlebih dahulu membacakan doa-doa secara islami yang
bercampur dengan mantera-mantera.
Pesta/sedekah
laut tersebut dimaksudkan untuk memberikan sesembahan kepada makhluk
halus/jin yang mereka sebut sebagai dewa
penguasa laut sebagai ucapan rasa syukur dan terimakasih atas rezeki yang
diberikan kepada para nelayan berupa hasil tangkapan. Selain itu juga
dimaksudkan untuk meredam kemarahan penguasa laut yang dapat membahayakan
keselamatan para nelayan selama melaut menangkap ikan. Memberikan sesajen juga
sebagai persembahan kepada penguasa laut agar hasil tangkapan para nelayan
selama setahun kedepan akan meningkat.
Pesta atau
sedekah laut berasal dari kepercayaan
pemujaan dewi laut serta dewi perikanan, dimana pemujaan tersebut agar
nelayan mendapatkan hasil tangkapan yang banyak., oleh penduduk pesisir yang
terus dilestarikan dari generasi
kegenerasi berikutnya meskipun mereka menganut Islam.
2. Tradisi Pesta Sedekah Bumi
Masyarakat yang
hidup dengan mata pencaharian sebagai petani selepas
dari panen dan
menjelang musim tanam yang baru, menyelenggarakanpesta sedekah bumi dengan
menyelenggarakan keramaian berupa
pertunjukan wayang semalam suntuk. Didalam pesta sedekah bumi tersebut
pen duduk menyiapkan berbagai rupa sesajen.Sesajen tersebut dipersembahkan oleh
penduduk kepada yang mereka sebut sebagai roh halus atau jin penguasa bumi
sebagai bentuk rasa terimakasih karena telah memberikan hasil bumi kepada
mereka serta berharap hasil bumi yang
mereka usahakan akan berlipat ganda, selain itu juga agar penduduk terhindar
dari berbagai bentuk bencana . Selain sesajen tidak ketinggalan disiapkan pula
nasi tumpeng.Dalam pemberian sesajen tersebut acara juga dilakukan ritual
berupa pembacaan doa yang bercampur dengan mantera-mantera. Pesta sedekah bumi
ini juga dimaksudkan untuk meredam kemarahan para roh halus dan jin penguasa
bumi dengan memberikan .
Dalam puncaknya
acara ritual sedekah bumi di akhiri dengan melantunkan doa bersama-sama oleh
masyarakat setempat dengan dipimpin oleh sesepuh adat. Doa dalam sedekah bumi
tersebut umumnya dipimpin oleh sesepuh kampung yang sudah sering dan terbiasa
mamimpin jalannya ritual tersebut. Ada yang sangat menarik dalam lantunan doa
yang ada dilanjutkan dalam ritual tersebut. Yang menarik dalam lantunan doa
tersebut adalah kolaborasi antara lantunan kalimat kalimat Jawa dan dipadukan
dengan doa yang bernuansa Islami.
Ritual sedekah
bumi yang sudah menjadi rutinitas bagi masyarakat jawa ini merupakan salah satu
jalan dan sebagai simbol penghormatan manusia terhadap tanah yang menjadi
sumber kehidupan.
Upacara ritual
sedekah bumi bersumber dari kepercayaan nenek moyang pada masa hindu dan budha
yang mempercayai akan dewi padi yang dipuja pada musim-musim menanam padi,
panen dan menyimpan padi dalam lumbung.
3.Tradisi Tumbal (
Mengorbankan ternak hewan sembelihan )
Ritual mempersembahkan tumbal atau sesajen
kepada makhuk halus atau jin yang dianggap sebagai penunggu atau penguasa
tempat tertentu . Mereka meyakini makhluk halus tersebut memiliki kemampuan
untuk memberikan kebaikan atau menimpakan malapetaka kepada siapa saja,
sehingga dengan mempersembahkan tumbal atau sesajen mereka berharap dapat
meredam kemarahan makhluk halus itu dan agar segala permohonan mereka
dipenuhinya. Tumbal yang diberikan biasanya dalam bentuk hewan ternak yang
sengaja dikorbankan/disembelih dengan maksud sebagai persembahan kepada makhluk
halus atau jin yang diyakini sebagai
penunggu atau penguasa sesuatu tempat.
