Gambar : Ilustrasi
Dewasa ini ucapan salam sepertinya secara
perlahan-lahan sudah tidak banyak lagi bergema di jagat raya, umat islam yang
biasanya melanggengkan ucapan salam sudah semakin kehilangan gairahnya
menggunakan ucapan tersebut dan malah menggantikannya dengan ucapan lain
seperti selamat pagi, selamat siang atgau selamat malam bahkan dikalangan anak
muda ucapan salam tersebut telah diganti dengan ucapan hallo. Padahal
sesungguhnya ucapan salam yang disyari’atkan dalam Islam di dalamnya terkandung
hikmah yang begitu luas.
Salam Salah satu Asma Allah subhanahu wa ta’ala
Abdullah bin Mas’ud radhyallaahu’anhu meriwayatkan
bahawa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam
bersabda,
“Salam adalah salah satu Asma Allah SWT yang
telah Allah turunkan ke bumi, maka tebarkanlah salam. Ketika seseorang memberi
salam kepada yang lain, darjatnya ditinggikan dihadapan Allah. Jika jama’ah
suatu majlis tidak menjawab ucapan salamnya maka makhluk yang lebih baik dari
merekalah (yakni para malaikat) yang menjawab ucapan salam.”
(Musnad Al Bazar, Al Mu’jam Al Kabir oleh At Tabrani)
Assalamualaikum (al-salāmu 'alaykum); selamat
sejahtera ke atas kamu semua) merupakan ucapan salam dalam bahasa Arab, dan
digunakan oleh umat Islam. Ucapan ini adalah sunah Nabi Muhammad s.a.w., yang
dapat merekatkan ukhuwah Islamiyyah umat Muslim di seluruh dunia. Memberi salam
adalah sunat, sedangkan menjawabnya adalah wajib.
Allah s.w.t. berfirman dalam Surah Al-Hasyr Ayat 23:
هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْمَلِكُ
الْقُدُّوسُ السَّلَامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ
سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ
Dialah
Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera,
Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha
Kuasa, Yang Memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka
persekutukan.(QS. Al Hasyr :23 )
Di dalam ayat ini, al-Salam; dibaca As-Salam (Maha
Sejahtera) adalah satu dari nama-nama agung Allah s.w.t. Kini, Kita akan
mencoba untuk memahami arti, keutamaan dan penggunaan kata Salam.
Sebelum terbitnya fajar Islam, orang Arab jahiliayah
biasa menggunakan ungkapan-ungkapan yang lain, seperti Hayakallah yang artinya
semoga Allah menjagamu tetap hidup, kemudian Islam memperkenalkan ungkapan
Assalamu ‘alaikum. Artinya, semoga kamu terselamatkan dari segala duka,
kesulitan dan nestapa. Ibnu Al-Arabi di dalam kitabnya Al-Ahkamul Qur’an
mengatakan bahawa Salam adalah salah satu ciri-ciri Allah subhanahu wa ta’ala
dan bermakna Semoga Allah menjadi Pelindungmu.
Ucapan Salam Lebih Berbobot Dari Ucapan Lainnya
Ungkapan Islami ini lebih berbobot dibandingkan
dengan ungkapan-ungkapan kasih-sayang yang digunakan oleh umat lain. Hal ini
dapat dijelaskan dengan alasan-alasan berikut ini.
1. Salam bukan sekedar ungkapan kasih-sayang, tetapi
memberikan juga alasan dan logik kasih-sayang yang di wujudkan dalam bentuk doa
pengharapan agar anda selamat dari segala macam duka-derita. Tidak seperti
kebiasaan orang Arab jahiliyah yang mendoakan untuk tetap hidup, tetapi Salam
mendoakan agar hidup dengan penuh kebaikan.
2. Salam mengingatkan kita bahwa kita semua
bergantung kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Tidak satupun makhluk yang dapat
menghalangi atau memberikan manfaat kepada siapapun juga tanpa perkenan Allah
subhanahu wa ta’ala.
3. Perhatikanlah bahwa ketika seseorang mengatakan
kepada anda, “Aku berdoa semoga kamu sejahtera.” Maka dia menyatakan dan
berjanji bahawa anda aman dari tangan (perlakuan)nya, lidah (lisan)nya, dan dia
akan menghormati hak hidup, kehormatan, dan harga-diri anda.
Ibnu Al-Arabi didalam Ahkamul Qur’an mengatakan:
Tahukah kamu arti Salam? Orang yang mengucapkan Salam itu memberikan pernyataan
bahawa ‘kamu tidak terancam dan aman sepenuhnya dari diriku.’ Kesimpulannya,
bahawa Salam berarti,
(1) Mengingat
(dzikr) Allah subhanahu wa ta’ala
(2) Pengingat
diri
(3) Ungkapan
kasih sayang antar sesama Muslim,
(4) Doa yang
istimewa, dan
(5) Pernyataan atau pemberitahuan bahawa ‘anda aman
dari bahaya tangan dan lidahku’
Sebuah Hadith merangkumnya dengan indah:
صحيح مسلم ٥٨: حَدَّثَنَا حَسَنٌ الْحُلْوَانِيُّ وَعَبْدُ
بْنُ حُمَيْدٍ جَمِيعًا عَنْ أَبِي عَاصِمٍ قَالَ عَبْدٌ أَنْبَأَنَا أَبُو عَاصِمٍ
عَنْ ابْنِ جُرَيْجٍ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا الزُّبَيْرِ يَقُولُ سَمِعْتُ جَابِرًا يَقُولُا
سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
Shahih Muslim 58: Telah menceritakan kepada kami
Hasan al-Hulwani dan Abd bin Humaid semuanya dari Abu Ashim, Abd berkata, telah
memberitakan kepada kami Abu Ashim dari Ibnu Juraij bahwa dia mendengar Abu
az-Zubair dia berkata, "Saya mendengar Jabir berkata, 'Saya mendengar Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Seorang muslim (yang sejati)
adalah orang yang mana kaum muslimin lainnya selamat dari (bahaya) lisan dan
tangannya."
Jika kita memahami hadits ini, sudahlah cukup untuk
memperbaiki semua umat Muslim. Karena itu Rasulullah Muhammad shallallahu’alaihi
wa sallam sangat menekankan penyebaran
pengucapan Salam antar sesama Muslim dan beliau menyebutnya sebagai perbuatan
baik yang paling utama diantara perbuatan-perbuatan baik yang di kerjakan. Ada
beberapa Sabda Rasulullah shallallahu’alahi wa sallam yang menjelaskan
pentingnya ucapan salam antara sesama
Muslim.
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhyallahu’anhu
bahwa Hadits Rasullah shallallahu’alahihi wa sallam
صحيح مسلم ٨١: حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ
حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ وَوَكِيعٌ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
لَا تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلَا تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا
أَوَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ أَفْشُوا السَّلَامَ
بَيْنَكُمْ
و حَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ أَنْبَأَنَا جَرِيرٌ
عَنْ الْأَعْمَشِ بِهَذَا الْإِسْنَادِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى
تُؤْمِنُوا بِمِثْلِ حَدِيثِ أَبِي مُعَاوِيَةَ وَوَكِيعٍ
Shahih Muslim 81: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar
bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah dan Waki' dari
al-A'masy dari Abu Shalih dari Abu Hurairah dia berkata, "Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Kalian tidak akan masuk surga
hingga kalian beriman, dan tidaklah kalian beriman hingga kalian saling
menyayangi. Maukah kalian aku tunjukkan kepada sesuatu, apabila kalian
mengerjakannya niscaya kalian akan saling menyayangi. Sebarkanlah salam di
antara kalian." Dan telah menceritakan kepadaku Zuhair bin Harb telah
memberitakan kepada kami Jarir dari al-A'masy dengan sanad ini. Dia berkata,
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Demi Dzat yang
jiwaku berada di tangan-Nya, kalian tidak akan masuk surga hingga kalian
beriman, " sebagaimana hadits Abu Mu'awiyah dan Waki'."
Abdullah bin Amr radhyallaahu’anhu mengisahkan bahwa
seseorang bertanya kepada Rasulullah shalallahu’alahi wa sallam :
صحيح البخاري ١١: حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ خَالِدٍ قَالَ
حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ يَزِيدَ عَنْ أَبِي الْخَيْرِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا
أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ أَيُّ الْإِسْلَامِ خَيْرٌ قَالَ تُطْعِمُ الطَّعَامَ وَتَقْرَأُ السَّلَامَ
عَلَى مَنْ عَرَفْتَ وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْ
Shahih Bukhari 11: Telah menceritakan kepada kami
'Amru bin Khalid berkata, Telah menceritakan kepada kami Al Laits dari Yazid
dari Abu Al Khair dari Abdullah bin 'Amru; Ada seseorang yang bertanya kepada
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam; "Islam manakah yang paling baik?"
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Kamu memberi makan,
mengucapkan salam kepada orang yang kamu kenal dan yang tidak kamu kenal".
