Minggu, 24 Februari 2013

MELAKUKAN KESYIRIKAN SECARA BERJAMAAH DALAM UPACARA RITUAL ADAT WARISAN ANIMISME



Hampir diseluruh kawasan pantai yang tersebar di nusantara ini yang duni oleh anak manusia dapat dipastikan mereka berprofesi sebagai nelayan penangkap ikan yang kesehariannya melaut menangkap ikan demi menghidupi keluarganya. Dalam melaut tidak jarang mereka dihantam amukan badai dan gelombang tinggi yang dapat meluluh lantakkan perahu-perahu mereka. Namun mereka tidak pernah merasa gentar dan takut untuk melaut. Karena mereka-mereka sebagai manusia yang hidup terikat dan menyatu serta akrab  dengan laut berkeyakinan bahwa makhluk halus berupa jin penguasa laut akan memberikan perlindungan karena para nelayan tersebut setiap tahun selalu mengadakan pesta laut dengan memberikan   sesajen dan tumbal yangf dilarungkan ke tengah laut secara beramai-ramai oleh para nelayan. Dimana ritual sedekah laut yang dilakukan oleh para nelayan tersebut disebutkan sebagai wujud rasa terimakasih manusia kepada penguasa laut yang dalam hal ini berupa roh atau makkluk halus atau jin.
Pesta ritual sedekah laut dengan puncak acara melarungkan sesajen dan tumbal yang rutin tiap tahun dilakukan adalah merupakan tradisi kepercayaan dari nenek moyang/leluhur yang diwariskan secara turun temurun serta yang terus dipertahankan dan dilestarikan untuk berikutnya diwariskan kembali kepada generasi yang akan datang.

Mengingat bahwa tradisi kepercayaan memberikan sesajen yang merupakan warisan dari para nenek moyang/leluhur sesungguhnya adalah kepercayaan penganut animisme yang tidak atau belum mengenal tauhid. Maka tradisi tahunan pesta sedekah laut yang dilakukan oleh penduduk yang biasanya hidup dikawasan pantai tersebut berseberangan dengan aqidah Islam yang mentauhidkan Allah subhanahu wa ta’ala

Warisan Kepercayaan Animisme Yang Dilestarikan
Kepercayaan animisme atau kepercayaan kepada makhluk halus dan roh dipercayai merupakan asas kepercayaan agama yang mula-mula muncul dalam kalangan manusia primitif purba kala.
Kepercayaan animisme mempercayai bahwa setiap benda di bumi ini, (seperti kawasan tertentu, gua, pokok atau batu besar), mempunyai semangat yang mesti dihormati agar semangat tersebut tidak mengganggu manusia, malah membantu mereka dari semangat dan roh jahat dan juga dalam kehidupan seharian mereka. Semangat ini juga dikenali dengan pelbagai nama, antaranya jin, mambang, roh, datuk, tuan, dan penunggu. Kadang-kala semangat ini juga dianggap roh leluhur mereka yang telah meninggal yang kini menetap ditempat sedemikian. Semua itu kemudian dijadikan sebagai sesembahan, sebagai sarana untuk meminta pertolongan dan perlindungan, dimana penghormatan dan penyemban dilakukan dengan memberikan aneka jenis makanan, buah-buahan dan binatang buruan. Jadilah sesuatu  sebagai makhluk itu sebagai tuhan-tuhan mereka.
Animisme sebagai budaya manusia yang hidup di zaman jahiliyah yang samasekali belum mengenal tauhid.
Kepercayaan animisme tersebut terus berlanjut dari generasi ke generasi berikutnya dan dijadikan warisan budaya yang oleh sebagian kalangan sengaja dipertahankan dan dilestarikan  sebagai budaya bangsa yang dianggap mempunyai nilai-nilai historis.

Pada masa beberapa dekade terakhir ini warisan budaya animisme yang oleh banyak kalangan sering disebut tradisi adat dan budaya leluhur, dijadikan sebagai ritual rutin tahunan dengan menyelenggarakan berbagai ritual dengan intinya mempersembahkan sesajen persis sebagaimana yang dulu dilakukan oleh para leluhur yang hidup di zaman animism jahiiyah.
Diantara ritual tahunan persembahan sejajen khususnya  oleh masyarakat di pesisir pantai menyelenggarakan ritual secara beramai-ramai yang dinamakan sebagai pesta/sedekah laut. Dimana sesajen yang telah disiapkan dilarung atau dihanyutkan ketengah laut.
Sesajen tersebut dimaksudkan sebagai bentuk persembahan para nelayan kepada jin penunggu laut yang mereka sebut sebagai dewa penguasa laut.Sedangkan persembahan sesajen tsb dilakukan sebagai bentuk rasa syukur atas rezeki berupa tanggakapan ikan. Selain itu juga untuk memohon perlindungan dan pertolongan agar diberikan keselamatan di laut selama berlayat menangkap ikan.
Sesungguhnya masyarakat  nelayan yang terus melazimkan persembahan sesajen dalam ritual pesta laut sebagaimana digambarkan diatas sebagian terbesar adalah masyarakat muslim yang kuat melakukan amal ibadahnya. Namun mereka sepertinya tanpa beban dengan lapang dada melakukan ritutual-ritual pemujaan, mereka tidak menyadari bahwa sesungguhnya apa yang dilakukannya  adalah meyakini ada sesuatu berupa makhluk yang patut disembah selain Allah.