Pemberian tumbal
yang dilakukan antara lain :
a.Tumbal
hewan ternak untuk keperluan pembangunan proyek-proyek besar, seperti jembabatan, pelabuhan laut, pelabuhan udara, gedung-gedung,
stadion, menara-menara .Hewan ternak yang dikorbankan sebagai tumbal dapat berupa kerbau, sapi atau kambing yang
disembelih yang kepalanya ditanamkan
dalam lubang pada saat pemancangan tiang utama yang tentunya dilakukan dengan
upacara adat/ritual tertentu. Selanjutnya diadakan selamatan dengan membacakan
doa secara islami dengan suguhan beruapa makanan dengan lauk pauk utamanya dari
daging hewan tumbal.
b.Tumbal
untuk kawah gunung berapi. Dimana hewan
yang dijadikan tumbal secara hidup-hidup dilemparkan kedalam kawah bersama-sama
dengan sesajen lainnya berupa makanan dan buah-buahan sertahasil bumi lainnya,
yang tentunya tidak ketinggalan pula
nasi tumpeng.
4.Tradisi Pesta Adat Tahunan
Pada setiap
masyarakat suku dan daerah memiliki pesta adat tahunan yang rutin oleh
masyarakatnya. Belakangan tradisi pesta adat tahunan tersebut dikaitkan
penyelenggaraannya dengan peringatan
dengan hari ulang tahun Kabupaten atau kota. Sebagai contoh di beberapa
kabupaten di Kalimantan Timur seperti di Kabupaten Kutai Kertanegara, Kutai
Timur, Kabupaten Berau dan ditempat lain, setiap penyelenggaraan peringatan
hari jadi kabupaten diisi dengan kegiatan utamanya pesta adat, dimana dalam
pesta adat tersebut pasti diselenggarakan upacara yang bersifat magis dan
sakral serta sangat kental dengan aroma peninggalan zaman nenek moyang yang
mempunyai kepercayaan animisme dan dinamisme serta tidak ketinggalan pula
pengaruh agama hindu dan budha. Dalam ritualnya tidak pernah ketinggalan yang
namanya memberikan sesajen dan bepalas benua, juga tarian-tarian belian
memanggil roh-roh penguasa bumi. Seluruh tokoh-tokoh atau para pemuka adat dari
suku-suku di pedalaman aktif terlibat dalam prosesi dan ritual penyembahan kepada
yang mereka namakan roh-roh ghaib/halus penguasa alam semesta agar para
penduduk negeri dapat diberikan perlindungan dari segala bentuk bencana sebagai
akibat kemarahan yang ditimbulkan oleh roh-roh jahat.
Takut Kepada Selain Allah Adalah Syirik
Firman Allah
subhanahu wa ta’ala :
يَدْعُو مِن
دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُ وَمَا لَا يَنفَعُهُ ذَلِكَ هُوَ الضَّلَالُ
الْبَعِيدُ
Ia
menyeru selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi mudharat dan tidak
(pula) memberi manfa'at kepadanya. Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh.(QS.Al Hajj:12 )
Tradisi budaya
melakukan upacara ritual dengan memberikan sesajen dan tumbal baik dalam ritual
pesta laut, pesta bumi, dan sesembahan kepada kawah gunung dan
lain-lainnya merupakan bentuk
peribadatan yang dilakukan oleh manusia
bagi makhluk yang dianggap sebagai dewa dan ditakuti karena dianggap
mempunyai kekuatan dan kekuasaan yang dapat membahayakan keselamatan manusia.
Selain itu makhluk yang diberikan sesembahan tersebut diyakini dapat pula memberikan perlindungan serta
memberikan rezeki kepada manusia.
Segala bentuk
ritual memberikan sesembahan yang dilakukan oleh sebagian kalangan dengan
berdalihkan sebagai adat kebiasaan yang diwarisi dari nenek moyang tiada lain
adalah wujud nyata dari perbuatan menyekutukan Allah subhanahu wa ta’ala,
karena Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam
samasekali tidak pernah memerintahkan kepada umatnya untuk memberikan
sesembahan dalam bentuk sesajen sebagaimana yang dilakukan pada upacara adat
sedekah/pesta laut, pesta/sedekah bumi, memberikan tumbal kegunung merapi.
Allah subhanahu
wa ta’ala juga berfirman :
قُلْ
أَتَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللّهِ مَا لاَ يَمْلِكُ لَكُمْ ضَرًّا وَلاَ نَفْعًا
وَاللّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Katakanlah:
"Mengapa kamu menyembah selain daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat
memberi mudharat kepadamu dan tidak (pula) memberi manfa'at ?" Dan
Allah-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.(QS.Al Maidah : 76 )
Pemberian
sesembahan berupa sesajen dalam upacara adat yang dilakukan masyarakat melalui
pesta-pesta adat tiada lain adalah sebagai bentuk ketaatan dan ketakutan mereka
kepada sesuatu selain Allah. Mereka-mereka tersebut telah mengagung-agungkan
makhluk sebagai sesuatu selain Allah, memberikan sesembahan berupa sesajen,
bersyukur kepada sesuatu selain Allah yang dianggap oleh mereka telah
memberikan perlindungan, memberikan rezeki dan memberikan keselamatan, padahal
sebenarnya yang memberikan perlindungan,memberikan keselamatan dan yang
memberikan rezeki tiada lain hanyalah Allah ta’ala bukan siapa-siapa.
Firman Allah
subhanahu wa ta’ala :
الَّذِي جَعَلَ
لَكُمُ الأَرْضَ فِرَاشاً وَالسَّمَاء بِنَاء وَأَنزَلَ مِنَ السَّمَاء مَاء
فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقاً لَّكُمْ فَلاَ تَجْعَلُواْ لِلّهِ
أَندَاداً وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ
Dialah
yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia
menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu
segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan
sekutu-sekutu bagi Allah [30], padahal kamu mengetahui.( QS.Al Baqarah : 22
Mereka-mereka
lebih takut kepada makhluk yang dianggap sebagai penguasa laut,penguasa bumi,
penguasa gunung-gunung, tetapi mereka tidak takut kepada Allah yang telah
menciptakan semuanya .Apa yang telah mereka lakukan merupakan perbuatan dosa
yang paling besar karena perbuatan tersebut tiada lain adalah perbuatan syirik
Syirik bukanlah
hanya sekedar diartikan dengan seseorang
menyembah berhala atau mengakui ada pencipta selain Allah. Meskipun menyembah
berhala memang termasuk syirik. Namun
kesyirikan sebenarnya lebih luas daripada itu. Yaitu yang berkaitan dengan
masalah ibadah, jika ada satu ibadah dipalingkan kepada selain Allah, itu pun
sudah termasuk syirik.
Rasullullah
shallallahu’alaihi wa sallam bersabda :
صحيح البخاري ٣١٧٥: حَدَّثَنِي إِسْحَاقُ أَخْبَرَنَا
عِيسَى بْنُ يُونُسَ حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ عَلْقَمَةَ عَنْ
عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
لَمَّا نَزَلَتْ
{ الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ
بِظُلْمٍ }
شَقَّ ذَلِكَ عَلَى الْمُسْلِمِينَ فَقَالُوا
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّنَا لَا يَظْلِمُ نَفْسَهُ قَالَ لَيْسَ ذَلِكَ إِنَّمَا
هُوَ الشِّرْكُ أَلَمْ تَسْمَعُوا مَا قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ
{ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ
الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ }
Shahih
Bukhari 3175: Telah bercerita kepadaku Ishaq telah mengabarkan kepada kami 'Isa
bin Yunus telah bercerita kepada kami Al A'masy dari Ibrahim dari 'Alqamah dari
'Abdullah berkata; "Ketika turun firman Allah Ta'ala yang artinya:
("Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan
kezhaliman ….") (QS al-An'am ayat 82), membuat kaum muslimin menjadi ragu lalu
mereka berkata: "Wahai Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, adakah
orang di antara kami yang tidak menzhalimi dirinya?". Maka beliau berkata:
"Bukan itu maksudnya. Sesungguhnya yang dimaksud dengan kezhaliman pada
ayat itu adalah syirik. Apakah kalian belum pernah mendengar apa yang diucapkan
Luqman kepada anaknya saat dia memberi pelajaran: ("Wahai anakku,
Janganlah kamu berbuat syirik (menyekutukan Allah), karena sesungguhnya syirik
itu benar-benar kezhaliman yang besar"). (QS Luqman ayat 13).
Syirik merupakan
bahaya yang terbesar dan penyakit yang paling berbahaya. Syirik sebagai
penyakit hati, karena sumber kesyirikan
bermula dari keyakinan (i’tiqad) yang ada di dalam hati
Berbagai tradisi warisan budaya yang selama
ini masih banyak dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat yang
mengaku dirinya sebagai muslim, ternyata mengandung kesyirikan yang nyata.
Karena dalam tradisi tersebut mengandung banyak sekali perilaku keyakinan bahwa
ada kekuatan atau kekuasaan lain selain Allah yang dapat memberikan
kemaslahatan dan kemudharatan bagi manusia.