Abu Umammah radhyallahu’anhu meriwayatkan bahwa
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
سنن الترمذي ٢٦١٨: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ أَخْبَرَنَا
قُرَّانُ بْنُ تَمَّامٍ الْأَسَدِيُّ عَنْ أَبِي فَرْوَةَ
قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ الرَّجُلَانِ يَلْتَقِيَانِ
أَيُّهُمَا يَبْدَأُ بِالسَّلَامِ فَقَالَ أَوْلَاهُمَا بِاللَّهِ
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ قَالَ مُحَمَّدٌ
أَبُو فَرْوَةَ الرَّهَاوِيُّ مُقَارِبُ الْحَدِيثِ إِلَّا أَنَّ ابْنَهُ مُحَمَّدَ
بْنَ يَزِيدَ يَرْوِي عَنْهُ مَنَاكِيرَ
Sunan Tirmidzi 2618: dari Abu Umamah ia berkata;
"Dikatakan; "Wahai Rasulullah, Ada dua orang yang bertemu, mana
diantara keduanya yang lebih dulu memulai salam?" Beliau menjawab:
"Yang paling dekat dengan (rahmat) Allah di antara keduanya." Abu Isa
berkata; Hadits ini hasan. Muhammad mengatakan; Abu Farwah Ar Rahawi riwayat
haditsnya muqarrib (mendekati shahih), hanya saja putranya, Muhammad bin Yazid,
meriwayatkan hadits-hadits munkar darinya.
Kikir Dalam Mengucapkan Salam
Banyak diantara orang-orang Islam yang sepertinya
enggan untuk mengucapkan salam atau mendahului untuk mengucapkan salam kepada
sesama saudaranya kaum muslimin apabila bertemu. Mereka bersikap tak acuh saja
terhadap orang lain yang dijumpainya.Begitu pula apabila ada orang lain yang
mengucapkan salam kepadanya mereka juga tidak menghiraukannya dan tidak mau
membalas ucapan salam, padahal orang lain telah mendoakannya dengan mengucapkan
salam, sehingga sepan tasnyalah mereka juga mendokan orang tersebut dengan
memberikan/mengucapkan salam jawaban .
Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam menyebutkan
bahwa orang yang sebenarnya kikir adalah
orang-orang yang kikir menyebarkan salam sebagaimana hadits dari Abu Hurairah
bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam
bersabda:
“Orang
kikir yang sebenar-benarnya kikir ialah orang yang kikir dalam menyebarkan
Salam.”
Wajibnya Menjawab Salam Minimal Setara Dengan Apa Yang DiUcapkan
Orang
Islam mewajibkan kepada umatnya agar memberikan
jawaban atas ucapan salam yang disampaikan seseorang kepada dirinya sebagaimana
Allah subahanahu wa ta’ala berfirman
didalam Al-Qur’an Surat An-Nisa Ayat 86:
وَإِذَا حُيِّيْتُم بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّواْ بِأَحْسَنَ
مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ حَسِيبًا
Apabila
kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah
penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah
penghormatan itu (dengan yang serupa) [327]. Sesungguhnya Allah
memperhitungankan segala sesuatu.( QS.An Nisaa : 86 )
Keterangan :
[327] Penghormatan dalam Islam ialah : dengan
mengucapkan "Assalamu'alaikum".
Demikianlah Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan agar seseorang membalas dengan
ucapan yang setara atau yang lebih baik. Hal ini telah dicontohkan oleh
Rasulullah shallallahu’alahi wa sallam dalam sebuah hadits beliau :
سنن أبي داوود ٤٥٢١: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ كَثِيرٍ
أَخْبَرَنَا جَعْفَرُ بْنُ سُلَيْمَانَ عَنْ عَوْفٍ عَنْ أَبِي رَجَاءٍ عَنْ عِمْرَانَ
بْنِ حُصَيْنٍ قَالَ
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَقَالَ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ فَرَدَّ عَلَيْهِ السَّلَامَ ثُمَّ جَلَسَ
فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَشْرٌ ثُمَّ جَاءَ آخَرُ فَقَالَ
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ فَرَدَّ عَلَيْهِ فَجَلَسَ فَقَالَ عِشْرُونَ
ثُمَّ جَاءَ آخَرُ فَقَالَ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
فَرَدَّ عَلَيْهِ فَجَلَسَ فَقَالَ ثَلَاثُونَ
حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ سُوَيْدٍ الرَّمْلِيُّ حَدَّثَنَا
ابْنُ أَبِي مَرْيَمَ قَالَ أَظُنُّ أَنِّي سَمِعْتُ نَافِعَ بْنَ يَزِيدَ قَالَ أَخْبَرَنِي
أَبُو مَرْحُومٍ عَنْ سَهْلِ بْنِ مُعَاذِ بْنِ أَنَسٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَعْنَاهُ زَادَ ثُمَّ أَتَى آخَرُ فَقَالَ السَّلَامُ
عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ وَمَغْفِرَتُهُ فَقَالَ أَرْبَعُونَ قَالَ
هَكَذَا تَكُونُ الْفَضَائِلُ
Sunan Abu Daud 4521: dari Imran bin Hushain ia
berkata, "Seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam dan mengucapkan, "Assalamu Alaikum?" Beliau membalas salam
orang tersebut lalu duduk, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kemudian bersabda:
"Sepuluh." Setelah itu ada seseorang datang dan mengucapkan salam,
"Assalamu Alaikum wa Rahmatullah." Beliau membalas salam orang tersebut
lalu duduk, beliau bersabda: "Dua puluh." Setelah itu ada lagi orang
datang dan mengucapakan salam, "Assalamu Alaikum Wa Rahmatullahi Wa
barakatuh." Beliau membalas salam orang tersebut lalu duduk, beliau
bersabda: "Tiga puluh." Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Suwaid
Ar Ramli berkata, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Maryam berkata,
"Aku mengira, bahwa aku mendengar Nafi' bin Yazid berkata; telah
mengabarkan kepadaku Abu Marhum dari Sahl bin Mu'adz bin Anas dari Bapaknya
dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dengan makna yang sama. Ia menambahkan,
"Kemudian datang orang lain dan mengucapkan "Assalamu Alaikum Wa
Rahmatullah Wa Barakaatuhu Wa Maghfiratuh." Beliau lalu bersabda:
"Empat puluh." Imran berkata, "Seperti inilah fadilah."
Hadits yang lain menyebutkan sabda Rasullullah
shallahu’alaihi wa sallam :
Suatu hari ketika Rasulullah
shallallahu’alaihi wa sallam sedang
duduk bersama para sahabatnya, seseorang datang dan mengucapkan,
“Assalaamu’alaikum.” Maka Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam pun membalas
dengan ucapan “Wa’alaikum salaam wa rahmah” Orang kedua datang dengan
mengucapkan “Assalaamu’alikum wa rahmatullah” Maka Rasulullah membalas dengan,
“Wa’alaikum salaam wa rahmatullah wabarakatuh” . Ketika orang ketiga datang dan
mengucapkan “Assalaamu’alikum wa rahmatullah wabarakatuhu.” Rasulullah
shallallahu;alaihi wa sallam menjawab: ”Wa’alaika”. Orang yang ketiga pun
terperanjat dan bertanya, namun tetap dengan kerendah-hatian, “Wahai
Rasulullah, ketika mereka mengucapkan Salam yang ringkas kepadamu, Engkau
membalas dengan Salam yang lebih baik kalimatnya. Sedangkan aku memberi Salam
yang lengkap kepadamu, aku terkejut Engkau membalasku dengan sangat singkat
hanya dengan wa’alaika.” Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam menjawab,
“Engkau sama sekali tidak menyisakan ruang bagiku untuk yang lebih baik. Kerana
itulah aku membalasmu dengan ucapan yang sama sebagaimana yang di jabarkan
Allah didalam Al-Qur’an.”
Dengan demikian kita dapat mengambil kesimpulan
bahawa, membalas Salam dengan tiga frasa (anak kalimat) itu hukumnya Sunnah,
yaitu cara yang dilakukan Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam.
Kebijaksanaan membatasi Salam dengan tiga frasa ini karena Salam dimaksudkan
sebagai komunikasi ringkas bukannya pembicaraan panjang.
Di dalam ayat ini Allah subhanahu wa ta’ala menggunakan kalimat objektif tanpa menunjuk
subjeknya. Dengan demikian Al-Qur’an mengajarkan etik membalas penghormatan. Di
sini secara tidak langsung kita diperintah untuk saling memberi salam. Tidak
adanya subjek menunjukkan bahawa hal saling memberi salam adalah kebiasaan dan
wajar yang selalu dilakukan oleh orang-orang beriman. Tentu sahaja yang
mengawali mengucapkan salamlah yang lebih dekat kepada Allah subhanahu wa
ta’ala sebagaimana sudah dijelaskan
diatas.
Hasan Basri menyimpulkan bahwa:
"Mengawali mengucapkan salam sifatnya adalah
sukarela, sedangkan membalasnya adalah kewajiban” Disebutkan didalam Muwattha’
Imam Malik, diriwayatkan oleh Tufail bin Ubai bin Ka’ab bahwa, Abdullah bin
Umar radhyallahu’anhu biasa pergi ke pasar hanya untuk memberi salam kepada
orang-orang disana tanpa ada keperluan membeli atau menjual apapun. Ia
benar-benar memahami erti penting mengawali mengucapkan salam."
Pada bahagian kalimat terakhir Surah An-Nisa ayat
86, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
Sesungguhnya Allah akan memperhitungkan setiap yang
kamu kerjakan.
Di sini, mendahului memberi salam dan membalasnya
juga termasuk yang diperhitungkan. Maka kita hendaknya menyukai mendahului
memberi salam. Sama halnya kita harus membalas salam demi menyenangkan Allah
subhanahu wa ta’ala dan menyuburkan
kasih-sayang diantara kita semua.
