P e n d a h u l u a n
Di negeri
dimana kita tinggal sekarang ini yang
disebut-sebut sebagai negeri yang penganut Islam terbesar di dunia,
namun sangat disayangkan ternyata banyak diantara mereka yang mengaku bertauhid
mengesakan Allah dan melakukan berbagai amal kebajikan yang diperintahkan
ternyata tauhidnya masih perlu dipertanyakan.
Kenapa tauhidnya perlu dipertanyakan ?. Hal
tersebut tiada lain karena banyak diantara saudara-saudara kita tersebut yang
tidak ikhlas dalam beribadah. Mereka masih banyak yang beranggapan bahwa ada
kekuatan atau kekuasaan lain selain Allah yang dapat menyebabkan timbulnya
sesuatu pada diri mereka. Seperti adanya anggapan atau keyakinan bahwa hari
atau bulan itu dapat menimbulkan kesialan sehingga berdampak timbulnya musibah
kepada manusia.
Berbicara tentang hari dan bulan sial ini, ada
sebahagian orang ramai yang mempercayai bahwa adanya waktu, hari dan bulan yang tidak baik, sial dan nahas. Kepercayaan
sedemikian besar masih banyak dipegangi oleh sebagian orang sekarang. Beberapa keyakinan akan hari
sial oleh sebagian masyarakat di negeri ini antara lain :
1.
Hari kelahiran dianggap
hari yang dapat mendatangkan kesialan dan hari nahas, karenanya harus
dihindarkan pada hari kelahiran tersebut
untuk melakukan berbagai pekerjaan yang beresiko. Tidak memilih hari
kelahiran untuk bepergian jauh, melakukan berbagai pekerjaan yang besar .
2.
Hari Selasa menurut
sebagian masyarakat merupakan hari sial dan nahas sehingga harus mewaspadai
kemungkinan terjadinya musibah .
3.
Hari Rabu setiap akhir
bulan menurut penanggalan tahun Hijriyah merupakan hari sial yang dapat
menjadikan hari yang nahas sehingga harus berhati-hati pada hari tersebut.
4.
Bulan-bulan tertentu dari
perhitungan kalender Hijriyah seperti
bulan Muharram dan bulan Safar oleh banyak kalangan diyakini sebagai
bulan yang tidak baik untuk melakukan berbagai hajatan seperti perkawinan, membangun rumah, pindah rumah, membuka usaha
dll sebagainya.
Atas alasan pertimbangan adanya hari sial
dan bulan yang tidak baik tersebut maka
tidak sedikit kalangan umat Islam
di negeri ini yang dalam melakukan berbagai pekerjaan dan kegiatan selalu
mempertimbangkan hari dimana mereka-mereka tersebut terlebih dahulu
memilih-milih hari yang dianggap baik. Karena mereka beranggapan apa bila salah
memilih hari maka akan berdampak buruk serta memberikan resiko yang besar serta
merugikan mereka.
Kebaikan Atau Keburukan Itu Sesuai Dengan Apa Yang Telah Ditetapkan Allah Azza Wa jalla
Seluruh hal yang berkaitan dengan kehidupan
manusia, meliputi keburukan maupun
kebaikan , seluruhnya telah ditetapkan melalui takdir Allah subhanahu wa ta’ala
sesuai dengan Firman-N ya :
قُلْ مَن ذَا الَّذِي يَعْصِمُكُم مِّنَ
اللَّهِ إِنْ أَرَادَ بِكُمْ سُوءًا أَوْ أَرَادَ بِكُمْ رَحْمَةً وَلَا يَجِدُونَ
لَهُم مِّن دُونِ اللَّهِ وَلِيًّا وَلَا نَصِيرًا
Katakanlah: "Siapakah yang dapat melindungi kamu dari
(takdir) Allah jika Dia menghendaki bencana atasmu atau menghendaki rahmat
untuk dirimu?" Dan orang-orang munafik itu tidak memperoleh bagi mereka
pelindung dan penolong selain Allah ( QS.Al
Ahzab : 17 ).