Padahal
perbuatan syirik merupakan perbuatan yang membinasakan sebagaimana yang
disebutkan dalam hadits Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam :
صحيح البخاري ٢٥٦٠: حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ
بْنُ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنِي سُلَيْمَانُ بْنُ بِلَالٍ عَنْ ثَوْرِ بْنِ زَيْدٍ
الْمَدَنِيِّ عَنْ أَبِي الْغَيْثِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا هُنَّ
قَالَ الشِّرْكُ بِاللَّهِ وَالسِّحْرُ وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ
إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَكْلُ الرِّبَا وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ وَالتَّوَلِّي يَوْمَ
الزَّحْفِ وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ الْغَافِلَاتِ
Shahih Bukhari 2560: Telah bercerita kepada kami 'Abdul 'Aziz bin 'Abdullah berkata telah
bercerita kepadaku Sulaiman bin Bilal dari Tsaur bin Zaid Al Madaniy dari Abu
'Al Ghoits dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Jauhilah tujuh perkara yang membinasakan". Para
sahabat bertanya: "Wahai Rasulullah, apakah itu? Beliau bersabda:
"Syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah
kecuali dengan haq, memakan riba, makan harta anak yatim, kabur dari medan
peperangan dan menuduh seorang wanita mu'min yang suci berbuat zina".
Dilihat dari
segi syari’at agama perbuatan yang mempercai adanya kekuatan lain yang dapat
menimbulkan kemudharatan dan dapat memberian perlindungan kepada manusia
sebagai makhluk adalah suatu perbuatan yang sama dengan mengadakan tandingan
atas Allah Yang Maha Esa. Kepercayaan ini dinamakan syirik. Karena syirik itu
tidak hanya sebatas menyembah atau sujud kepada selain Allah Subhanahu Wata’ala,
tetapi segala macam perbuatan yang mengarah kepada pengakuan adanya kekuatan
dan kekuasaan lain yang menyamai kekuasaan dan kekuatan Allah Subhanahu
Wata’ala dikatagorikan dengan syirik.
Firman Allah
Ta’ala :
وَيَعْبُدُونَ
مِن دُونِ اللّهِ مَا لاَ يَمْلِكُ لَهُمْ رِزْقًا مِّنَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ
شَيْئًا وَلاَ يَسْتَطِيعُونَ
فَلاَ
تَضْرِبُواْ لِلّهِ الأَمْثَالَ إِنَّ اللّهَ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ
“Dan mereka menyembah selain Allah, sesuatu
yang tak dapat memberi rezeki kepada mereka sedikitpun dari langit dan bumi dan
tidak berkuasa (sedikit jua pun). Maka janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu
bagi Allah. Sesungguhnya Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui
Firman Allah
ta’ala :
إِنَّ اللّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ
بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاء وَمَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدِ
افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
Sesungguhnya
Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang
selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang
mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.(QS.An Nisaa : 48 )
Sesungguhnya
syirik merupakan perbuatan yang tidak akan diampuni sebagaimana yang di
firmankan Allah subhanahu wa ta’ala :
إِنَّ اللّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ
بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاء وَمَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدْ
ضَلَّ ضَلاَلاً بَعِيدًا
Sesungguhnya
Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan dia
mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa
yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah
tersesat sejauh-jauhnya.(QS.An Nisaa : 116 )
Hanya Allah subhanahu wa ta’ala Yang Patut
Ditakuti
Hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dalam
kitab Sunan beliau menyebutkan bahwa Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam
bersabda:
سنن أبي داوود ٤٤٨٩: حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ
حَرْبٍ وَعُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ قَالَا حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْفُضَيْلِ
عَنْ مُغِيرَةَ عَنْ أُمِّ مُوسَى عَنْ عَلِيٍّ عَلَيْهِ السَّلَام قَالَ
كَانَ آخِرُ كَلَامِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الصَّلَاةَ الصَّلَاةَ اتَّقُوا اللَّهَ فِيمَا مَلَكَتْ
أَيْمَانُكُمْ
Sunan Abu Daud
4489: Telah menceritakan kepada kami
Zuhair bin Harb dan Utsman bin Abu Syaibah keduanya berkata; telah menceritakan
kepada kami Muhammad Ibnul Fudhail dari Mughirah dari Ummu Musa dari Ali
'Alaissalam ia berkata, "Ucapan terakhir Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam adalah, "Kerjakanlah shalat, kerjakanlah shalat, dan takutlah
kalian kepada Allah atas hak-hak hamba sahaya kalian."
Bahwa agama
Islam disebut sebagai agama tauhid disebabkan agama ini dibangun di atas
pondasi pengakuan bahwa Allah adalah Esa dan tiada sekutu bagi-Nya, baik dalam
hal kekuasaan maupun tindakan-tindakan. Allah Maha Esa dalam hal Dzat dan
sifat-sifat-Nya, tiada sesuatu pun yang menyerupai diri-Nya. Allah Maha Esa
dalam urusan peribadahan, tidak ada yang berhak dijadikan sekutu dan tandingan
bagi-Nya. Dan hanya Dia satu-satunya
yang mutlak ditakuti oleh setiap hamba-hamba-N ya.
Rasullullah shallallahu’alaihi
wa sallam bersabda :
سنن الترمذي ٢٨٦٥: حَدَّثَنَا أَبُو زُرْعَةَ
وَالْفَضْلُ بْنُ أَبِي طَالِبٍ وَغَيْرُ وَاحِدٍ قَالُوا حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ
بِشْرٍ عَنْ الْحَكَمِ بْنِ عَبْدِ الْمَلِكِ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَرَأَ
{ وَتَرَى النَّاسَ سُكَارَى وَمَا هُمْ بِسُكَارَى
}
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ وَلَا
نَعْرِفُ لِقَتَادَةَ سَمَاعًا مِنْ أَحَدٍ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَّا مِنْ أَنَسٍ وَأَبِي الطُّفَيْلِ وَهَذَا عِنْدِي مُخْتَصَرٌ
إِنَّمَا يُرْوَى عَنْ قَتَادَةَ عَنْ الْحَسَنِ عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ قَالَ
كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ فَقَرَأَ
{ يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ
}
الْحَدِيثَ بِطُولِهِ وَحَدِيثُ الْحَكَمِ بْنِ
عَبْدِ الْمَلِكِ عِنْدِي مُخْتَصَرٌ مِنْ هَذَا الْحَدِيثِ
Sunan
Tirmidzi 2865: Telah menceritakan kepada kami Abu Zur'ah dan Al Fadhal bin Abu
Thalib dan yang lainnya, mereka berkata; telah menceritakan kepada kami Al
Hasan bin Bisyr dari Al Hakam bin Abdul Malik dari Qatadah dari 'Imran bin
Hushain bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam membaca: "WATARAN NAASA
SUKAARAA WA MAA HUM BI SUKAARAA (kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk,
padahal Sebenarnya mereka tidak mabuk)." QS Al-Hajj: 2. Abu Isa berkata;
Hadits ini hasan, kami tidak mengetahui Qatadah pernah mendengar dari salah
seorang sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kecuali dari Anas dan Abu
Thufail, dan hadits ini menurut saya hanya ringkasan, hadits ini hanya
diriwayatkan dari Qatadah dari Al Hasan dari Imran bin Hushain, dia berkata;
Kami bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dalam suatu perjalanan, kemudian
beliau membaca: "YAA AYYUHAN NAASUT TAQUU RABBAKUM (Wahai sekalian
manusia, takutlah kalian kepada Rabb kalian)." QS Al Hajj: 1 dengan
redaksi yang panjang, sementara hadits Al Hakam bin Abdul Malik menurutku
ringkasan dari hadits ini.
Tauhid merupakan
kewajiban utama dan pertama yang diperintahkan Allah kepada setiap hamba-Nya.
Namun, sangat disayangkan, kebanyakan kaum muslimin pada zaman sekarang ini
tidak mengerti hakikat dan kedudukan tauhid. Padahal, tauhid inilah yang
merupakan dasar agama kita yang mulia ini. Oleh karena itu, sangatlah urgen
bagi kita kaum muslimin untuk mengerti hakikat dan kedudukan tauhid. Hakikat
tauhid adalah mengesakan Allah. Bentuk pengesaan ini terbagi menjadi tiga, yaitu
:
1.Mengesakan
Allah dalam rububiyah-Nya
Maksudnya adalah
kita meyakini keesaan Allah dalam perbuatan-perbuatan yang hanya dapat
dilakukan oleh Allah, seperti mencipta dan mengatur seluruh alam semesta
beserta isinya, memberi rezeki, memberikan manfaat, menolak mudarat, dan
lainnya, yang merupakan kekhususan bagi Allah. Hal yang seperti ini diakui oleh
seluruh manusia, tidak ada seorang pun yang mengingkarinya.
Hal ini
sebagaimana firman Allah,:
خُلِقُوا مِنْ غَيْرِ شَيْءٍ أَمْ هُمُ
الْخَالِقُونَ
أَمْ خَلَقُوا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ
بَل لَّا يُوقِنُونَ
,
“Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan?
Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu? Sebenarnya mereka tidak
meyakini (apa yang mereka katakan).” (QS.
Ath-Thur:35–36)
Meskipun
demikian, pengakuan seseorang terhadap tauhid rububiyah ini tidaklah menjadikan
seseorang beragama Islam, karena sesungguhnya orang-orang musyrikin Quraisy,
yang diperangi oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, mengakui dan
meyakini jenis tauhid ini. Sebagaimana firman Allah,;
قُلْ مَن رَّبُّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ
وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ
سَيَقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ أَفَلَا
تَتَّقُونَ
قُلْ مَن بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيْءٍ
وَهُوَ يُجِيرُ وَلَا يُجَارُ عَلَيْهِ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ
سَيَقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ فَأَنَّى
تُسْحَرُونَ
,
“Katakanlah, ‘Siapakah yang memiliki langit yang tujuh dan yang memiliki ‘arsy
yang besar?’ Mereka akan menjawab, ‘Kepunyaan Allah.’ Katakanlah, ‘Maka apakah
kamu tidak bertakwa?’ Katakanlah, ‘Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan
atas segala sesuatu, dalam keadaan Dia melindungi tetapi tidak ada yang dapat
dilindungi dari-Nya, jika kamu mengetahui?’ Mereka akan menjawab, ‘Kepunyaan
Allah.’ Katakanlah, ‘Maka dari jalan manakah kamu ditipu?’” (QS.
Al-Mukminun:86–89)
Yang amat sangat
menyedihkan adalah kebanyakan kaum muslimin di zaman sekarang menganggap bahwa
seseorang sudah dikatakan beragama Islam jika telah memiliki keyakinan bahwa
Allahlah satu-satunya Sang Pencipta, Pemberi rezeki, serta Pemilik dan Pengatur
alam semesta.
2.Mengesakan
Allah dalam uluhiyah-Nya
Maksudnya adalah
kita mengesakan Allah dalam segala macam ibadah yang kita lakukan, seperti
salat, doa, nazar, menyembelih, tawakal, taubat, harap, cinta, takut, dan
berbagai macam ibadah lainnya. Kita harus memaksudkan tujuan dari kesemua
ibadah itu hanya kepada Allah semata.
3.Mengesakan
Allah dalam nama dan sifat-Nya
Maksudnya adalah
kita beriman kepada nama-nama dan sifat-sifat Allah yang diterangkan dalam
Alquran dan Sunah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kita juga meyakini
bahwa hanya Allahlah yang pantas untuk memiliki nama-nama terindah yang
disebutkan di Alquran dan hadits yang dikenal dengan “asmaul husna”),
sebagaimana firman-Nya,:
هُوَ اللَّهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ
الْمُصَوِّرُ لَهُ الْأَسْمَاء الْحُسْنَى يُسَبِّحُ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Dialah
Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai
Asmaaul Husna. Bertasbih kepadaNya apa yang di langit dan bumi. Dan Dialah Yang
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS.
Al-Hasyr:24)
Seseorang baru
dapat dikatakan sebagai muslim yang sejati jika dia telah mengesakan Allah dan
tidak berbuat syirik dalam ketiga hal tersebut di atas. Barangsiapa yang
menyekutukan Allah (berbuat syirik) dalam salah satu saja dari ketiga hal
tersebut, maka dia bukan muslim sejati tetapi dia adalah seorang musyrik.
Mengingat akan
pengesaan kepada Allah yang disebutkan diatas, maka sesungguhnya tidak ada
alasan bagi kita sebagai makhluk yang diciptakan Allah, kemudian diberi-Nya
berbagai kenikmatan, Dia yang mendatangkan kebaikan bagi manusia dan juga
kemudharatan bagi yang dikehendaki-Nya untuk tidak takut kepada-Nya sebagai
Allah.
Takut kepada
Allah subhanahu wa ta’ala diwujudkan dengan melakukan keta’atan dalam bentuk
ibadah yang disyari’atkan dan juga menjauhi dan meninggalkan segala apa saja yang
dilarang-Nya.
Sungguh
merupakan perbuatan yang diharamkan apabila ada diantara umat manusia disamping
mereka mempercayai adanya Allah tetapi juga mereka masih melakukan
perbuatan-perbuatan yang di dalamnya mengandung tindakan
mensetarakan/mensejajarkan kedudukan sesuatu
Yang sama dengan
kedudukan Alllah ta’ala.
