Senin, 26 September 2011

" Masih Ada hari Esok "



Mendung tidak lah selalu kelabu
Di baliknya masih ada mentari bersinar cerah
Malam tidaklah selalu kelam mencekam
Masih ada hari esok penuh harapan
Hujan badai takkan lama dan pasti berlalu
Kemarau kering kerontang melanda persada
Terhapus deraian air di musim penghujan
Menumbuh kembangkan permadani rerumputan
Rerantingan pepohonan tidaklah gersang selamanya
Karena akan bersemi pucuk-pucuk hijau semerbak

Laut tidak selamanya bergelora menghempaskan biduk
Laut tenang angin berhembus lembut menanti
Layar berkembang melaju dihembus angin daratan
Samudera luas seperti tak bertepi dikaki langit
Di ujungnya menanti pulau menjemput harapan
Bahtera tidaklah berlayar tanpa henti
Tepian tempat berlabuh selalu menanti

Jalan tidaklah selalu mendaki dan berliku
Di hadang krikil dan bebatuan tajam
Di ujungnya menanti jalan lurus dan mulus
Cerita tidaklah pernah tidak selesai
Panggung sandiwara pastilah usai
Derita kehidupan niscaya berujung
Masih ada hari esok penuh harapan

(By : Musni Japrie )
Kota Tepian, 17 September 2011

" Tidak Selamanya "



Pagi tidak selamanya menggumamkan cinta
Tetesan embun berangkat dijemput hujan kelabu
Kutilang tidak lagi melantunkan keriangan
Tenggelam dalam sepi
Derai lembut angin di pucuk dedaunan hijau terhenti
Desah angin daratan di laut membiru telah lalu
Yang ada hanya gelombang menghempas badai
Rembang petang tidak lagi berhias pelangi
Kemuning senja bermuram durja
Rembulan berlalu terhapus kelamnya malam
Bintang gemintang kehilangan kelipnya
Aroma sedap malam tersapu derunya sepi
Itulah rona kehidupan dalam lukisan
Adegan adegan dalam rentang waktu
Dunia sandiwara penuh gelak tawa
Akan usai kehabisan cerita
Tinggalah sepi sendiri memagut sunyi
Kehilangan rindu dan cinta masa lalu
Menunggu datangnya kisah-kisah baru kehidupan
(by : musni Japrie )

Kamis, 15 September 2011

" MAHA PEMURAH '



Belum ditadahkan tangan meminta
Engkau telah curahkan beragam nikmat
Tak terhitung jumlahnya
Bagi setiap makhluk bernyawa di hamparan bumi
Sungguh Engkau Maha Pemurah ya Rabb ……..

Belum sempat terucap mohon dan pinta
Engkau hamparkan rezeki ke bumi-Mu
Setiap insan mendapatkan bagiannya sendiri-sendiri
Engkau murahkan rezeki bagi hamba-hamba-Mu
Sesungguhnya Engkau Maha Pemberi Rezeki ya Rabb……

Kepada hamba yang durhaka
Kepada hamba yang patuh
Engkau tebarkan kemurahan-Mu
Engkau curahkan rezeki dari-Mu
Sesungguhnya Engkau Maha Pengasih bagi hamba-hamba-Mu

Meski Engkau Maha Pemurah
Meski Engkau Maha Pemberi rezeki
Meski Engkau Maha Pengasih
Masih banyak hamba-hamba-Mu yang durhaka
Masih banyak hamba-hamba-Mu yang ingkar

Ya Rabb Yang Maha Pemurah
Ya Rabb yang Maha Pemberi rezeki
Ya Rabb yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
Jangan Engkau jadikan kami hamba-hamba yang durhaka
Jangan Engkau jadikan kami hamba-hamba yang inkar
Masukkan kami kedalam golongan hamba-hamba-Mu yang bersyukur

Tepian Mahakam ,17 Syawal 1432 H /. 15 September 2011
By: Musni Japrie

Selasa, 13 September 2011

KUGENGGAM JEMARI-MU



( Puisi cinta untuk ibu dari anak-anakku
)

Sehati kita berdua nyanyikan lagu rindu
Kugengam jemarimu dalam sekeranjang bunga
Sebiduk berdua melaju disamudera cinta
Desah cemara laut dibawah awan kemuning melepas senja
Melaju dijemput purnama mengarungi malam
Berpagut dalam selimut rembulan
Berpacu merebut idaman diujung kaki langit

Kugenggam mesra tanganmu manis
Kukalungkan pelangi yang dipetik dari rembang petang
Angin daratan gemulai mengembangkan layar
Buih memutih diujung gelombang menyongsong pelabuhan cinta
Berlabuhnya dua hati dalam kedamaian
Dalam hari-hari yang tak pernah sepi
Mereguk rindu yang tak pernah henti

Bagaikan merpati yang kembali kekandang
Setelah lelah terbang menjelajahi awan
Hati ini selalu terpaut rindu dekapan hangatmu
Wangi rumput-rumputan, hutan belantara dan seribu bunga
Terikat dalam hidup penuh gairah
Meski mentari merayapi petang
Dan akhir senja datang menjelang.