Adab-adab Kesopanan Bersalam
Islam itu sesungguhnya adalah agama yang indah
dengan segala kesempurnaannya, hal-hal yang sekecil apapun telah diatur bagi
umatnya agar tidak mengalami kesulitan dalam bertindak, termasuk dalam hal
bagaimana adab-adab kesopanan dalam bersalam terhadap sesama saudara muslim
lainnya.
1.Islam memerintahkan kepada umatnya agar mendahului
memberikan ucapan salam apabila berjumpa dengan sesama saudara muslim lainnya,
hal ini sejalan dengan dengan hadits dari Abu Umamah iaitu Shudai bin 'Ajlan
al-Bahili r.a., katanya: "Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
"Sesungguhnya seutama-utama manusia dengan
Allah - yakni yang lebih berhak mendekat kepada Allah - ialah orang yang
memulai memberikan salam di kalangan mereka itu."
Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad yang
baik. Ini juga diriwayatkan oleh Imam Termidzi dari Abu Umamah pula, demikian
riwayatnya: Rasulullah s.a.w. ditanya:
سنن الترمذي ٢٦١٨: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ أَخْبَرَنَا
قُرَّانُ بْنُ تَمَّامٍ الْأَسَدِيُّ عَنْ أَبِي فَرْوَةَ يَزِيدَ بْنِ سِنَانٍ عَنْ
سُلَيْمِ بْنِ عَامِرٍ عَنْ أَبِي أُمَامَةَ قَالَ
قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ الرَّجُلَانِ يَلْتَقِيَانِ
أَيُّهُمَا يَبْدَأُ بِالسَّلَامِ فَقَالَ أَوْلَاهُمَا بِاللَّهِ
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ قَالَ مُحَمَّدٌ
أَبُو فَرْوَةَ الرَّهَاوِيُّ مُقَارِبُ الْحَدِيثِ إِلَّا أَنَّ ابْنَهُ مُحَمَّدَ
بْنَ يَزِيدَ يَرْوِي عَنْهُ مَنَاكِيرَ
Sunan Tirmidzi 2618: dari Abu Umamah ia berkata;
"Dikatakan; "Wahai Rasulullah, Ada dua orang yang bertemu, mana
diantara keduanya yang lebih dulu memulai salam?" Beliau menjawab:
"Yang paling dekat dengan (rahmat) Allah di antara keduanya." Abu Isa
berkata; Hadits ini hasan. Muhammad mengatakan; Abu Farwah Ar Rahawi riwayat
haditsnya muqarrib (mendekati shahih), hanya saja putranya, Muhammad bin Yazid,
meriwayatkan hadits-hadits munkar darinya.
2.Islam juga mengarahkan agar orang yang berkendaraan harus memberi salam
kepada pejalan-kaki.
3.Orang yang
berjalan kaki memberi salam kepada yang duduk.
4.Kelompok
yang lebih sedikit memberi salam kepada kelompok yang lebih banyak jumlahnya.
Arahan
tersebut sesuai dengan hadits dari Rasullullah shallallahu’alaihi wa salla
\dari Abu Hurairah radhyallahu’anhu bahwasanya Rasullullah shallallahu’alahi wa
sallam bersabda :
صحيح البخاري ٥٧٦٥: حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ
أَخْبَرَنَا رَوْحُ بْنُ عُبَادَةَ حَدَّثَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ قَالَ أَخْبَرَنِي زِيَادٌ
أَنَّ ثَابِتًا أَخْبَرَهُ وَهُوَ مَوْلَى عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ زَيْدٍ عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَنَّهُ قَالَ يُسَلِّمُ الرَّاكِبُ عَلَى الْمَاشِي الْمَاشِي عَلَى الْقَاعِدِ وَالْقَلِيلُ
عَلَى الْكَثِيرِ
Shahih Bukhari 5765: dari Abu Hurairah radliallahu
'anhu dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda:
"Hendaknya orang yang berkendaraan memberi salam kepada yang berjalan, dan
yang berjalan kepada yang duduk dan (rombongan) yang sedikit kepada (rombongan)
yang banyak."
5. Orang yang berombongan bertemu dengan rombongan
yang lain sudah mencukupi apabila salah seorang diantara mereka mengucapkan
salam dan yang membalasnya juga cukup seorang saja, sebagaimana hadits :
سنن أبي داوود ٤٥٣٤: حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ
حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الْجُدِّيُّ حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ
خَالِدٍ الْخُزَاعِيُّ قَالَ حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْمُفَضَّلِ حَدَّثَنَا
عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي رَافِعٍ عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ قَالَ أَبُو دَاوُد رَفَعَهُ الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ
قَالَ يُجْزِئُ عَنْ الْجَمَاعَةِ إِذَا مَرُّوا أَنْ يُسَلِّمَ
أَحَدُهُمْ وَيُجْزِئُ عَنْ الْجُلُوسِ أَنْ يَرُدَّ أَحَدُهُمْ
Sunan Abu Daud 4534: Telah menceritakan kepada kami Al
Hasan bin Ali berkata, telah menceritakan kepada kami Abdul Malik bin Ibrahim
Al Juddi berkata, telah menceritakan kepada kami Sa'id bin Khalid Al Khuza'i ia
berkata; telah menceritakan kepadaku Abdullah Ibnul Mufadhdhal berkata, telah
menceritakan kepada kami Ubaidullah bin Abu Rafi' dari Ali bin Abu Thalib
radliallahu 'anhu -Abu Dawud berkata; Al Hasan bin Ali telah memarfu'kannya- ia
berkata, "Telah cukup untuk suatu rombongan jika salah seorang dari mereka
mengucapkan salam saat mereka melintas, dan telah cukup pula jika salah seorang
dari orang-orang yang duduk membalas salam."
6.Memasuki dan Meninggalkan Tempat/Pamitan.
Mereka yang akan memasuki majelis atau meninggalkan tempat memberi salam kepada yang
tinggal.Sunnahnya memberikan Salam jikalau berdiri meninggalkan majlis dan
memisahkan diri kepada kawan-kawan duduknya, banyak ataupun seorang . Ini sejalan dengan sabda rasullullah
shallallahu’alaihi wa sallam :
سنن أبي داوود
٤٥٣٢: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ وَمُسَدَّدٌ قَالَا حَدَّثَنَا بِشْرٌ يَعْنِيَانِ
ابْنَ الْمُفَضَّلِ عَنْ ابْنِ عَجْلَانَ عَنْ الْمَقْبُرِيِّ قَالَ مُسَدَّدٌ سَعِيدُ
بْنُ أَبِي سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيُّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إِذَا انْتَهَى أَحَدُكُمْ إِلَى الْمَجْلِسِ فَلْيُسَلِّمْ فَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَقُومَ
فَلْيُسَلِّمْ فَلَيْسَتْ الْأُولَى بِأَحَقَّ مِنْ الْآخِرَةِ
Sunan Abu Daud 4532: Telah menceritakan kepada kami
Ahmad bin Hanbal dan Musaddad keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami
Bisyr -yang dimaksud oleh keduanya adalah Bisyr bin Al Mufadhdhal- dari Ibnu
Ajlan dari Al Maqburi -Musaddad berkata; Said bin Abu Said Al Maqburi- dari Abu
Hurairah ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Jika salah seorang dari kalian sampai pada suatu majlis hendaklah ia
mengucapkan salam, dan jika akan bangkit hendaklah mengucapkan salam,
dan tidaklah yang pertama itu lebih berhak dari yang terakhir."
7.Memasuki Majelis-Pertemuan.
Memberikan
salam apabila memasuki majelis pertemuan yang di dalamnya terdapat
berbagai campuran antara kaum Muslimin dan kaum kafir, sebagaimana hadits dari
Usamah r.a. bahawasanya Nabi s.a.w. berjalan melalui suatu majlis - pertemuan,
yang di dalamnya terdapat berbagai campuran antara kaum Muslimin dan kaum musyrikin
iaitu para penyembah berhala dan ada pula orang Yahudi, lalu Nabi s.a.w.
memberikan salam kepada mereka." (Muttafaq 'alaih)
8.Meminta izin untuk memasuki rumah dengan
mengucapkan salam.
Allah Ta'ala
berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَدْخُلُوا بُيُوتًا
غَيْرَ بُيُوتِكُمْ حَتَّى تَسْتَأْنِسُوا وَتُسَلِّمُوا عَلَى أَهْلِهَا ذَلِكُمْ
خَيْرٌ لَّكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu
sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu
lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.(QS.An
Nuur : 27 )
Siapa saja yang akan memasuki rumah seseorang untuk
keperluan apa saja diperintahkan terlebih dahulu untuk meminta izin dengan cara
mengucapkan salam, sebagaimana yang diajarkan Rasullullah shallallahu’alaihi wa
sallam kepada sahabat beliau dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud :
سنن أبي داوود ٤٥٠٨: حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي
شَيْبَةَ حَدَّثَنَا أَبُو الْأَحْوَصِ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ رِبْعِيٍّ قَالَ حَدَّثَنَا
رَجُلٌ مَنْ بَنِي عَامِرٍ
أَنَّهُ اسْتَأْذَنَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ وَهُوَ فِي بَيْتٍ فَقَالَ أَلِجُ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ لِخَادِمِهِ اخْرُجْ إِلَى هَذَا فَعَلِّمْهُ الِاسْتِئْذَانَ فَقُلْ لَهُ
قُلْ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ أَأَدْخُلُ فَسَمِعَهُ الرَّجُلُ فَقَالَ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ
أَأَدْخُلُ فَأَذِنَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَدَخَلَ
حَدَّثَنَا هَنَّادُ بْنُ السَّرِيِّ عَنْ أَبِي الْأَحْوَصِ
عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ رِبْعِيِّ بْنِ حِرَاشٍ قَالَ حُدِّثْتُ أَنَّ رَجُلًا مَنْ بَنِي
عَامِرٍ اسْتَأْذَنَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَعْنَاهُ
قَالَ أَبُو دَاوُد وَكَذَلِكَ حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ
مَنْصُورٍ عَنْ رِبْعِيٍّ وَلَمْ يَقُلْ عَنْ رَجُلٍ مِنْ بَنِي عَامِرٍ حَدَّثَنَا
عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُعَاذٍ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ مَنْصُورٍ
عَنْ رِبْعِيٍّ عَنْ رَجُلٍ مَنْ بَنِي عَامِرٍ أَنَّهُ اسْتَأْذَنَ عَلَى النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَعْنَاهُ قَالَ فَسَمِعْتُهُ فَقُلْتُ السَّلَامُ
عَلَيْكُمْ أَأَدْخُلُ
Sunan Abu
Daud 4508: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah berkata,
telah menceritakan kepada kami Abul Ahwash dari Manshur dari Rib'i ia berkata;
telah menceritakan kepada kami seorang laki-laki dari Bani Amir Bahwasanya ia
pernah minta izin kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam saat beliau di dalam
rumah. Ia berkata, "Bolehkah saya masuk?" Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam lalu berkata kepada pelayannya: "Temuilah orang ini dan ajari dia
cara minta izin. Suruh dia mengucapkan 'Assalamu 'Alaikum, bolehkah saya
masuk?" laki-laki itu mendengar perkataan Nabi hingga ia pun mengucapkan,
"Assalamu 'Alaikum, bolehkah saya masuk?" Akhirnya Nabi shallallahu
'alaihi wasallam memberi izin, dan ia pun masuk." Telah menceritakan
kepada kami Hannad bin As Sari dari Abul Ahwash dari Manshur dari Rib'I bin
Hirasy ia berkata; Aku mendapat cerita bahwa ada seorang laki-laki dari bani
Amir memohon izin kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.. maka ia
menceritakan dengan makna yang sama dengan hadits tersebut. Abu Dawud berkata,
"Seperti itu pula, telah menceritakan kepada kami Musaddad berkata, telah
menceritakan kepada kami Abu Awanah dari Manshur dari Rib'i dan ia tidak menyebutkan
'dari seorang laki-laki bani Amir'. Telah menceritakan kepada kami Ubaidullah
bin Mu'adz berkata, telah menceritakan kepada kami Bapakku berkata, telah
menceritakan kepada kami Syu'bah dari Manshur dari Rib'i dari seorang laki-laki
bani Amir Bahwasanya ia memohon izin kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam,
dengan makna yang sama. Ia berkata, "Aku mendengar ucapan beliau, maka aku
pun mengucapkan, "Assalamu 'Alaikum, bolehkah aku masuk? '
Rasullullah shallallahu’alahi wa sallam melarang
menemui masuk kerumah beliau sahabat yang tidak mengucapkan salam terlebih
dahulu, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits :
Dari Kildah bin al-Hanbal r.a., katanya: "Saya
mendatangi Nabi s.a.w. lalu saya masuk padanya dan saya tidak mengucapkan
salam, lalu Nabi s.a.w. bersabda: "Kembalilah dan ucapkanlah: Assalamu
'alaikum. Apakah saya boleh masuk?"
Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Termidzi
dan Termidzi mengatakan bahawa ini adalah Hadis hasan.
Berdasarkan petunjuk dari Rasullullah
shallallahu’alaihi wa sallam,bahwa seseorang yang meminta izin untuk massuk
kerumah seseorang apabila sampai tiga kali mengucapkan salam namun tidak ada
jawaban, maka ia tidak diperbolehkan masuk, sesuai dengan hadits dari Tarmidzi
:
سنن الترمذي ٢٦١٤: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ وَكِيعٍ حَدَّثَنَا
عَبْدُ الْأَعْلَى بْنُ عَبْدِ الْأَعْلَى عَنْ الْجُرَيْرِيِّ عَنْ أَبِي نَضْرَةَ
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ
اسْتَأْذَنَ أَبُو مُوسَى عَلَى عُمَرَ فَقَالَ السَّلَامُ
عَلَيْكُمْ أَأَدْخُلُ قَالَ عُمَرُ وَاحِدَةٌ ثُمَّ سَكَتَ سَاعَةً ثُمَّ قَالَ السَّلَامُ
عَلَيْكُمْ أَأَدْخُلُ قَالَ عُمَرُ ثِنْتَانِ ثُمَّ سَكَتَ سَاعَةً فَقَالَ السَّلَامُ
عَلَيْكُمْ أَأَدْخُلُ فَقَالَ عُمَرُ ثَلَاثٌ ثُمَّ رَجَعَ فَقَالَ عُمَرُ لِلْبَوَّابِ
مَا صَنَعَ قَالَ رَجَعَ قَالَ عَلَيَّ بِهِ فَلَمَّا جَاءَهُ قَالَ مَا هَذَا الَّذِي
صَنَعْتَ قَالَ السُّنَّةُ قَالَ آلسُّنَّةُ وَاللَّهِ لَتَأْتِيَنِّي عَلَى هَذَا
بِبُرْهَانٍ أَوْ بِبَيِّنَةٍ أَوْ لَأَفْعَلَنَّ بِكَ قَالَ فَأَتَانَا وَنَحْنُ رُفْقَةٌ
مِنْ الْأَنْصَارِ فَقَالَ يَا مَعْشَرَ الْأَنْصَارِ أَلَسْتُمْ أَعْلَمَ النَّاسِ
بِحَدِيثِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَلَمْ يَقُلْ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الِاسْتِئْذَانُ ثَلَاثٌ فَإِنْ أُذِنَ
لَكَ وَإِلَّا فَارْجِعْ فَجَعَلَ الْقَوْمُ يُمَازِحُونَهُ قَالَ أَبُو سَعِيدٍ ثُمَّ
رَفَعْتُ رَأْسِي إِلَيْهِ فَقُلْتُ فَمَا أَصَابَكَ فِي هَذَا مِنْ الْعُقُوبَةِ فَأَنَا
شَرِيكُكَ قَالَ فَأَتَى عُمَرَ فَأَخْبَرَهُ بِذَلِكَ فَقَالَ عُمَرُ مَا كُنْتُ عَلِمْتُ
بِهَذَا
وَفِي الْبَاب عَنْ عَلِيٍّ وَأُمِّ طَارِقٍ مَوْلَاةِ
سَعْدٍ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ وَالْجُرَيْرِيُّ اسْمُهُ
سَعِيدُ بْنُ إِيَاسٍ يُكْنَى أَبَا مَسْعُودٍ وَقَدْ رَوَى هَذَا غَيْرُهُ أَيْضًا
عَنْ أَبِي نَضْرَةَ وَأَبُو نَضْرَةَ الْعَبْدِيُّ اسْمُهُ الْمُنْذِرُ بْنُ مَالِكِ
بْنِ قُطَعَةَ
Sunan Tirmidzi 2614: dari Abu Nadlrah dari Abu Sa'id
ia berkata; Abu Musa meminta izin kepada Umar, sambil berucap;
"ASSALAAMU'ALAIKUM, apakah aku boleh masuk?" Umar berkata;
"Satu, setelah itu ia diam sesaat." Selanjutnya Abu Musa mengucapkan;
"ASSALAAMU'ALAIKUM, apakah aku boleh masuk?" Umar berkata; "Dua,
setelah itu ia diam sesaat." Abu Musa mengulanginya;
"ASSALAAMU'ALAIKUM, apakah aku boleh masuk?" Umar berkata;
"Tiga." Setelah itu Abu Musa beranjak pergi, lalu Umar berkata kepada
penjaga pintu; "Apa yang ia lakukan?" Penjaga pintu menjawab;
"Ia sudah beranjak pergi." Umar berkata; "Suruh ia dating
kembali." Saat Abu Musa datang, Umar bertanya: "Apa yang telah kamu
lakukakn?" Abu Musa menjawab; "Sunnah." Umar berkata;
"Sunnah? demi Allah, kamu harus membawa bukti atau aku akan
menghukummu." Abu Sa'id melanjutkan; "Lalu Abu Musa mendatangi kami,
sementara kami tengah bersama beberapa orang Anshar, Abu Musa berkata;
"Wahai sekalian kaum Anshar, bukankah kalian yang paling tahu tentang
hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam?, bukankah Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda: "Meminta izin itu tiga kali,
bila kamu diizinkan (silahkan masuk) dan bila tidak, maka kembalilah."
Orang-orangpun mencandainya. Abu Sa'id berkata; Lalu aku mengangkat kepalaku,
aku bertanya: "Apakah kamu akan mendapatkan hukuman karena masalah ini?,
sungguh aku akan menyertaimu." Ia mendatangi Umar lalu memberitahukannya.
Umar berkata; Aku belum mengetahui mengenai masalah ini. Dalam hal ini ada
hadits serupa dari Ali dan Ummu Thariq budak milik Sa'ad. Abu Isa berkata;
Hadits ini hasan shahih. Nama Al Jurairi adalah Sa'id bin Iyas, julukannya Abu
Mas'ud. Yang lain juga meriwayatkan hadits ini dari Abu Nadlrah Al Abdi, namnya
adalah Al Mundzir bin Malik bin Qatha'ah.