Sedangkan Takdir bagi manusiaitu
sendiri ditetapkan oleh Allah azza wa
jalla 50.000 tahun sebelum dunia diciptakan sebagaimana sabda Rasullullah
shallallahu’alaihi wa sallam :
صحيح مسلم ٤٧٩٧: حَدَّثَنِي أَبُو الطَّاهِرِ
أَحْمَدُ بْنُ عَمْرِو بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سَرْحٍ حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي
أَبُو هَانِئٍ الْخَوْلَانِيُّ عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْحُبُلِيِّ عَنْ عَبْدِ
اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ قَالَ
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلَائِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ قَالَ وَعَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ
حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عُمَرَ حَدَّثَنَا
الْمُقْرِئُ حَدَّثَنَا حَيْوَةُ ح و حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ سَهْلٍ التَّمِيمِيُّ
حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي مَرْيَمَ أَخْبَرَنَا نَافِعٌ يَعْنِي ابْنَ يَزِيدَ كِلَاهُمَا
عَنْ أَبِي هَانِئٍ بِهَذَا الْإِسْنَادِ مِثْلَهُ غَيْرَ أَنَّهُمَا لَمْ يَذْكُرَا
وَعَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ
Shahih Muslim 4797: Telah menceritakan kepadaku Abu Ath Thahir
Ahmad bin 'Amru bin dari 'Abdullah bin 'Amru bin Al 'Ash dia berkata;
"Saya pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Allah telah menentukan takdir bagi semua makhluk lima puluh tahun sebelum
Allah menciptakan langit dan bumi.' Rasulullah menambahkan: 'Dan arsy Allah itu
berada di atas air." Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu 'Umar; Telah
menceritakan kepada kami Al Muqri; Telah menceritakan kepada kami Haiwah;
Demikian juga diriwayatkan dari jalur lainnya, Dan telah menceritakan kepadaku
Muhammad bin Sahl At Tamimi; Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Maryam;
Telah mengabarkan kepada kami Nafi' yaitu Ibnu Yazid keduanya dari Abu Hani
melalui jalur ini dengan Hadits yang serupa. Namun keduanya tidak menyebutkan
lafazh: "Dan 'arsy Allah itu berada di atas air."
Segala
sesuatu itu sesungguhnya itu sesuai dengan apa yang digariskan oleh Allah
subhanahu wa ta’ala berupa takdir sebagimana yang disebutkan dalam Hadits
Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam :
صحيح مسلم ٤٧٩٩: حَدَّثَنِي عَبْدُ الْأَعْلَى
بْنُ حَمَّادٍ قَالَ قَرَأْتُ عَلَى مَالِكِ بْنِ أَنَسٍ ح و حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ
بْنُ سَعِيدٍ عَنْ مَالِكٍ فِيمَا قُرِئَ عَلَيْهِ عَنْ زِيَادِ بْنِ سَعْدٍ عَنْ عَمْرِو
بْنِ مُسْلِمٍ عَنْ طَاوُسٍ أَنَّهُ قَالَ أَدْرَكْتُ نَاسًا مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُونَ كُلُّ شَيْءٍ بِقَدَرٍ قَالَ
وَسَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ يَقُولُ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ شَيْءٍ بِقَدَرٍ حَتَّى
الْعَجْزِ وَالْكَيْسِ أَوْ الْكَيْسِ وَالْعَجْزِ
Shahih Muslim 4799: dari 'Amru bin Muslim dari Thawus dia
berkata; "Saya pernah mendapati beberapa orang sahabat Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam mengatakan; 'Segala sesuatu itu sesuai takdirnya.'
Ibnu Thawus berkata; 'Saya pernah mendengar Abdullah bin Umar mengatakan;
'Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda: 'Segala sesuatu itu
sesuai takdirnya, hingga kelemahan dan kecerdasan (atau kecerdasan dan
kelemahan.
Sesungguhnya manusia hanyalah menjalani
sekanario yang telah digariskan, tidak ada campur tangan manusia di dalamnya.
Segala liku-luku dan seluk beluk kehidupan baik berupa kebaikan maupun keburukan sudah tersurat dalam takdir.
Firman Allah azza wa jalla :
مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ
اللَّهِ وَمَن يُؤْمِن بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali
dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan
memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.( QS.At Taghaabun : 11 )
Pada ayat lain disebutkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللهُُ بِضُرٍّ فَلاَ
كَاشِفَ لَهُ إِلاَّ هُوَ وَإِنْ يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلاَ رَادَّ لِفَضْلِهِ
“Jika
Allah menimpakan kepadamu kemudaratan maka tidak ada yang dapat
menghilangkannya kecuali Dia dan bila Dia menghendaki kebaikan bagimu maka
tidak ada yang dapat menolak keutamaan-Nya.” (Yunus: 107)
Rasullullah
shallallahu’alaihi wa sallam dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dalam shahih
Bukhari menyebutkan :
صحيح البخاري ٤٥٦٨: حَدَّثَنَا آدَمُ حَدَّثَنَا
شُعْبَةُ عَنْ الْأَعْمَشِ قَالَ سَمِعْتُ سَعْدَ بْنَ عُبَيْدَةَ يُحَدِّثُ عَنْ أَبِي
عَبْدِ الرَّحْمَنِ السُّلَمِيِّ عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فِي جَنَازَةٍ فَأَخَذَ شَيْئًا فَجَعَلَ يَنْكُتُ بِهِ الْأَرْضَ فَقَالَ
مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا وَقَدْ كُتِبَ مَقْعَدُهُ مِنْ النَّارِ وَمَقْعَدُهُ
مِنْ الْجَنَّةِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلَا نَتَّكِلُ عَلَى كِتَابِنَا وَنَدَعُ
الْعَمَلَ قَالَ اعْمَلُوا فَكُلٌّ مُيَسَّرٌ لِمَا خُلِقَ لَهُ أَمَّا مَنْ كَانَ
مِنْ أَهْلِ السَّعَادَةِ فَيُيَسَّرُ لِعَمَلِ أَهْلِ السَّعَادَةِ وَأَمَّا مَنْ
كَانَ مِنْ أَهْلِ الشَّقَاءِ فَيُيَسَّرُ لِعَمَلِ أَهْلِ الشَّقَاوَةِ ثُمَّ قَرَأَ
{ فَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَاتَّقَى وَصَدَّقَ
بِالْحُسْنَى }
الْآيَةَ
Shahih
Bukhari 4568: dari Abu Abdurrahman As
Sulami dari Ali radliallahu 'anhu ia berkata; Suatu ketika Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam berada dalam rombongan pelayat Jenazah, lalu
beliau mengambil sesuatu dan memukulkannya ke tangah. Kemudian beliau bersabda:
"Tidak ada seorang pun, kecuali tempat duduknya telah ditulis di neraka
dan tempat duduknya di surga." Para sahabat bertanya, "Wahai
Rasulullah, kalau begitu, bagaimana bila kita bertawakkal saja terhadap takdir
kita tanpa beramal?" beliau menajawab: "Ber'amallah kalian, karena
setiap orang akan dimudahkan kepada yang dicipta baginya. Barangsiapa yang
diciptakan sebagai Ahlus Sa'adah (penduduk surga), maka ia akan dimudahkan
untuk mengamalkan amalan Ahlus Sa'adah. Namun, barangsiapa yang diciptakan
sebagai Ahlusy Syaqa` (penghuni neraka), maka ia akan dimudahkan pula untuk
melakukan amalan Ahlusy Syaqa`." Kemudian beliau membacakan ayat:
"FA`AMMAA MAN `A'THAA WAT TAQAA WA SHADDAQA BIL HUSNAA (Dan barangsiapa
yang memberi, dan bertakwa serta membenarkan kebaikan).."