14 September 2011
( by. Musni Japrie)

Minggu, 11 September 2011

" T A K U T "



Dalam keheningan di penghujung waktu
Tatkala malam berselimut kegelapan
Bulan tua memudar tersapu guratan awan
Renungan merayap perlahan menerawang jauh
Bertengger di pelataran padang masyhar
Tergambarkan keras dan pedihnya derita
Karena jauhnya ampunan dari-Nya

Bergetar tubuh terbawa goncangan hati
Ketakutan andaikan pinta yang ditadahkan tertolak oleh-Nya
Meneteslah titik-titik air disela-sela pelupuk mata
Hawatir andaikan istigfar tidak mau didengar oleh-Nya
Takut bila keikhlasan ternoda cinta kepada selain-Nya
Ketakutan akan ditolaknya ketaatan karena terselip ujub dan riya
Sedih mengingat kezaliman dan kemaksiatan yang lalu

Basah sajadah oleh tetesan airmata di kala fajar menyembul
Andaikan ketukan penjemput kematian sudah diambang pintu
Kehidupan ini masih tersisipi lumpur-lumpur duniawi
Bekal untuk memandang wajah-Mu hanya sebutir biji sawi
Ketakutan kepada Engkau menggayut di hati
Ketakutan bila Engkau enggan memberikan rahmat
Sungguh tidak sanggup diri ini menanggung kepedihan siksa-Mu

Bergetar persendian ini takut kepada-Mu
Mengingat amal ibadah hanyalah seberat zarah
Beban kesalahan bertumpuk menjadi gunung
Memberatkan anak timbangan dosa
Engkau Hakim Pemutus tidak mau menoleh
Tercampaklah diri ini dalam lembah api yang menyala
Hancur lebur dalam siksa berkepanjangan

Kesyukuran hanya setitik embun ditengah luasnya samudera nikmat-Mu
Amal ibadah hanyalah sebutir debu tak bernilai
Ampunan-Mu yang seluas bumi dan langit
Rahmat-Mu seluas jagat raya tak bertepi
Menghembuskan wewangian surga yang dirindukan
Menyinarkan harapanku pada-Mu.

Ujung Kota, ba’da isya 11 September 2011
( by : musni japrie )

Sabtu, 10 September 2011

" YA TUHAN-KU "



Tuhan-ku
Resah dan gelisah menyergap diri
Tersesat di belantara hutan kehidupan duniawi
Kelam tiada cahaya dilorong labirin yang menggurita
Berliku lereng terjal menghempaskan diri
Riuh rendah ajakan untuk mengembara di dalamnya
Tuhan-ku
Mata hati ini buta dari melihat keindahan surgawi
Terselubung pandangan indah gemerlap duniawi
Hati ini membeku dibalut kesombongan
Tidak pernah tergetar dengan sentuhan iman
Terbuai dalam lumpur kehidupan menyesakkan

Tuhan-ku
Tangan ini tidak pernah menadahkan tangan kepada-Mu
Kaki ini tidak pernah diajak melangkah menuju-Mu
Pendengaran ini tidak berkesempatan mendengarkan kalimah-Mu
Mata ini belum pernah meneteskan air penyesalan
Lisan ini belum pernah dibasahi dengan istigfar

Tuhan-ku
Teteskan embun pagi menyegarkan di kalbu ini
Mencairkan kebekuan dalam iman kepada-Mu
Nyalakan lentera pencerah hati
Tuntunlah langkah ini kejalan ridha-Mu
Basuhlah lumpur dalam diri ini dengan ampunan-Mu
Hamparkan persada untuk bersujud menghadap-Mu

Tuhan-ku
Balutkan hati yang terbelah ini dengan cinta-Mu
Sisipkan dalam jiwa ini kerinduan untuk-Mu
Teteskan embun tangisku dalam penyesalan
Bentangkan tangan-Mu menerima taubatku
Puaskan hasratku untuk kembali bercinta dengan-Mu

Tepian Mahakam, 13 Syawal 1432 H
( by : musni japrie )

Jumat, 09 September 2011

SENJA DI BIBIR PANTAI



Kusapukan tatapan mata kelaut lepas
Memandangi alunan gelombang berebut menjilat pantai
Debur ombak memecah buih membasahi pasir putih
Dibawah mentari petang menebarkan cahaya lembut
Menyapa burung camar yang terbang meniti laut

Laut membiru tak berujung
Perahu nelayan beriringan berlomba melaut
Kepak sayap elang laut pulang kesarang
Rembang petang beringsut menjemput warna kemuning
Riuh hati gundah gulana menyapa alam di bibir pantai
Merenung dibawah belaian angin lembut desiran daun cemara laut

Pasang air laut menyentuh rasa membasahi diri
B erdiri lunglai menanti senja di bibir pantai
Sepuhan warna kekuningan di langit petang semakin memudar
Terhapus lukisan senja merah tembaga
Mentari jauh dikaki langit beranjak pamit keperaduan

Alunan syahdu seruan menuju sang maha Pencipta
Menggelitik jiwa membangkitkan rasa
Bersujud dipersada hamparan hijau
Melepas rindu yang bergayut mesra
Menghantarkan senja indah dibibir pantai
Menjemput purnama dalam kalbu yang mengharu biru

Samarinda, 9 Agustus 2011
( by : Musni Japrie )

Kamis, 08 September 2011

" KUFUR NIKMAT "


Purnama bertahta diatas singgasananya diufuk timur
Menyirimkan cahaya kemilau menerpa daun dan rerumputan hijau
Malam terang benderang bertaburan mutiara gemintang di kejauhan
Gemersik suara jangkerik menambah kesyahduan malam
Melukiskan indahnya malam dengan wewangian bunga memikat
Tergetarkah hati hamba memandang anugerah Illahi
Membisikkan tahmid memuji Sang Pemberi nikmat
Ataukah hanya terlena dan hanyut dalam hayal
Larut dalam suka ria yang melalaikan kesyukuran kepada-Nya

Betapa banyak anugerah nikmat yang tak ternilai
Mengalir dari sumber-Nya tak pernah surut
Silih berganti berdatangan beriringan menyapa setiap hamba
Dalam setiap desahan nafas terkandung nikmat tak terputus
Dalam setiap dentangan detik nikmat merajut jalinan hidup
Tetapi banyak hamba yang lupa kepada Rabb Sang Pemberi nikmat
Kebanyakan manusia hanya sibuk menghayati berbagai kenikmatan
Lisannya bisu dari melantunkan tahmid
Hatinya kaku dari mengagungkan Sang Khalik yang tak henti mengalirkan nikmat
Anggauta tubuhnya tak pernah mengamalkan ketaatan
Rukuk dan bersujud menghambakan diri di depan Sang Pencipta

Sungguh kebanyakan hamba telah ingkar
Kufur akan segala nikmat yang tidak dapat dihitung
Melupakan asal datangnya nikmat
Mereguk dengan rakus segala kenikmatan
Tidak segan menanggung beban hutang
Merangkul kenikmatan tanpa memberikan balasan
Walaupun hanya sekedar rasa syukur kepada Yang Memberi
Sungguh kebanyakan hamba telah kufur akan nikmat Allah

Tepian Mahakam, 7 Agustus 2011
( by: musni Japrie )

Minggu, 04 September 2011

SENJA SEMAKIN MENDEKAT



Berdiri aku didepan cermin
Memandangi diri dan merenung
Ketampanan yang dibanggakan telah sirna dimakan zaman
Kini hanyalah sebatang tubuh yang merapuh
Mentari pagi yang ceria beringsut semakin meninggi
Rembang petang menjemput senja

Ketukan pintu penjemput pastilah datang
Menghantarkan ketempat penantian di liang lahat
Bergetar hati mengingatnya, menggigil ketakutan
Tubuh ini tidak mampu menanggung siksa
Yang meluluh lantakkan diri
Akibat acuh atas cinta dari-Nya

Tubuh yang rapuh dimakan umur
Bertabur diatasnya lumpur-lumpur kehidupan
Tubuh yang tidak pernah rukuk dan bersujud
Langkah kaki yang diayunkan ke kolam kenikmatan dunia
Lisan yang kaku dalam menyebut nama-Nya
Hati yang tidak pernah menyiratkan dzikir

Ketika senja semakin mendekat
Tergelitik untuk melantunkan taubat
Menetes penyesalan diri dari yang lampau
Ya Rabb, berikan kepada hamba lentera penerang
Ya Rabb, berikan magfirah-Mu
Ya Rabb, ketika pesuruh-Mu datang menjemput
Gerakkan hati dan lisanku mengingat-Mu
Mudahkan hamba menuju-Mu

Ujung Kota Tepian, 4 Syawal 1432 H
( by : musni japrie )

Sabtu, 03 September 2011

" BALASLAH CINTA-NYA "



Disingkapkan-Nya mentari pagi dari selaput malam
Merayap dengan cahaya lembut membangunkan segenap insan
Bergegas menangguk rezeki yang dihamparkan
Gambaran kecintaan Sang Maha Pemberi bagi segenap hamba-Nya
Meluaskan rezeki tanpa pilih kasih
Dengan takaran yang sesuai garis-Nya
Hamba yang bersyukur atau kufur memperoleh bagiannya
Karena kecintaan-Nya

Dipergantikan-Nya cahaya siang ajang menapaki hidup
Dengan senyum rembulan wadah bercengkrama
Diselimutkan-Nya malam dalam peluk kasih
Disisipi-Nya mimpi-mimpi indah dalam lelap
Bukti kecintaan-Nya pada hamba-hamba-Nya

Betapa sang khalik menebarkan cinta-Nya kesegenap hamba-Nya
Tak terhitung nikmat dituangkan dalam gelas-gelas kehidupan
Karena kecintaan dan kasih sayang-Nya
Hanya sedikit hamba yang membalas cinta-Nya
Sedikit hamba yang mensyukuri cinta-Nya

Betapa banyak yang tidak membalas cinta dan kasih sayang-Nya
Betapa banyak hamba lalai dalam membuktikan cinta kepada-Nya
Tidak sedikit hamba yang tidak pandai berterimakasih
Tidak sedikit hamba yang kufur nikmat dan cinta-Nya
Tidak sedikit hamba yang enggan mencintai-Nya

Hamba-hamba yang berleha-leha tanpa malu diatas bumi ciptaan-Nya
Berdendang riang dibawah payung langit buatan-Nya
Lupa yang ada pada dirinya sebagai nikmat-Nya
Melalaikan untuk sujud pada pemberi nikmat
Melarutkan diri dalam godaan hawa nafsu
Melabuhkan cinta kepada selain-Nya

Wahai hamba-hamba yang lalai
Bersegeralah berlari menuju-Nya
Balaslah cinta-Nya dengan mencintai-Nya
Mencintai-Nya dengan cinta diatas segala cinta
Rangkul dan jangan lepaskan cinta-Nya
Sebelum Dia palingkan Wajah-Nya

Tepian Mahakam, 3 Syawal 1432 H
( by : musni japrie )

Kamis, 01 September 2011

ALAM BERTASYABIH


Allah Maha Besar.Maha Suci Allah
.Segala puji hanya Untuk Allah.
Tidak ada Ilah selain Allah .
Tiada ada daya kecuali Allah.
Untaian kalimat takbir, tasybih dan tahmid.
Lantunan lembut nada-nada rindu.
Menyebut kebesaran Allah, kesucian dan pujian tanpa batas
Dalam zat dan sifat-Nya
Meresap kedalam sanubari
Menyusup kedalam lekuk-lekuk sanubari
Takbir, tasybih dan tahmid dibisikkan diri
Bersama takbir, tasybih dan tahmid alam jagat raya
Matahari, bulan, bintang yang berenang di samudera angkasa bertasybih
Gunung, bebatuan, desiran angin dan gelombang laut juga bertasybih
Tanamanpun bertasybih bersama dengan gerak gemulainya
Seluruh makhluk melata dimuka bumi bertasbih
Menyatu dalam symphony orchestra senandung pujian
Hanya Allah jualah yang patut diagungkan
Hanya Allah jualah yang patut disucikan
Hanya Allah jualah yang patut dipuji
Sesungguhnya segala kebesaran, kesucian dan pujian hanya milik-Nya
Sesungguhnya seisi alam yang dilangit dan dibumi
Ciptaan-Nya semata bagi mengabdi kepada-Nya

Awal September 2011/ Syawal 1432 H
( by : musni japrie )