9. Memberi Salam Tidak Sampai Mengganggu Orang Tidur
Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam memberikan
tuntunan dalam mengucapkan salam hendaknya tidak menggunakan suara yang keras
sehingga membangunkan orang yang lagi tidur. Hal ini disebutkan dalam hadits
dari Tirmidzi:
سنن الترمذي ٢٦٤٣: حَدَّثَنَا سُوَيْدٌ أَخْبَرَنَا عَبْدُ
اللَّهِ بْنُ الْمُبَارَكِ أَخْبَرَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ الْمُغِيرَةِ حَدَّثَنَا ثَابِتٌ
الْبُنَانِيُّ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي لَيْلَى عَنْ الْمِقْدَادِ بْنِ الْأَسْوَدِ
قَالَ
أَقْبَلْتُ أَنَا وَصَاحِبَانِ لِي قَدْ ذَهَبَتْ أَسْمَاعُنَا
وَأَبْصَارُنَا مِنْ الْجَهْدِ فَجَعَلْنَا نَعْرِضُ أَنْفُسَنَا عَلَى أَصْحَابِ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَيْسَ أَحَدٌ يَقْبَلُنَا فَأَتَيْنَا النَّبِيَّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَتَى بِنَا أَهْلَهُ فَإِذَا ثَلَاثَةُ أَعْنُزٍ
فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ احْتَلِبُوا هَذَا اللَّبَنَ
بَيْنَنَا فَكُنَّا نَحْتَلِبُهُ فَيَشْرَبُ كُلُّ إِنْسَانٍ نَصِيبَهُ وَنَرْفَعُ
لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَصِيبَهُ فَيَجِيءُ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ اللَّيْلِ فَيُسَلِّمُ تَسْلِيمًا
لَا يُوقِظُ النَّائِمَ وَيُسْمِعُ الْيَقْظَانَ ثُمَّ يَأْتِي الْمَسْجِدَ فَيُصَلِّي
ثُمَّ يَأْتِي شَرَابَهُ فَيَشْرَبُهُ
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ
Sunan Tirmidzi 2643: dari Al Miqdad bin Al Aswad ia
berkata; Aku pergi bersama dua temanku, pendengaran dan penglihatan kami sudah
tiada karena faktor keletihan (karena kelaparan), kami menawarkan diri kepada
para sahabat nabi shallallahu 'alaihi wasallam, tapi tidak seorang pun menerima
kami, lalu kami mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, maka beliau
membawa kami menuju keluarga beliau, di sana ada tiga kambing, nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Perahlah susu ini untuk kita." Kami
memerahnya lalu masing-masing meminum bagiannya, kami mengangkat bagian
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, pada malam harinya Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam tiba, beliau mengucapkan salam dengan salam yang
tidak membangunkan orang tidur dan bisa didengar oleh yang terjaga. Setelah itu
beliau pergi ke masjid lalu shalat, selanjutnya beliau mendatangi minuman
beliau kemudian meminumnya. Abu Isa berkata; Hadits ini hasan shahih.
10.Larangan Mengucapkan Salam Pada Kondisi/Saat Tertentu
Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam melarang seseorang untuk menjawab salam (
Pengecualian kewajiban menjawab salam):
a.Ketika
sedang solat.
Membalas ucapan salam ketika solat membatalkan
solatnya. Sebagaimana sabda Rasullullah shallallahu'alahi wa sallam :
سنن النسائي ١٢٠٥: أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ
بْنِ عَمَّارٍ قَالَ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي غَنِيَّةَ وَاسْمُهُ يَحْيَى بْنُ عَبْدِ
الْمَلِكِ وَالْقَاسِمُ بْنُ يَزِيدَ الْجَرْمِيُّ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ الزُّبَيْرِ
بْنِ عَدِيٍّ عَنْ كُلْثُومٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ وَهَذَا حَدِيثُ الْقَاسِمِ
قَالَ
كُنْتُ آتِي النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَهُوَ يُصَلِّي فَأُسَلِّمُ عَلَيْهِ فَيَرُدُّ عَلَيَّ فَأَتَيْتُهُ فَسَلَّمْتُ
عَلَيْهِ وَهُوَ يُصَلِّي فَلَمْ يَرُدَّ عَلَيَّ فَلَمَّا سَلَّمَ أَشَارَ إِلَى الْقَوْمِ
فَقَالَ إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَعْنِي أَحْدَثَ فِي الصَّلَاةِ أَنْ لَا تَكَلَّمُوا
إِلَّا بِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا يَنْبَغِي لَكُمْ وَأَنْ تَقُومُوا لِلَّهِ قَانِتِينَ
Sunan Nasa'i 1205: dari 'Abdullah bin Mas'ud dia
berkata; "Aku datang kepada Rasulullah Shalallah 'Alaihi Wa Sallam yang
sedang shatat lalu memberi salam kepadanya, dan beliau membalas salamku. Disaat
yang lain, aku datang kepada beliau yang sedang shalat, dan beliau tidak
membalas salamku. Setelah salam, beliau mengisyaratkan kepada kaum lalu
bersabda: 'Allah Azza wa Jalla telah menetapkan hukum perihal shalat yaitu,
agar kalian jangan berbicara kecuali dzikir kepada Allah dan apa yang patut
bagi kalian, serta agar kalian berdiri tegak kepada Allah dengan tunduk'."
b..Khatib yang sedang berhotbah, orang yang sedang membaca
Al-Quran, atau seseorang yang sedang mengumandangkan Adzan atau Iqamah, atau
sedang mengajarkan kitab-kitab Islam.
c.Ketika sedang buang air atau berada di bilik
mandi.Sebagaimana yang disebutkan dalam Sunan Nasa’i :
سنن النسائي ٣٨: أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ قَالَ
حَدَّثَنَا مُعَاذُ بْنُ مُعَاذٍ قَالَ أَنْبَأَنَا سَعِيدٌ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ الْحَسَنِ
عَنْ حُضَيْنٍ أَبِي سَاسَانَ عَنْ الْمُهَاجِرِ بْنِ قُنْفُذٍ
أَنَّهُ سَلَّمَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ وَهُوَ يَبُولُ فَلَمْ يَرُدَّ عَلَيْهِ حَتَّى تَوَضَّأَ فَلَمَّا تَوَضَّأَ
رَدَّ عَلَيْهِ
Sunan Nasa'i 38: dari Al Hasan dari Hudlain Abu
Saasan dari Al Muhajir bin Qunfudz " Ia pernah memberi salam kepada
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ketika ia sedang buang air kecil, dan
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak membalas salamnya. Setelah
berwudlu beliau membalas salamnya."
11. Berusaha Membalas Salam Dengan yang Lebih Baik
atau Minimal sama dengan yang diucapkan oleh pemberi salam
Maksudnya, tidak layak kita membalas salam orang
lain dengan salam yang lebih sedikit. Sebagaimana Allah berfirman yang
وَإِذَا حُيِّيْتُم بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّواْ بِأَحْسَنَ
مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ حَسِيبًا
penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan
yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang
serupa) [327]. Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu. ( QS. An
Nisaa : 86 )
Keterangan :
[327]
Penghormatan dalam Islam ialah : dengan mengucapkan
"Assalamu'alaikum".
12. Larangan Menyampaikan Salam Kepada Orang Kafir
Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam mengajarkan
haramnya kita memulai bersalam kepada orang-orang kafir dan caranya menjawab
salam kepada mereka , sesuai sabda beliau :
سنن الترمذي ٢٦٢٤: حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا عَبْدُ
الْعَزِيزِ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ سُهَيْلِ بْنِ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ لَا تَبْدَءُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى بِالسَّلَامِ وَإِذَا لَقِيتُمْ أَحَدَهُمْ
فِي الطَّرِيقِ فَاضْطَرُّوهُمْ إِلَى أَضْيَقِهِ
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ
Sunan Tirmidzi 2624: dari Abu Hurairah bahwa
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Janganlah kalian
memulai salam terhadap orang-orang Yahudi dan Nasrani, apbila kalian menamui
salah seorang dari mereka di jalan, maka paksalah mereka ke (jalan) yang paling
sempit." Abu Isa berkata; Hadits ini hasan shahih.
Di hadits yang lain disebutkan :
صحيح مسلم ٤٠٣٠: حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا
عَبْدُ الْعَزِيزِ يَعْنِي الدَّرَاوَرْدِيَّ عَنْ سُهَيْلٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ لَا تَبْدَءُوا الْيَهُودَ وَلَا النَّصَارَى بِالسَّلَامِ فَإِذَا لَقِيتُمْ
أَحَدَهُمْ فِي طَرِيقٍ فَاضْطَرُّوهُ إِلَى أَضْيَقِهِ
و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ
بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ ح و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ
وَأَبُو كُرَيْبٍ قَالَا حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ سُفْيَانَ ح و حَدَّثَنِي زُهَيْرُ
بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ كُلُّهُمْ عَنْ سُهَيْلٍ بِهَذَا الْإِسْنَادِ وَفِي
حَدِيثِ وَكِيعٍ إِذَا لَقِيتُمْ الْيَهُودَ وَفِي حَدِيثِ ابْنِ جَعْفَرٍ عَنْ شُعْبَةَ
قَالَ فِي أَهْلِ الْكِتَابِ وَفِي حَدِيثِ جَرِيرٍ إِذَا لَقِيتُمُوهُمْ وَلَمْ يُسَمِّ
أَحَدًا مِنْ الْمُشْرِكِينَ
Shahih Muslim
4030:
dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Janganlah kalian mendahului orang-orang Yahudi dan Nasrani memberi salam.
Apabila kalian berpapasan dengan salah seorang di antara mereka di jalan, maka
desaklah dia ke jalan yang paling sempit." Dan telah menceritakan kepada
kami Muhammad bin Al Mutsanna; Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far;
Telah menceritakan kepada kami Syu'bah; Demikian juga diriwayatkan dari jalur
yang lain; Dan telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah dan Abu
Kuraib keduanya berkata; Telah menceritakan kepada kami Waki' dari Sufyan;
Demikian juga diriwayatkan dari jalur yang lain; Dan telah menceritakan
kepadaku Zuhair bin Harb; Telah menceritakan kepada kami Jarir seluruhnya dari
Suhail melalui sanad ini. Dan di dalam Hadits Waki' disebutkan; 'Apabila kalian
bertemu dengan orang Yahudi.' Sedangkan dalam Hadits Ibnu Ja'far dari Syu'bah
dia berkata mengenai ahlu kitab juga di dalam Hadits Jarir dengan lafazh;
'Apabila kalian bertemu dengan mereka.' (tanpa menyebutkan salah seorang di
antara mereka).
Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam mengajarkan
bagaimana cara menjawab orang Yahudi
yang memberikan salam, seperti yang disebutkan dalam hadits dibawah ini :
صحيح مسلم ٤٠٢٦: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى وَيَحْيَى
بْنُ أَيُّوبَ وَقُتَيْبَةُ وَابْنُ حُجْرٍ وَاللَّفْظُ لِيَحْيَى بْنِ يَحْيَى قَالَ
يَحْيَى بْنُ يَحْيَى أَخْبَرَنَا وَقَالَ الْآخَرُونَ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ وَهُوَ
ابْنُ جَعْفَرٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ أَنَّهُ سَمِعَ ابْنَ عُمَرَ يَقُولُا
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إِنَّ الْيَهُودَ إِذَا سَلَّمُوا عَلَيْكُمْ يَقُولُ أَحَدُهُمْ السَّامُ عَلَيْكُمْ
فَقُلْ عَلَيْكَ
و حَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ
عَنْ سُفْيَانَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ عَنْ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمِثْلِهِ غَيْرَ أَنَّهُ قَالَ فَقُولُوا وَعَلَيْكَ
Shahih Muslim 4026: dari 'Abdullah bin Dinar bahwa ia
mendengar Ibnu 'Umar berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Orang-orang Yahudi, bila mereka memberi salam kepadamu, maka salah
seorang di antara mereka ada yang mengucapkan: Assaamu 'alaikum (semoga
kematian bagi kalian). Maka jawablah: 'Alaika!" Dan telah menceritakan
kepadaku Zuhair bin Harb; Telah menceritakan kepada kami 'Abdur Rahman dari
Sufyan dari 'Abdullah bin Dinar dari Ibnu 'Umar dari Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam dengan redaksi yang serupa. Hanya saja dia berkata; 'Maka ucapkanlah
oleh kalian; 'Wa Alaika.'
Dalam hadits yang lain disebutkan :
صحيح مسلم ٤٠٢٥: حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُعَاذٍ
حَدَّثَنَا أَبِي ح و حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ حَبِيبٍ حَدَّثَنَا خَالِدٌ يَعْنِي
ابْنَ الْحَارِثِ قَالَا حَدَّثَنَا شُعْبَةُ ح و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى
وَابْنُ بَشَّارٍ وَاللَّفْظُ لَهُمَا قَالَا حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا
شُعْبَةُ قَالَ سَمِعْتُ قَتَادَةَ يُحَدِّثُ عَنْ أَنَسٍ
أَنَّ أَصْحَابَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالُوا لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ أَهْلَ الْكِتَابِ يُسَلِّمُونَ
عَلَيْنَا فَكَيْفَ نَرُدُّ عَلَيْهِمْ قَالَ قُولُوا وَعَلَيْكُمْ
Shahih Muslim 4025: dari Anas bahwa Para sahabat Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam bertanya kepada beliau: 'Sesungguhnya Ahli Kitab
memberi salam kepada kami, bagaimana kami menjawabnya? ' Jawab beliau:
'Ucapkan: Wa'alaikum'.
Kapan dan Dimana Saja Memberi Salam
Islam memberikan tuntunan kepada seluruh umatnya
dalam menyampaikan /memberikan ucapan salam
kepada sesama saudara muslim tidak hanya terbatas pada waktu dan
tempat-tempat tertentu saja, tetapi pada semua waktu dan tempat antara lain :
1.Bertemu dengan sesama muslim yang dikenal
sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits, dari Abu Hurairah Radhiyallahu
'anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
سنن أبي داوود ٤٥٢٤: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ سَعِيدٍ
الْهَمْدَانِيُّ حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ قَالَ أَخْبَرَنِي مُعَاوِيَةُ بْنُ صَالِحٍ
عَنْ أَبِي مُوسَى عَنْ أَبِي مَرْيَمَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
إِذَا لَقِيَ أَحَدُكُمْ أَخَاهُ فَلْيُسَلِّمْ عَلَيْهِ
فَإِنْ حَالَتْ بَيْنَهُمَا شَجَرَةٌ أَوْ جِدَارٌ أَوْ حَجَرٌ ثُمَّ لَقِيَهُ فَلْيُسَلِّمْ
عَلَيْهِ أَيْضًا
قَالَ مُعَاوِيَةُ و حَدَّثَنِي عَبْدُ الْوَهَّابِ بْنُ
بُخْتٍ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِثْلَهُ سَوَاءٌ
Sunan Abu Daud 4524: dari Abu Hurairah ia berkata,
"Jika salah seorang dari kalian bertemu dengan saudaranya hendaklah ia
mengucapkan salam, jika kemudian keduanya terhalang oleh pohon, atau tembok,
atau batu, lalu bertemu kembali, hendaklah ia ucapkan salam lagi kepadanya."
2.
Bertemu dengan sesama saudara muslim
yang tidak dikenal, Abdullah bin
Amr radhyallaahu’anhu mengisahkan bahwa seseorang bertanya kepada Rasulullah
shalallahu’alahi wa sallam :
صحيح البخاري ١١: حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ خَالِدٍ قَالَ
حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ يَزِيدَ عَنْ أَبِي الْخَيْرِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا
أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ أَيُّ الْإِسْلَامِ خَيْرٌ قَالَ تُطْعِمُ الطَّعَامَ وَتَقْرَأُ السَّلَامَ
عَلَى مَنْ عَرَفْتَ وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْ
Shahih Bukhari 11: Telah menceritakan kepada kami
'Amru bin Khalid berkata, Telah menceritakan kepada kami Al Laits dari Yazid
dari Abu Al Khair dari Abdullah bin 'Amru; Ada seseorang yang bertanya kepada
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam; "Islam manakah yang paling baik?"
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Kamu memberi makan,
mengucapkan salam kepada orang yang kamu kenal dan yang tidak kamu kenal
3.Bertemu dengan sesama saudara muslim ditempat-tempat umum
seperti di pasar atau di pusat-pusat perbelanjaan, hal ini didasarkan kepada
hadits diriwayatkan dari At-Thufail :
موطأ مالك ١٥١٧: و حَدَّثَنِي عَنْ مَالِك عَنْ إِسْحَقَ
بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي طَلْحَةَ أَنَّ الطُّفَيْلَ بْنَ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ
أَخْبَرَهُ
أَنَّهُ كَانَ يَأْتِي عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ فَيَغْدُو
مَعَهُ إِلَى السُّوقِ قَالَ فَإِذَا غَدَوْنَا إِلَى السُّوقِ لَمْ يَمُرَّ عَبْدُ
اللَّهِ بْنُ عُمَرَ عَلَى سَقَاطٍ وَلَا صَاحِبِ بِيعَةٍ وَلَا مِسْكِينٍ وَلَا أَحَدٍ
إِلَّا سَلَّمَ عَلَيْهِ قَالَ الطُّفَيْلُ فَجِئْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ يَوْمًا
فَاسْتَتْبَعَنِي إِلَى السُّوقِ فَقُلْتُ لَهُ وَمَا تَصْنَعُ فِي السُّوقِ وَأَنْتَ
لَا تَقِفُ عَلَى الْبَيِّعِ وَلَا تَسْأَلُ عَنْ السِّلَعِ وَلَا تَسُومُ بِهَا وَلَا
تَجْلِسُ فِي مَجَالِسِ السُّوقِ قَالَ وَأَقُولُ اجْلِسْ بِنَا هَاهُنَا نَتَحَدَّثُ
قَالَ فَقَالَ لِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ يَا أَبَا بَطْنٍ وَكَانَ الطُّفَيْلُ
ذَا بَطْنٍ إِنَّمَا نَغْدُو مِنْ أَجْلِ السَّلَامِ نُسَلِّمُ عَلَى مَنْ لَقِيَنَا
Muwatha' Malik 1517:
dari Ishaq bin Abdullah bin Abu Thalhah bahwa Thufail bin Ubay bin Ka'b
mengabarkan kepadanya, bahwa dia pernah mendatangi Abdullah bin Umar lalu dia
pergi ke pasar bersamanya. Thufail bin Ubay berkata; "Ketika kami pergi ke
pasar, tidaklah Abdullah bin Umar melewati rakyat jelata, atau para penjual
atau orang miskin atau siapa pun kecuali dia memberinya salam." Thufail
berkata; "Pada suatu hari aku menemui Abdullah bin Umar, lalu dia
mengajakku pergi ke pasar, aku bertanya kepadanya, "Apa yang engkau
kerjakan di pasar padahal engkau tidak berhenti ke sebuah toko, atau menanyakan
barang, tidak menawar sesuatu, atau duduk di tempat penjualan?" dia
menjawab, "Aku katakan, "Duduklah di sini kita bicarakan
sesuatu." lalu Abdullah bin Umar berkata kepadaku, "Wahai Abu Bathn
(perut besar)! -karena ketika itu Thufail perutnya besar-, kita pergi ke pasar
hanya untuk mengucapkan salam kepada siapapun yang kita temui'."
4.
Memasuki masjid
Menyampaikan ucapan salam, tanpa membedakan orang
yang disalami, baik ia di dalam atau di luar masjid. Bahkan Sunnah yang shahih
telah menunjukkan disyari’atkannya mengucapkan salam kepada orang yang di dalam
masjid, baik orang itu sedang shalat ataupun tidak. Hal ini ditunjukkan oleh
hadits Rasullullah shallallahu’alahi wa sallam sebagai dalil disyari’atkan
memberi salam ketika memasuki masjidari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu :
صحيح البخاري ٧٥١: حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ قَالَ أَخْبَرَنِي
يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنَا سَعِيدٌ الْمَقْبُرِيُّ
عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ
الْمَسْجِدَ فَدَخَلَ رَجُلٌ فَصَلَّى ثُمَّ جَاءَ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرَدَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
عَلَيْهِ السَّلَامَ فَقَالَ ارْجِعْ فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ فَصَلَّى ثُمَّ
جَاءَ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ ارْجِعْ
فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ ثَلَاثًا فَقَالَ وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ فَمَا
أُحْسِنُ غَيْرَهُ فَعَلِّمْنِي قَالَ إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلَاةِ فَكَبِّرْ ثُمَّ
اقْرَأْ مَا تَيَسَّرَ مَعَكَ مِنْ الْقُرْآنِ ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا
ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَعْتَدِلَ قَائِمًا ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا
ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا
ثُمَّ افْعَلْ ذَلِكَ فِي صَلَاتِكَ كُلِّهَا
Shahih Bukhari 751: dari Abu Hurairah, bahwa Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam masuk ke dalam Masjid, lalu ada seorang laki-laki
masuk ke dalam Masjid dan shalat, kemudian orang itu datang dan memberi salam
kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Lalu Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam menjawab salamnya kemudian bersabda: "Kembali dan ulangilah
shalatmu, karena kamu belum shalat!" Orang itu kemudian mengulangi shalat
dan kembali datang menghadap kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sambil
memberi salam. Namun beliau kembali bersabda: "Kembali dan ulangilah
shalatmu karena kamu belum shalat!" Beliau memerintahkan orang ini sampai
tiga kali dan akhirnya, sehingga ia berkata, "Demi Dzat yang mengutus tuan
dengan kebenaran, aku tidak bisa melakukan yang lebih baik dari itu. Maka
ajarilah aku." Beliau pun bersabda: "Jika kamu mengerjakan shalat
maka bertakbirlah, lalu bacalah ayat yang mudah dari Al Qur'an. Kemudian
rukuklah hingga benar-benar rukuk dengan tenang, lalu bangkitlah (dari rukuk)
hingga kamu berdiri tegak, setelah itu sujudlah sampai benar-benar sujud, lalu
angkat (kepalamu) untuk duduk hingga benar-benar duduk, Setelah itu sujudlah
sampai benar-benar sujud, Kemudian lakukanlah seperti cara tersebut di
seluruh shalat (rakaat) mu.
5.Memasuki
ruang pertemuan, memberikan salam apabila memasuki majelis pertemuan yang
di dalamnya terdapat berbagai campuran antara kaum Muslimin dan kaum kafir,
sebagaimana hadits dari Usamah r.a. bahawasanya Nabi s.a.w. berjalan melalui
suatu majlis - pertemuan, yang di dalamnya terdapat berbagai campuran antara
kaum Muslimin dan kaum musyrikin iaitu para penyembah berhala dan ada pula
orang Yahudi, lalu Nabi s.a.w. memberikan salam kepada mereka." (Muttafaq
'alaih)
6.Memasuki
majelis ilmu, seseorang yang memasuki majelis maupun
yang akan meninggalkannya diperintahkan oleh Rasullullah shallallahu’alaihi wa
sallam untuk memberi salam sesuai dengan sabda rasullullah shallallahu’alaihi
wa sallam :
سنن أبي داوود
٤٥٣٢: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ وَمُسَدَّدٌ قَالَا حَدَّثَنَا بِشْرٌ يَعْنِيَانِ
ابْنَ الْمُفَضَّلِ عَنْ ابْنِ عَجْلَانَ عَنْ الْمَقْبُرِيِّ قَالَ مُسَدَّدٌ سَعِيدُ
بْنُ أَبِي سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيُّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إِذَا انْتَهَى أَحَدُكُمْ إِلَى الْمَجْلِسِ فَلْيُسَلِّمْ فَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَقُومَ
فَلْيُسَلِّمْ فَلَيْسَتْ الْأُولَى بِأَحَقَّ مِنْ الْآخِرَةِ
Sunan Abu Daud 4532: Telah menceritakan kepada kami
Ahmad bin Hanbal dan Musaddad keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami
Bisyr -yang dimaksud oleh keduanya adalah Bisyr bin Al Mufadhdhal- dari Ibnu
Ajlan dari Al Maqburi -Musaddad berkata; Said bin Abu Said Al Maqburi- dari Abu
Hurairah ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Jika salah seorang dari kalian sampai pada suatu majlis hendaklah ia
mengucapkan salam, dan jika akan bangkit hendaklah mengucapkan salam, dan
tidaklah yang pertama itu lebih berhak dari yang terakhir."
7.
Meminta izin Untuk Memasuki rumah orang lain,
hal ini sesuai dengan firman Allah ta’ala :
.Allah Ta'ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَدْخُلُوا بُيُوتًا
غَيْرَ بُيُوتِكُمْ حَتَّى تَسْتَأْنِسُوا وَتُسَلِّمُوا عَلَى أَهْلِهَا ذَلِكُمْ
خَيْرٌ لَّكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu
sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu
lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.(QS.An
Nuur: 27)
8.Memasuki
rumah sendiri, berkenaan dengan hal ini Allah ta’ala
berfirman :
لَيْسَ عَلَى الْأَعْمَى
حَرَجٌ وَلَا عَلَى الْأَعْرَجِ حَرَجٌ وَلَا عَلَى الْمَرِيضِ حَرَجٌ وَلَا عَلَى
أَنفُسِكُمْ أَن تَأْكُلُوا مِن بُيُوتِكُمْ أَوْ بُيُوتِ آبَائِكُمْ أَوْ بُيُوتِ
أُمَّهَاتِكُمْ أَوْ بُيُوتِ إِخْوَانِكُمْ أَوْ بُيُوتِ أَخَوَاتِكُمْ أَوْ بُيُوتِ
أَعْمَامِكُمْ أَوْ بُيُوتِ عَمَّاتِكُمْ أَوْ بُيُوتِ أَخْوَالِكُمْ أَوْ بُيُوتِ
خَالَاتِكُمْ أَوْ مَا مَلَكْتُم مَّفَاتِحَهُ أَوْ صَدِيقِكُمْ لَيْسَ عَلَيْكُمْ
جُنَاحٌ أَن تَأْكُلُوا جَمِيعًا أَوْ أَشْتَاتًا فَإِذَا دَخَلْتُم بُيُوتًا فَسَلِّمُوا
عَلَى أَنفُسِكُمْ تَحِيَّةً مِّنْ عِندِ اللَّهِ مُبَارَكَةً طَيِّبَةً كَذَلِكَ يُبَيِّنُ
اللَّهُ لَكُمُ الْآيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُون
Tidak
ada halangan bagi orang buta, tidak (pula) bagi orang pincang, tidak (pula)
bagi orang sakit, dan tidak (pula) bagi dirimu sendiri, makan (bersama-sama
mereka) dirumah kamu sendiri atau dirumah bapak-bapakmu, dirumah ibu-ibumu,
dirumah saudara- saudaramu yang laki-laki, di rumah saudaramu yang perempuan,
dirumah saudara bapakmu yang laki-laki, dirumah saudara bapakmu yang perempuan,
dirumah saudara ibumu yang laki-laki, dirumah saudara ibumu yang perempuan,
dirumah yang kamu miliki kuncinya [1052] atau dirumah kawan-kawanmu. Tidak ada
halangan bagi kamu makan bersama-sama mereka atau sendirian. Maka apabila kamu
memasuki (suatu rumah dari) rumah- rumah (ini) hendaklah kamu memberi salam
kepada (penghuninya yang berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri, salam
yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkat lagi baik. Demikianlah
Allah menjelaskan ayat-ayatnya(Nya) bagimu, agar kamu memahaminya.(QS.An
Nuur : 61)
Keutamaan Dan Hikmah Mengucapkan
Salam
Tiadalah satupun dalam hal agama melainkan
daripadanya memiliki banyak keutamaan dan hikmah yang terkandung di dalamnya.
Begitu pula halnya dengan bersalam ( saling mengucapkan salam kepada sesama
saudara muslim) terkandung beberapa keutamaan dan hikmah. Sehingga banyak sekali tentang
salam ini diungkapkan dalam
al-Qur’an dan as-Sunnah. Beberapa keutamaan dan hikmah oleh banyak ulama
disebutkan antara lain :
1.As-Salam adalah salah satu Nama Allah yang
diletakkan-Nya di muka bumi, maka oleh Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam
kepada umatnya diperintahkan untuk disebarkan utnuk menghidupkan sunnah ,
hingga tercipta kasih sayang diantara kita dan keselamatan .Karena salam
penghormatan tidak berlangsung kecuali di antara dua orang yang mencara
keselamatan, bukan diantara dua orang yang menginginkan tipu daya .
2.Mengucapkan salam adalah salah satu ibadah karena
seseorang yang mengucapkan salam telah melaksanakan keta’atan kepada Allah
subhanahu wa ta’ala dan Rasullullah shallallahu’alahi wa sallam, mengingat
ucapan salam itu diperintahkan oleh agama. Karena insya Allah mendapatkan
ganjaran pahala .
3. Menyebarkan salam merupakan sebab masuk surga ,
sebagaimana Imam
Muslim meriwayatkannya dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah
radhyallahu’anhu ia berkata, Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda
: Kalian tidak masuk surga hingga kalian beriman,dan kalian tidak beriman
hingga kalian saling mencintai.Maukah kalian aku tunjukkan suatu perkara yang
bila kalian saling mencintgai?Sebarkanlah salam diantara kalian.
4.Ucapan salam termasuk dari salah satu syiar Islam
yang paling nampak, Allah menjadikannya sebagai ucapan selamat di antara kaum muslimin dan Dia menjadikannya sebagai salah satu dari
hak-hak seorang muslim dari saudaranya. Rasul-Nya -alaihishshalatu wassalam-
juga telah memerintahkan untuk menyebarkan syiar ini dan beliau mengabarkan
bahwa menyebarkan salam termasuk dari sebab-sebab tersebarnya rasa cinta dan
kasih sayang di tengah-tengah kaum muslimin, yang mana tersebarya cinta dan
kasih sayang di antara mereka merupakan salah satu sebab untuk masuk ke dalam
surga.
5.Ucapan salam termasuk ucapan yang berberkah, dan
di antara keberkahannya adalah jika dia didengar maka hati orang yang
mendengarnya akan dengan ikhlas segera menjawab dan mendatangi orang yang
mengucapkannya. (Al-Fath: 11/18) Karenanya tidak sepantasnya seorang muslim
membatasi ucapan salam hanya untuk sebagian orang (yakni yang dia kenal) dan
tidak kepada yang lainnya (yang dia tidak kenal). Bahkan di antara tanda
baiknya keislaman seseorang adalah dia mengucapkan salam kepada orang yang
tidak dia kenal sebagaimana kepada orang yang dia kenal
.
6.Al-Imam An Nawawi
menjelaskan bahwa ucapan salam merupakan pintu pertama kerukunan dan
kunci pembuka yang membawa rasa cinta. Dengan menyebarkan salam, semakin kokoh
kedekatan antara kaum muslimin, serta menampakkan syi’ar mereka yang berbeda
dengan para pemeluk agama lain. Di samping itu, di dalamnya juga terdapat
latihan bagi jiwa seseorang untuk senantiasa berendah diri dan mengagungkan
kehormatan kaum muslimin yang lainnya. (Syarh Shahih Muslim, 2/35)
7.Islam memperkenalkan ungkapan Assalamu ‘alaikum.
Artinya, semoga kamu terselamatkan dari segala duka, kesulitan dan nestapa.
Ibnu Al-Arabi di dalam kitabnya Al-Ahkamul Qur’an mengatakan bahawa Salam
adalah salah satu ciri-ciri Allah subhanahu wa ta’ala dan bermakna Semoga Allah
menjadi kan kalian selamat dan sejahtera.
Ungkapan Islami ini sangat berbobot karena Salam
bukan sekedar ungkapan kasih-sayang, tetapi memberikan juga alasan dan logik
kasih-sayang yang di wujudkan dalam bentuk doa pengharapan agar anda selamat
dari segala macam duka-derita.
.
8.Salam mengingatkan kita bahwa kita semua
bergantung kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Tidak satupun makhluk yang dapat
menghalangi atau memberikan manfaat kepada siapapun juga tanpa perkenan Allah
subhanahu wa ta’ala.
9.Ucapan salam adalah doa seseorang kepada saudara
sesama muslim lainnya, dimana doa tersebut mempunyai keistimewaan
Karena ketika
seseorang mengatakan kepada kita, “Aku berdoa semoga kamu sejahtera.” Maka dia
menyatakan dan berjanji bahawa anda aman dari tangan (perlakuan)nya, lidah
(lisan)nya, dan dia akan menghormati hak hidup, kehormatan, dan harga-diri
anda. Sebagaimana yang
dikatakan Ibnu Al-Arabi didalam Ahkamul Qur’an mengatakan: Tahukah kamu arti
Salam? Orang yang mengucapkan Salam itu memberikan pernyataan bahawa ‘kamu
tidak terancam dan aman sepenuhnya dari diriku.’
10.Semakin banyak kita menyampaikan ucapan salam
yang berarti mendoakan orang lain, maka kitapun akan mendapatkan doa yang
serupa dari orang banyak, doa agar kita mendapatkan keselamatan dan
kesejahteraan yang maknanya sangat dalam dan luas.
11. Mengucapkan salam merupakan Sunnah Para Nabi dan
Rasul sebagaimana yang diungkapkan dalam hadits dariAbu Hurairah
radhyallahu’anhu mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:”Ketika Allah telah menjadikan Adam,
maka Allah memerintahkan:”Pergilah kepada para Malaikat dan ucapkan salam
kepada mereka yang tengah duduk. Dengarkanlah jawaban salam mereka, karena itu
akan menjadi ucapan salam bagi kamu dan anak cucumu kelak!” Maka pergilah Nabi
Adam dan mengucapkan:”Asalaamu ‘alaikum!” Para Malaikat menjawab:”Assalaamu
‘alaika warahmatullaah!” Mereka menambah warahmatullaah” (HR. Bukhary dan
Muslim).
Dengan
mengucapkan salam berarti kita telah mengikuti sunnah Rasullullah
shallallhu’alaihi wa sallam sebagai Nabi yang paling dicintai oleh umat.
P e n u t u p
As-Salam adalah salah satu Nama Allah yang
diletakkan-Nya di muka bumi, maka oleh Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam
kepada umatnya diperintahkan untuk disebarkan utnuk menghidupkan sunnah ,
hingga tercipta kasih sayang diantara kita dan keselamatan .Karena salam
penghormatan tidak berlangsung kecuali di antara dua orang yang mencara
keselamatan, bukan diantara dua orang yang menginginkan tiupu daya .
Mengucapkan salam kepada sesama Muslim adalah
perkara yang terpuji dan disukai dalam Islam. Dengan perbuatan ini hati kaum
Muslimin dapat saling bersatu dan berkasih sayang di antara mereka. Sunnah ini
sudah lama diamalkan oleh para sahabat -radhiyallahu ‘anhum-.
Mendoakan keselamatan sesama muslim ketika bertemu ngan adalah
sebagai bentuk manifestasi ( wujud ) dari silaturahim , sebagaimana juga yang
dilakukan oleh Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam .
Rasullullah shallallahu’alahi wa sallam mencontohkan
bagaimana beliau ketika berjumpa dengan seseorang, beliau menjabat tangan orang
tersebut dan mengucapkan salam ( mendoa’kan ).
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salalm
memerintahkan kepada kaum muslimin agar mengucapkan salam kepada saudaranya
ketika bertemu, karena dapat mempererat persatuan, menghilangkan kebencian dan
menumbuhkan rasa cinta.
Berdasarkan keterangan-keterangan diatas maka
seyogyanyalah sesama muslim ketika saling bertemu hendaknyalah mengucapkan
salam dan berjabatan tangan sebagai sebuah sunnah yang diwariskan oleh
Rasullullah shallallahu’alahi wa sallam.
Semakin banyak kita menyampaikan ucapan salam kepada
sesama muslim yang dijumpai yang berarti
mendoakan orang lain, maka kitapun akan mendapatkan doa yang serupa dari orang
banyak, doa agar kita mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan yang maknanya
sangat dalam dan luas.
Sejalan dengan itu maka sangatlah merugi apabila
orang-orang muslim yang mengabaikan perintah bersalam tersebut, rebutlah
keutamaan dan kebaikan mengucapkan salam dengan menjadikannya sebagai kebiasaan
dan budaya dalam keseharian kita. (
Wallaahu’alam )
Sumber :
1.Al Qur’an dan Terjemahan, www.salafi-db.com
2.Ensiklopedi Hadits Kitab 9
imam,www.lidwapusaka.com
3.Shahih Fadhail A’mal, Syaikh Ali bin Muhammad
al-Maghribi.
4.Wikipedia Indonesia
5.A rtikel www. Al-Atssyariyah
6. Artikel .www.darussallam.wordpress.com.
7.Artikel www.asy-syariah online
Selesai disusun ,Senin,waktu dhuha,16 Rabiul Awwal 1434H/28 Januari 2013
( musni japrie
Tidak ada komentar:
Posting Komentar