Takut hendaknya
hanya ditujukan kepada Allah, apabila rasa takut ditujukan kepada sesuatu
selain Allah karena meyakini sesuatu selain Allah itu dapat mendatangkan
kebaikan dan keburukan, maka hal tersebut sebuah kesalahan yang fatal dan
berdosa besar. Karena
tidak seorangpun
akan mendapatkan kebaikan atau keburukan kecuali apa yang telah ditetapkan
Allah Azza wa jalla.Seluruh hal yang berkaitan dengan kehidupan manusia,
meliputi keburukan maupun kebaikan,telah
ditetapkan melalui takdir Allah subhanahu wa ta’ala sesuai dengan Firman-N ya :
قُلْ مَن ذَا الَّذِي يَعْصِمُكُم مِّنَ
اللَّهِ إِنْ أَرَادَ بِكُمْ سُوءًا أَوْ أَرَادَ بِكُمْ رَحْمَةً وَلَا يَجِدُونَ
لَهُم مِّن دُونِ اللَّهِ وَلِيًّا وَلَا نَصِيرًا
Katakanlah:
"Siapakah yang dapat melindungi kamu dari (takdir) Allah jika Dia
menghendaki bencana atasmu atau menghendaki rahmat untuk dirimu?" Dan
orang-orang munafik itu tidak memperoleh bagi mereka pelindung dan penolong
selain Allah ( QS.Al Ahzab : 17 ).
Sebagai makhluk
yang diciptalan Allah azza wajjala,
manusia wajib mengimani bahwa apa yang telah ditakdirkan menjadi bagian
yang tidak pernah meleset dan apa yang tidak ditakdirkan untuk menjadi bagian
dari seseorang tidak akan didapatkan olehnya. Jalan hidup manusia tidak pernah luput dari apa yang
telah ditakdirkan sebagaimana sabda
rasullullah shallallahu’alahi wa sallam :
سنن أبي داوود ٤٠٧٨: حَدَّثَنَا جَعْفَرُ
بْنُ مُسَافِرٍ الْهُذَلِيُّ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ حَسَّانَ حَدَّثَنَا
الْوَلِيدُ بْنُ رَبَاحٍ عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ أَبِي عَبْلَةَ عَنْ أَبِي
حَفْصَةَ قَالَ
قَالَ عُبَادَةُ بْنُ الصَّامِتِ لِابْنِهِ
يَا بُنَيَّ إِنَّكَ لَنْ تَجِدَ طَعْمَ حَقِيقَةِ الْإِيمَانِ حَتَّى تَعْلَمَ
أَنَّ مَا أَصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ وَمَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ
لِيُصِيبَكَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ
إِنَّ أَوَّلَ مَا خَلَقَ اللَّهُ الْقَلَمَ فَقَالَ لَهُ اكْتُبْ قَالَ رَبِّ
وَمَاذَا أَكْتُبُ قَالَ اكْتُبْ مَقَادِيرَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى تَقُومَ
السَّاعَةُ يَا بُنَيَّ إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ مَاتَ عَلَى غَيْرِ هَذَا فَلَيْسَ مِنِّي
Sunan Abu Daud 4078: dari Abu Hafshah ia berkata; Ubadah bin Ash Shamit berkata kepada
anaknya, "Wahai anakku, sesungguhnya engkau tidak akan dapat merasakan
lezatnya iman hingga engkau bisa memahami bahwa apa yang ditakdirkan menjadi
bagianmu tidak akan meleset darimu, dan apa yang tidak ditakdirkan untuk
menjadi bagianmu tidak akan engkau dapatkan. Aku pernah mendengar Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Pertama kali yang Allah ciptakan
adalah pena, lalu Allah berfirman kepadanya: "Tulislah!" pena itu
menjawab, "Wahai Rabb, apa yang harus aku tulis?" Allah menjawab:
"Tulislah semua takdir yang akan terjadi hingga datangnya hari
kiamat." Wahai anakku, aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Barangsiapa meninggal tidak di atas keyakinan
seperti ini maka ia bukan dari golonganku."
Sejalan dengan
itu segala yang menimpa anak manusia itu datangnya dari Allah azza wa jalla,
bukan oleh sebab yang lain. Apabila ada yang beranggapan bahwa kebaikan maupun
keburukan yang menimpa manusia itu dikarenakan adanya campur tangan dari
sesuatu selain Allah, berarti mereka menganggapan bahwa ada kekuatan lain
selain Allah yang mampu memberikan
kebaikan maupun kebahagaian kepada munusia, m aka orang-orang tersebut b erarti
telah melakukan kesyirikan.
Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman:
وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللهُُ بِضُرٍّ فَلاَ
كَاشِفَ لَهُ إِلاَّ هُوَ وَإِنْ يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلاَ رَادَّ لِفَضْلِهِ
“Jika
Allah menimpakan kepadamu kemudaratan maka tidak ada yang dapat
menghilangkannya kecuali Dia dan bila Dia menghendaki kebaikan bagimu maka
tidak ada yang dapat menolak keutamaan-Nya.” (Yunus: 107)
Dalam hadits
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma disebutkan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
مسند أحمد ٢٥٣٧: حَدَّثَنَا يُونُسُ
حَدَّثَنَا لَيْثٌ عَنْ قَيْسِ بْنِ الْحَجَّاجِ عَنْ حَنَشٍ الصَّنْعَانِيِّ عَنْ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ أَنَّهُ
حَدَّثَهُ أَنَّهُ رَكِبَ خَلْفَ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا غُلَامُ إِنِّي مُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ
احْفَظْ اللَّهَ يَحْفَظْكَ احْفَظْ اللَّهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ وَإِذَا سَأَلْتَ
فَلْتَسْأَلْ اللَّهَ وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَاعْلَمْ أَنَّ
الْأُمَّةَ لَوْ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلَّا
بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ لَكَ وَلَوْ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ
لَمْ يَضُرُّوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَيْكَ رُفِعَتْ
الْأَقْلَامُ وَجَفَّتْ الصُّحُفُ
Musnad Ahmad 2537: dari Abdullah bin Abbas bahwa ia menceritakan kepadanya; pada suatu
hari ia menunggang di belakang Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, lalu
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepadanya: "Wahai anakku,
aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat; Jagalah Allah niscaya Dia akan
menjagamu, Jagalah Allah niscaya engkau mendapatiNya di hadapanmu. Jika engkau
meminta maka mintalah kepada Allah, dan jika engkau memohon pertolongan maka
mohonlah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah, seandainya umat ini bersatu
untuk memberi manfaat kepadamu, niscaya mereka tidak akan mampu memberikan
manfaat kepadamu kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan padamu. Dan
seandainya mereka bersatu untuk mencelakakan dirimu, niscaya mereka tidak akan
mampu mencelakakanmu kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan padamu.
Pena telah diangkat dan lembaran telah kering."
K e s i m p u l a n
Berbagai ragam tradisi budaya warisan leluhur yang jahiliyah dewasa ini
terus mewarnai kehidupan sebagian masyarakat muslim di nusantara ini, dimana
tradisi budaya tersebut sesungguhnya sangat bertentangan dengan aqidah Islam,
karena di dalamnya mengandung dan penuh dengan kesyirikan. Kesyirikan tersebut
adalah meyakini bahwa selain Allah subhanahu wa ta’ala ada kekuatan dan
kekuasaan lain yang sering disebut sebagai makhluk atau roh-roh halus yang
ditakuti karena kemampuannya yang dapat memberikan perlindungan, memberikan
rezeki dan mendatangkan bala bencana, sehinggga makhluk halus tersebut harus
diberikan sesembahan berupa sesajen.
Takut kepada sesuatu selain Allah ta’ala, kemudian memberikan sesembahan
kepadanya, maka sesungguhnya keyakinan tersebut adalah bathil dan syirik.
Karena keyakinan sedemikian berarti telah mensejajarkan kedudukan sesuatu
selain Allah tersebut dengan kedudukan Allah ta’ala.
Sesungguhnya ajaran aqidah dalam Islam mengharamkan adanya rasa takut
kepada selain Allah. Yang patut untuk ditakuti hanyalah Allah azza wa jalla,
karena Dia-lah zat yang Maha Pencipta, zat Maha Pemberi Rezeki, zat yang
menghidupkan dan yang mematikan, zat
yang mendatangkan kebaikan dan keburukan bagi umat manusia. Zat yang
memberikan perlindungan bagi manusia. ( Wallahu’alam )
S u m b e r :
1.Al-Qur’an dan Terjemahan, www.Salafi-Db
2.Ensiklopedi Hadits Kitab 9 Imam, www.Lidwa-Pusaka.com
3.Parasit Akidah,A.D.El.Marzdedeq, Syaamil
4.Kitab Tauhid ( Terjemahan) , Syaikh Muhammad bin Abdul Wahb ab at
Tamimi, Darul Ilmi
5. Artikel www.yufidia.com
6.Artikel
Muslim.Or.id
7.Artikel
Rumaysho.com
Samarinda, Kamis
18 Rabiul Awal 1434 H /31 Januari 2013 M
(Musni Japrie )