HARI KEMENANGAN


Gema takbir menerawang angkasa
Gempita tubuh-tubuh kecil berlarian penuh kegembiraan
Usailah sudah ramadhan bulan penuh baraqah dan magfirah
Tibalah 1 Syawal hari kemenangan
Kemenangan membentengi diri dari godaan hawa nafsu
Dalam puasa sejak fajar hingga terbenam mentari
Tibalah iedul fitri hari kemenangan
Kemenangan dalam menggapai beribu baraqah
Kemenangan dalam mengharap magfirah
Kemenangan memperoleh nilai seribu
Dalam perjalanan panjang masa depan tak berujun
Usailah sudah bulan perjuangan menangguk rahmat
Kembali terlahir dalam fitrah tanpa catatan dosa
Dihempas gelombang dalam nyanyi liku-liku dunia
Yang tidak mengenal belas kasih
Istiqomahlah dalam memeluk erat kemenangan
Niscaya payung ridha melindungi hamba-hamba –Nya yang shalih dan shalihah

Ujung Kota Tepian, 1 Syawal 1432 H /30 Agustus 2011
( by : musni Japrie
)

KEMBALI KEPADA FITRAH


Cahaya lembayung petang terhapus datangnya senja
Berlalulah romadhon menjemput 1 Syawal
Lantunan nada Takbir, Tasybih dan Tahmid tiada henti
Menyambut hari kemenangan
Dari pergelutan melawan nafsu
Dalam puasa utuh sepanjang hari
Tanpa cidera dari langkah-langkah kerdil
Cahaya fajar menyingsing menyambut pagi ceria
Mentari bersinar menjemput embun pagi
Angin disela dedaunan hijau berbisik lembut
Telah datang hari kembali kepada fitrah
Terbasuh dalam magfirah Sang Khalik
Dalam keikhlasan ibadah tanpa pamrih
Ditingkahi nada-nada desah suara takbir
Menggema menyambut hari ied
Hari kembali kepada fitrah
Bersih tanpa goresan
Tanpa catatan-catatan
Terhapus dalam pinta
Di malam seribu bulan
Sirnalah kegelapan hati
Dibawah kerdip lentera Illahi Rabbi

1 Syawal 1432 ba’da magrib
( by : musni japrie )

SELAMAT DATANG 1 SYAWAL

Rembang petang akhir ramadhan berangsur memudar. Temaram senja menjelang. Mentari meredup dikaki langit seberang. Hilal 1 syawal bersembunyi malu berselaput senyum . Membisikkan ucapan lembut selamat jalan ramadhan. Bulan dengan banyak ampunan dan berlipat ganjaran. Selamat datang 1 syawal. Selamat datang iedul fitri hari kemenangan. Hari terlahir kembali kesucian diri. Dibasuh oleh taubat dan ibadah ramadhan. Hari kemenangan dalam membelenggu hawa nafsu. Mengharamkan yang halal dalam berpuasa . Hari kemenangan memberanggus godaan syaitan yang memikat . Selamat datang hari kegembiraan. Hari berbagi kebahagian dan kasih. Bagi sesama insan beriman.. Dalam menggapai ridha Allah. Akhir Ramadhan 1432 H/29 Agustus 2011.
( by : Musni Japrie )

SELAMAT TINGGAL RAMADHAN

Bulan tua diakhir romadhon semakin meredup Tenggelam diufuk barat Berakhirlah perjalanan menempuh waktu Ramadhan pamit untuk pergi dan kembali di lain waktu Purna dan usailah tugasnya mengawal hamba-hamba Selesailah bulan yang penuh keutamaan Perjalanan biduk ditengah samudera ibadah mendekati pantai Perjalanan yang tidak sunyi dari hantaman gelombang dan badai hawa nafsu Romadhon Engkau bulan tempat dimana hamba-hamba diuji Mengharamkan yang halal semata berharap ridha Dihadang bisikan syaitan yang mendayu-dayu penuh pesona Tetapi biduk tegar bagaikan batu karang tak termakan zaman Pelabuhan tempat berlabuh penuh dengan balasan ganjaran yang berlipat Hamba-hamba yang dinantikan nikmat pahala Akhirnya biduk merapat dipulau harapan Terpuaskan segala perjuangan selama romadhon dengan kemenangan Kemenangan melawan godaan hawa nafsu sebulan berlalu Romadhon bulan yang dengan penuh keutamaan Mengakhiri tugasnya membawa hamba-hamba berkelana Tuk mendapatkan imbalan yang berlipat ganda Terimakasih romadhon, engkau telah hanyutkan kami dalam berpuasa Selamat tinggal romadhon, selamat jalan bulan penuh ampunan Akhir romadhon 1432 H ( by: Musni Japrie )