Beramai-ramai Ambil Bagian Menyelenggarakan Kesyirikan

Semua orang maklum bahwa acara tahunan ritual hajatan pesta/sedekah laut yang diselenggarakan pada banyak tempat di daerah pesisir di negeri ini diselenggarakan dalam bentuk pesta rakyat yang melibatkan banyak orang dimana pada hari  H pelaksanaan tidak dihadiri oleh para nelayan dan keluarganya tetapi juga dihadiri undangan dari berbagai pihak termasuk para aparat dan pejabat dari tingkat RT. Desa, Kecamatan bahkan dari tingkat Kabupaten. Tidak ketinggal pula mereka-mereka dari kalangan tokoh/pemuka agama Islam dan ulama.
Mengingat bahwa hajatan pesta/sedekah laut merupakan pekerjaan yang besar dan memerlukan pembiayaan,maka pihak yang terkait berinisiatip untuk membentuk panitia penyelenggara secara lengkap untuk mempersiapkan segala sesuatu yang berkenaan dengan ritual pesta adat sampai pada hari diselenggarakannya hajatan. Dana pun dikumpulkan dari seluruh masyarakat. Karena hajatan pesta/sedekah laut ini merupakan moment penting dan ada keterkaitan kepentingan dengan masyarakat, maka masyarakatpun dengan senang hati ikut berpartisipasi.
Bahkan kebanyakan adapula masyarakat yang membawa aneka makanan yang nantinya dimakan secara beramai-ramai setelah diadakan ritual pembacaan mantera oleh pemangku adat setempat bersama ulama.
Gotong royong secara beramai-ramai tidak saja terbatas dalam hal mengumpulkan sumbangan berupa dana yang diperlukan  relatif besar, gotong royong juga dilakukan beberapa hari menjelang hajatan serperti menyiapkan temnpat dan tenda serta yang penting bergotong royong menyiapkan sesajen yang dibuat besar lengkap dengan berbagai hiasan untuk nantinya dilarungkan.
Seluruh penduduk kampung secara sadar berpartisipasi secara aktif dengan menyediakan tenaga dan biaya untuk terselenggarakannya hajatan pesta laut sebagai wujud rasa syukur kepada penguasa laut yang telah memberikan rezeki tangkapan, memberikan perlindungan dan pertolongan kepada mereka. Namun mereka tidak menyadari samasekali bahwa sebenarnya apa yang mereka lakukan sebenarnya telah menyimpang dari ajaran tauhid. Mengingat bahwa hajatan pesta/sedekah laut bukannlah bagian dari syari’at Islam, melainkan tradisi yang berasal dari kepercayaan yang animisme yang jahiliyah yang tidak mengenal tauhid. Dan tentunya perbuatan tersebut merupakan perbuatan yang ssyirik.
Masyarakat bergotong royong menyelenggarakan hajatan ritual pesta adat memberikan persembahan kepada makhluk selain Allah, adalah perbuatan syirik.Karenanya siapa sajapun pun yang mendukung acara hajatan tersebut berarti mereka turut serta dalam berbuat kemaksiatan kepada Allah

Kepercayaan Yang Menjadikan Makhluk Sebagai Tandingan Terhadap Allah .

Memberikan sesajen dan tumbal sebagai persembahan kepada sesuatu selain Allah  yang diagungkan, sesuatu selain Allah yang ditakuti dapat mendatangkan kemudharatan  , sesuatu selain Allah yang dimintai pertolongan, sesuatu selain Allah yang diyakini sebagai pemberi perlindungan, sesuatu selain Allah yang diyakini sebagai pemberi rezeki dan lain sebagainya sebagaimana kepercayaan animisme dan kepercayaan lainnya yang diwarisi dari nenek moyang yang jahiliyyah adalah sebuah perbuatan yang meyakini bahwa selain Allah subhanahu wa ta’ala ada kekuatan dan kekuasaan lainnya lagi. Keyakinan yang mensejajarkan dan menyamakan  kedudukan Allah subhanahu wa ta’ala dengan makhluk ciptaannya . Keyakinan bahwa selain Allah ada pula sesuatu harus yang disembah, maka kesemuanya itu adalah perbuatan membuat tandingan-tandingan terhadap Allah ta’ala.
Berangkat dari semua itu maka merealisasikan kepercayaan warisan turun temurun dari nenek moyang yang merupakan kepercayaan dari animisme dalam berbagai hajatan dengan mempersembahkan sesajen tiada lain adalah perbuatan menyekutukan Allah dengan makhluknya.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاء وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta'atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus [1596], dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.(QS.Al Bayyinah : 5 )

Juga firman Allah ta’ala :

وَمِنَ النَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ اللّهِ أَندَاداً يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللّهِ وَالَّذِينَ آمَنُواْ أَشَدُّ حُبًّا لِّلّهِ وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُواْ إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ لِلّهِ جَمِيعاً وَأَنَّ اللّهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ
Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu [106] mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).(QS. Al Baqarah : 165)
 K e t e r a n g a n :
[106] Yang dimaksud dengan orang yang zalim di sini ialah orang-orang yang menyembah selain Allah.

Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda :

صحيح مسلم ٥٣٠٠: حَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ أَخْبَرَنَا رَوْحُ بْنُ الْقَاسِمِ عَنْ الْعَلَاءِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ يَعْقُوبَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنْ الشِّرْكِ مَنْ عَمِلَ عَمَلًا أَشْرَكَ فِيهِ مَعِي غَيْرِي تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ

Shahih Muslim 5300: Telah menceritakan kepadaku Zuhair bin Harb telah menceritakan kepada kami Isma'il bin Ibrahim telah menceritakan kepada kami Rauh bin Al Qasim dari Al Ala` bin Abdurrahman bin Ya'qub dari ayahnya dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: "Allah Tabaraka wa Ta'ala berfirman: 'Aku adalah sekutu yang paling tidak memerlukan sekutu, barangsiapa melakukan suatu amalan dengan menyekutukanKu dengan selainKu, Aku meninggalkannya dan sekutunya'."

Sebagaimana yang menjadi keyakinan umat Islam bahwa Allah menciptakan makhluk agar mereka mentauhidkan-Nya dan hanya beribadah kepada-Nya , sebagaimana yang ditegaskan dalam firman Allah ta’ala :

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.(QS.Adz-Dzaariyaat: 56)
Allah ta’ala memberitahukan bahwa Dia mengutus Rasul-Rasul-Nya serta menurunkan Kitab-Kitab-Nya agar manusia menegakkan keadilan.Keadilan yang paling agung adalah tauhid. Tauhid adalah puncak keadilan sekaligus penopangnya, sedangkan syirik adalah kedzaliman. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".(QS.Luqman: 13 )

Syirik adalah kezdaliman terbesar, sedangkan tauhid adalah keadilan yang laping adil. Oleh karena itu perkara yang meniadakan(menafikan) tauhid adalah dosa terbesar karena perbedaan tingkatan dosa besar tergantung dari penafiannya terhadap tauhid.
Mengingat perbuatan menyekutukan Allah benar-benar menafikan tauhid, sehingga syirik ditetapkan sebagai dosa paling yang besar secara mutlak, maka karena itu pula Allah mengharamkan surga bagi setiap orang musyrik. Allah tidak menerima amal apapun  dari seorang musyrik, tidak menerima syafaat terhadapnyha, tidak mengabul doanya di akhirat, dan tidak memaafkan kesalahannya. Orang-orang musyrik adalah orang paling bodoh di antara orang-orang bodoh. Hal itu dikarenakan dia membuat tandingan bagi zat yang menciptakannya. ( Lihat Ad-Daa’wa Ad-Dawaa’ Ibnu Qaiyim al-Jauziyyah)

Kesimpulan dan Penutup

Nenek moyang sebagai leluhur di nusantara ini mewariskan dari generasi kenegerasi berikutnya kepercayaan yang bersumber dari animisme, yang mana kemudian kepercayaan tersebut terus dipertahankan, dipelihara dan dianggap sebagai budaya dari leluhur yang harus dilestarikan. Meskipun sebenarnya kepercayaan tersebut penuh dengan kesyirikan karena di dalamnya terdapat ritual penyembahan berupa pemberian sesajen kepada makhluk ciptaan Allah. Sedangkan penyembahan tersebut dilakukan karena keyakinan bahwa makhluk ciptaan Allah yang mereka berikan sesajen dijakini dapat memberikan perlindungan, memberikan pertolongan, memberikan rezeki dan keyakinan-keyakinan bathil lainnya.
Kepercayaan warisan nenek moyang yang terus dipertahankan tersebut dengan secara rutin menyelenggarakan ritual-ritual dan penyembahan sesungguhnya adalah perbuatan menjadikan makhluk sebagai  tandingan terhadap Allah, perbuatan ini adalah syirik yang sangat dilarang karena merupakan dosa besar dan perbuatan kedzaliman yang paling besar.
Di banyak tempat sering dilakukan hajatan pesta sedekah laut dengan melarungkan sesajen ke tengah laut sebagai bentuk persembahan kepada selain Allah dan itu semua dilakukan oleh banyak orang, sehingga masyarakat secara beramai-ramai telah melakukan kesyirikan.
Sejalan dengan itu sebagai seorang muslim yang mengakui Laa Ilaaha Illalaah segera meninggalkan perbuatan menyekutukan Allah, agar selamat dari siksa neraka. ( Wallaahu ta’ala  a’lam )

Su m b e r :
1.Al-Qur’an dan Terjemahan, www.salafi-db
2.Ensiklopedi Hadits Kitab 9 Imam, www.lidwapusaka.com
3.Ad-Daa’ wa Ad-Dawwa’ Ibnu Qaiyim Al Jauziyyah ( terjemahan)
4. Parasit Aqidah, A.D.El Marzdedeq
Samarinda ,Selesai disusun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar