Rabu, 09 Mei 2012

MAKNA " AR-RAHMAANU 'ALAL'ARSYIS TAWA ":




Banyak sekali ayat dan hadits serta ucapan ulama salaf yang menegaskan bahwa Allah Subhanahu Wa Ta'ala berada dan bersemayam di atas.
Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala ,
"Kepada-Nyalah perkataan-perkataan yang baik naik dan amal yang shalih dinaikkan-Nya." (Al-Faathir: 10) 

Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala ,
"Yang mempunyai tempat-tempat naik. Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan." (Al-Ma'aarij: 3-4) 

Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala ,
"Sucikanlah Nama Tuhanmu Yang Mahatinggi." (Al-A'la:1) 

Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala ,
"(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah, Yang bersemayam di atas Arsy." (Thaaha: 5) 

Dalam Kitab Tauhid, Imam Al-Bukhari menukil dari Abu Aliyah dan Mujahis tentang tafsir istawa, yaitu 'ala wartafa'a (berada diatas).
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkhutbah pada hari Arafah, saat haji wada', dengan menyerukan,
"Ingatlah, bukankah aku telah menyampaikan?" Mereka menjawab, "Ya, benar". Lalu beliau mengangkat (menunjuk) dengan jari-jarinya ke atas, selanjutnya beliau mengarahkan jari-jarinya ke arah manusia seraya bersabda, "Ya Allah, saksikanlah." (HR. Muslim) 

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Sesungguhnya Allah telah menulis suatu kitab (tulisan) sebelum Ia menjadikan makhluk (berupa), sesungguhnya rahmatKu mendahului murka-Ku, ia tertulis di sisi-Nya di atas 'Arsy." (HR. Al-Bukhari) 

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Apakah engkau tidak percaya kepadaku, padahal aku adalah kepercayaan Dzat yang ada di langit? Setiap pagi dan sore hari datang kepadaku kabar dari langit." (Muttafaq Alaih) 

Al-Auza'i berkata,
"Kami bersama banyak tabi'in berkata, 'Sesungguhnya Allah Yang Maha Agung sebutanNya (berada) di atas 'Arsy, dan kami beriman pada sifat-sifatNya sebagaimana yang ter-dapat dalam sunnah Rasulullah'." (HR. Al-Baihaqi dengan sanad shahih) 

Imam Syafi'i berkata,
"Sesungguhnya Allah bersemayam di atas 'Arsy langitNya. Ia mendekati makhlukNya sekehendakNya dan Allah turun ke langit dunia dengan sekehendakNya." 

Imam Abu Hanifah berkata,
"Barangsiapa mengatakan, 'Aku tidak mengetahui apakah Tuhanku berada di langit atau bumi?' maka dia telah kafir." Sebab Allah berfirman, 

"(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah, Yang bersemayam di atas Arsy." (Thaha: 5) 

'Arsy Allah berada di atas tujuh langit. Jika seseorang berkata bahwasanya Allah berada di atas 'Arsy, tetapi ia berkata, "Aku tidak tahu apakah 'Arsy itu berada di atas langit atau di bumi?" Maka dia telah kafir. Sebab dia mengingkari bahwa 'Arsy berada di atas langit. Barangsiapa mengingkari bahwa 'Arsy berada di atas langit maka dia telah kafir, karena sesungguhnya Allah adalah paling tinggi di atas segala sesuatu yang tinggi. Dia dimohon dari tempat yang tertinggi, bukan dari tempat yang paling bawah. 

Imam Malik ditanya tentang cara istiwa' (bersemayamnya Allah) di atas 'ArsyNya, ia lalu menjawab,
"lstiwa' itu telah dipahami pengertiannya, sedang cara (visualisasinya) tidak diketahui, iman dengannya adalah wajib, dan pertanyaan tentangnya adalah bid'ah (maksudnya, tentang visualisasinya). Usirlah tukang bid'ah ini. 

Tidak boleh menafsirkan istiwa' (bersemayam di atas) dengan istawla (menguasai), karena keterangan seperti itu tidak didapatkan dalam riwayat orang-orang salaf.
Metode orang-orang salaf adalah lebih selamat, lebih ilmiah dan lebih bijaksana.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah berkata,
"Sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang Yahudi agar mengatakan hiththatun (bebaskanlah kami dari dosa), tetapi mereka mengatakan hintha-tun (biji gandum) dengan niat membelokkan dan menyelewengkannya. 

Dan Allah memberitakan kepada kita bahwa Dia 'Alal 'arsyistawa "bersemayam di atas 'Arsy", tetapi para tukang takwil mengatakan istawlaa "menguasai". 

Perhatikanlah, betapa persis penambahan "lam" yang mereka lakukan Istawaa menjadi Istawlaa dengan penambahan "nun" yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi "hiththatun" menjadi"Hinthatun" 9.1 

Di samping pentakwilan mereka dengan "istawla" merupakan pembelokan dan penyimpangan, pentakwilan itu juga memberikan asumsi (anggapan) bahwa Allah Subhanahu Wa Ta'ala menguasai 'Arsy dari orang yang menentang dan ingin merebutnya. Juga memberi asumsi bahwa 'Arsy itu semula bukan milikNya, lalu Allah Subhanahu Wa Ta'ala menguasai dan merebutnya. Maha Suci Allah dari apa yang mereka takwilkan. 

9.1nukilan Muhammad Al-Amin Asy-Syinqithi dari Ibnu Qayyim Al-Jauziyah

Disunting dari  : Al-Firqotun An-Najiyah oleh Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu
Sumber : Salafi-DB.4.0

Tidak ada komentar:

Posting Komentar