Sebagai makhluk yang diciptalan
Allah azza wajjala, manusia wajib
mengimani bahwa apa yang telah ditakdirkan menjadi bagian yang tidak pernah
meleset dan apa yang tidak ditakdirkan untuk menjadi bagian dari seseorang
tidak akan didapatkan olehnya. Jalan hidup
manusia tidak pernah luput dari apa yang telah ditakdirkan
sebagaimana sabda rasullullah shallallahu’alahi
wa sallam :
سنن أبي داوود ٤٠٧٨: حَدَّثَنَا جَعْفَرُ
بْنُ مُسَافِرٍ الْهُذَلِيُّ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ حَسَّانَ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ
بْنُ رَبَاحٍ عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ أَبِي عَبْلَةَ عَنْ أَبِي حَفْصَةَ قَالَ
قَالَ عُبَادَةُ بْنُ الصَّامِتِ لِابْنِهِ
يَا بُنَيَّ إِنَّكَ لَنْ تَجِدَ طَعْمَ حَقِيقَةِ الْإِيمَانِ حَتَّى تَعْلَمَ أَنَّ
مَا أَصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ وَمَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيبَكَ
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ أَوَّلَ
مَا خَلَقَ اللَّهُ الْقَلَمَ فَقَالَ لَهُ اكْتُبْ قَالَ رَبِّ وَمَاذَا أَكْتُبُ
قَالَ اكْتُبْ مَقَادِيرَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ يَا بُنَيَّ إِنِّي
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ مَاتَ عَلَى
غَيْرِ هَذَا فَلَيْسَ مِنِّي
Sunan Abu
Daud 4078 dari Abu Hafshah ia berkata;
Ubadah bin Ash Shamit berkata kepada anaknya, "Wahai anakku, sesungguhnya
engkau tidak akan dapat merasakan lezatnya iman hingga engkau bisa memahami
bahwa apa yang ditakdirkan menjadi bagianmu tidak akan meleset darimu, dan apa
yang tidak ditakdirkan untuk menjadi bagianmu tidak akan engkau dapatkan. Aku
pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Pertama kali yang Allah ciptakan adalah pena, lalu Allah berfirman
kepadanya: "Tulislah!" pena itu menjawab, "Wahai Rabb, apa yang
harus aku tulis?" Allah menjawab: "Tulislah semua takdir yang akan
terjadi hingga datangnya hari kiamat." Wahai anakku, aku pernah mendengar
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa meninggal
tidak di atas keyakinan seperti ini maka ia bukan dari golonganku."
Sejalan dengan itu segala yang
menimpa anak manusia itu datangnya dari Allah azza wa jalla, bukan oleh sebab
yang lain. Apabila ada yang beranggapan bahwa kebaikan maupun keburukan yang
menimpa manusia itu dikarenakan adanya hari sial yang membawa nahas, berarti
mereka menganggpan bahwa ada kekuatan lain selain Allah yang mampu memberikan kebaikan maupun
kebahagaian kepada munusia, maka orang-orang tersebut berarti telah melakukan
kesyirikan.
Firman Allah azza wa jalla :
مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ
اللَّهِ وَمَن يُؤْمِن بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali
dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan
memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.( QS.At Taghaabun : 11 )
Firman Allah subhanahu wa ta’ala :
وَإِذَا أَذَقْنَا النَّاسَ رَحْمَةً فَرِحُوا
بِهَا وَإِن تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ إِذَا هُمْ يَقْنَطُونَ
Dan apabila Kami rasakan sesuatu rahmat kepada manusia, niscaya
mereka gembira dengan rahmat itu. Dan apabila mereka ditimpa suatu musibah
(bahaya) disebabkan kesalahan yang telah dikerjakan oleh tangan mereka sendiri,
tiba-tiba mereka itu berputus asa.(QS.Ar
Ruum : 36 )
. Firman
Allah ta’ala :-
قُلْ مَن ذَا الَّذِي
يَعْصِمُكُم مِّنَ اللَّهِ إِنْ أَرَادَ بِكُمْ سُوءًا أَوْ أَرَادَ بِكُمْ
رَحْمَةً وَلَا يَجِدُونَ لَهُم مِّن دُونِ اللَّهِ وَلِيًّا وَلَا نَصِيرًا
Katakanlah: "Siapakah yang dapat melindungi kamu dari
(takdir) Allah jika Dia menghendaki bencana atasmu atau menghendaki rahmat
untuk dirimu?" Dan orang-orang munafik itu tidak memperoleh bagi mereka
pelindung dan penolong selain Allah. (QS.Al Ahzab : 17)
Tidak ada sesuatu kekuatan ataupun kekuasaan lain
selain Allah yang dapat mendatangkan kebaikan maupun keburukan , kecuali hanya
Allah ta’ala sajalah yang kekuatan dan kekuasaan-Nya tidak tertandingi.Akan hal
ini Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
مسند أحمد ٢٥٣٧:
حَدَّثَنَا يُونُسُ حَدَّثَنَا لَيْثٌ عَنْ قَيْسِ بْنِ الْحَجَّاجِ عَنْ حَنَشٍ
الصَّنْعَانِيِّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ أَنَّهُ
حَدَّثَهُ أَنَّهُ
رَكِبَ خَلْفَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا فَقَالَ
لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا غُلَامُ إِنِّي
مُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ احْفَظْ اللَّهَ يَحْفَظْكَ احْفَظْ اللَّهَ تَجِدْهُ
تُجَاهَكَ وَإِذَا سَأَلْتَ فَلْتَسْأَلْ اللَّهَ وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ
بِاللَّهِ وَاعْلَمْ أَنَّ الْأُمَّةَ لَوْ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ
لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ لَكَ وَلَوْ اجْتَمَعُوا
عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ
عَلَيْكَ رُفِعَتْ الْأَقْلَامُ وَجَفَّتْ الصُّحُفُ
Musnad Ahmad 2537: dari Abdullah bin Abbas bahwa ia
menceritakan kepadanya; pada suatu hari ia menunggang di belakang Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam, lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda kepadanya: "Wahai anakku, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa
kalimat; Jagalah Allah niscaya Dia akan menjagamu, Jagalah Allah niscaya engkau
mendapatiNya di hadapanmu. Jika engkau meminta maka mintalah kepada Allah, dan
jika engkau memohon pertolongan maka mohonlah pertolongan kepada Allah.
Ketahuilah, seandainya umat ini bersatu untuk memberi manfaat kepadamu, niscaya
mereka tidak akan mampu memberikan manfaat kepadamu kecuali dengan sesuatu yang
telah Allah tetapkan padamu. Dan seandainya mereka bersatu untuk mencelakakan
dirimu, niscaya mereka tidak akan mampu mencelakakanmu kecuali dengan sesuatu
yang telah Allah tetapkan padamu. Pena telah diangkat dan lembaran telah
kering."
Meyakini atau Menganggap Adanya
Hari dan Bulan Yang Sial Perbuatan Syirik
Sejalan
dengan apa yang telah diuraikan diatas
bahwa sesungguhnya segala yang menimpa anak manusia itu datangnya dari
Allah azza wa jalla, bukan oleh sebab yang lain. Apabila ada yang beranggapan
bahwa kebaikan maupun keburukan yang menimpa manusia itu dikarenakan adanya
hari sial yang membawa nahas, berarti mereka mengangg bahwa ada kekuatan lain
selain Allah yang mampu memberikan
kebaikan maupun kebahagaian kepada munusia, maka orang-orang tersebut berarti
telah melakukan kesyirikan.
Jika ada
orang mempercayai adanya hari nahas (sial) dengan tujuan mengharuskan untuk
berpaling darinya atau menghindarkan suatu pekerjaan pada hari tersebut dan
menganggapnya terdapat kesialan, maka sesungguhnya yang demikian ini termasuk
tradisi kaum Yahudi dan bukan sunnah kaum muslimin yang selalu tawakkal kepada
Allah dan tidak berprasangka buruk terhadap Allah.
Sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wassallam :
سنن الترمذي ١٥٣٩: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ
بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ
عَنْ سَلَمَةَ بْنِ كُهَيْلٍ عَنْ عِيسَى بْنِ عَاصِمٍ عَنْ زِرٍّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ
بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ الطِّيَرَةُ مِنْ الشِّرْكِ وَمَا مِنَّا وَلَكِنَّ اللَّهَ يُذْهِبُهُ بِالتَّوَكُّلِ
قَالَ أَبُو عِيسَى وَفِي الْبَاب عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ وَحَابِسٍ التَّمِيمِيِّ وَعَائِشَةَ وَابْنِ عُمَرَ وَسَعْدٍ وَهَذَا حَدِيثٌ
حَسَنٌ صَحِيحٌ لَا نَعْرِفُهُ إِلَّا مِنْ حَدِيثِ سَلَمَةَ بْنِ كُهَيْلٍ وَرَوَى
شُعْبَةُ أَيْضًا عَنْ سَلَمَةَ هَذَا الْحَدِيثَ قَالَ سَمِعْت مُحَمَّدَ بْنَ إِسْمَعِيلَ
يَقُولُ كَانَ سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ يَقُولُ فِي هَذَا الْحَدِيثِ وَمَا مِنَّا
وَلَكِنَّ اللَّهَ يُذْهِبُهُ بِالتَّوَكُّلِ قَالَ سُلَيْمَانُ هَذَا عِنْدِي قَوْلُ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ وَمَا مِنَّا
Sunan Tirmidzi 1539: dari Abdullah bin Mas'ud ia berkata,
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya
thiyarah (pesimis) bagian dari syirik dan bukan bagian dari ajaran kami, justru
Allah akan menghilangkan thiyarah (pesimis) itu dengan bertawakkal kepada-Nya."
Abu Isa berkata, "Dalam bab ini juga ada hadits dari Abu Hurairah, Habis
At Tamimi, 'Aisyah, Ibnu Umar dan Sa'd. Hadits
Hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ عَدْوَى ، وَلاَ طِيَرَةَ ، وَلاَ هَامَةَ
، وَلاَ صَفَرَ
“Tidak
dibenarkan menganggap penyakit menular dengan sendirinya (tanpa ketentuan
Allah), tidak dibenarkan beranggapan sial, tidak dibenarkan pula beranggapan
nasib malang karena tempat, juga tidak dibenarkan beranggapan sial di bulan
Shafar” (HR. Bukhari no. 5757 dan Muslim no. 2220).
Dalam hadits ini disebutkan tidak
bolehnya beranggapan sial secara umum, juga pada tempat dan waktu tertentu
seperti beranggapan hari atau bulan yang
sial.
Ketahuilah bawa sesungguhnya musibah-musibah tersebut tidak akan terjadi
kecuali dengan qadha dan qadar Allah SWT. Bukan karena sesuatu yang lain dari
makhluk-makhluk Allah SWT, melainkan semua itu sesuai dengan qadha dan
qadar-Nya. Di dalam Al-Qur'an surah Al-Hadid ayat 22 disebutkan firman Allah
ta’ala :
مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ
وَلَا فِي أَنفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ
عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ
Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula)
pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh)
sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi
Allah.( Qs.Al Hadiit : 22 )
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengingatkan kita bahwa
orang yang mempercayai keburukan itu datangnya daripada sesuatu, bukan dari
Allah maka ia telah berbuat syirik. Sesuai dengan sabda Rasullullah
shallallahu’alahi wa sallam :
"Menyandarkan keburukan kepada sesuatu adalah syirik, dan
tidak termasuk dalam golongan kami melainkan (orang-orang yang beriman) sahaja,
dan Allah akan menghilangkan syirik itu dengan tawakkal”.
(Hadis riwayat Ibnu Majah)
Selain itu, Rasululah Shallallahu
‘alaihi wasllam juga menyuruh umatnya agar sentiasa menyangka baik (al-fa’lu)
terhadap sesuatu kejadian itu kerana sangka baik terhadap sesuatu itu suatu
cita-cita dan harapan untuk mendapat kebaikan daripada Allah Subhanahu wa
Ta‘ala. Sebaliknya sangka buruk terhadap sesuatu (tasya’um) ialah sangka buruk
terhadap Allah Subhanahu wa Ta‘ala. Hal ini telah dijelaskan oleh Rasullullah
shallallahu’alahi wa sallam dalam
sabdanya :
صحيح البخاري ٥٣٣١: حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ
بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَالَ سَمِعْتُ
قَتَادَةَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ لَا عَدْوَى وَلَا طِيَرَةَ وَيُعْجِبُنِي الْفَأْلُ قَالُوا وَمَا
الْفَأْلُ قَالَ كَلِمَةٌ طَيِّبَةٌ
Shahih Bukhari 5331: dari Anas bin Malik radliallahu 'anhu dari
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: "Tidak ada 'adwa
(keyakinan adanya penularan penyakit) dan tidak pula thiyarah (menganggap sial pada
sesuatu sehingga tidak jadi beramal) dan yang menakjubkanku adalah al
fa'lu." Mereka bertanya; "Apakah al fa'lu itu?" beliau menjawab:
"Kalimat yang baik."
Dari
apa-apa yang diungkapkan diatas bahwa menganggap atau meyakini adanya hari-hari
tertentu yang nahas atau mendatangkan kesialan telah berbuat syirik, karena
sama saja beranggapan bahwa hari mempunyai kekuatan untuk mendatangkan kesialan
dalam berbagai bentuknya ( musibah dan lain-lainnya). Padahal hari bagian dari
waktu adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Sehingga
dengan meyakini hari dapat mendatangkan kesialan berarti sama saja dengan
menganggap hari tersebut sama kedudukannya dengan Allah yang menciptakan hari
tersebut, hal ini tiada lain merupakan sebuah kesyirikan
Berkaitan dengan adanya keyakinan oleh sebagian kalangan kaum
muslimin tentang adanya hari sial maka Imam Ibnu Hajar asy Syafi'i menjelaskan tentang hari Nahas
tersebut sebagai berikut : “:Al Imam Ibnu Hajar al Haitami pernah ditanya
tentang bagaimana status adanya hari nahas yang oleh sebagian orang dipercaya,
sehingga mereka berpaling dari hari itu atau menghindarkan suatu pekerjaannya
karena dianggap hari itu penuh kesialan.Beliau menjawab bahwa jika ada orang
mempercayai adanya hari nahas (sial) dengan tujuan mengharuskan untuk berpaling
darinya atau menghindarkan suatu pekerjaan pada hari tersebut dan menganggapnya
terdapat kesialan, maka sesungguhnya yang demikian ini termasuk tradisi kaum
Yahudi dan bukan sunnah kaum muslimin yang selalu tawakkal kepada Allah dan
tidak berprasangka buruk terhadap Allah.Sedangkan jika ada riwayat yang
menyebutkan tentang hari yang harus dihindari karena mengandung kesialan, maka
riwayat tersebut adalah bathil, tidak benar, mengandung kebohongan dan tidak
mempunyai sandaran dalil yang jelas, untuk itu jauhilah riwayat seperti ini.
(Fatawa Al Haditsiyah). Kita semua yakin bahwa terjadinya musibah atau gejala
alam yang menimpa manusia, bukan karena adanya hari nahas atau karena adanya
binatang tertentu atau karena adanya kematian seseorang. Yang kita yakini
adalah semua yang terjadi di alam ini adalah dengan takdir dan kehendak Allah.
Hari-hari, bulan, matahari, bintang dan makhluk lainnya tidak bisa memberikan
manfaat atau madlarat (bahaya), tetapi yang memberi manfaat dan madlarat adalah
Allah semata. Maka meyakini ada hari nahas atau hari sial yang menyebabkan
seorang muslim menjadi pesimis, tentunya itu bukan ajaran Islam yang dibawa
oleh Rasulullah.Semua hari adalah baik, dan masing-masing ada keutamaan
tersendiri. Hari dimana kita menjaganya dan mengisinya dengan kebaikan dan
ketaatan, itulah hari yang sangat menggembirakan dan hari raya buat kita.
Seperti dikatakan oleh ulama Salaf, hari rayaku adalah setiap hari dimana aku
tidak bermaksiat kepada Allah pada hari itu, dan tidak tertentu pada suatu hari
saja.
Perbuatan Syirik Sebagai Tindakan Kezaliman Yang Besar Terhadap Allah Dan Dosa
Yang Tidak Diampuni
Sesungguhnya
banyak sekali ayat-ayat al-Qur’an yang membicarakan tentang diharamkannya
perbuatan membuat tandingan-tandingan atau sekutu-sekutu terhadap Allah Yang
Maha Esa.
Begitu
banyak manusia yang didalam praktek kehidupan sehari-harinya tanpa disadarinya
telah melakukan penyembahan kepada sesuatu selain Allah walaupun bentuk
penyembahan tersebut tidak dalam bentuk
sujud, tetapi dalam bentuk lain seperti meyakini sesuatu itu dapat mendatangkan
kemudharatan bagi dirinya ( misalnya meyakini hari atau bulan yang mendatangkan
sial).Hal semacam ini tiada lain adalah bentuk perbuatan syirik.Firman Allah
subhanahu wa ta’ala :
يَدْعُو مِن
دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُ وَمَا لَا يَنفَعُهُ ذَلِكَ هُوَ الضَّلَالُ الْبَعِيدُ
Ia menyeru selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi
mudharat dan tidak (pula) memberi manfa'at kepadanya. Yang demikian itu adalah
kesesatan yang jauh.(QS.Al Hajj:12 )
Dalam
ayat lain Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman :
قُلْ أَتَعْبُدُونَ
مِن دُونِ اللّهِ مَا لاَ يَمْلِكُ لَكُمْ ضَرًّا وَلاَ نَفْعًا وَاللّهُ هُوَ السَّمِيعُ
الْعَلِيمُ
Katakanlah: "Mengapa kamu menyembah selain daripada Allah,
sesuatu yang tidak dapat memberi mudharat kepadamu dan tidak (pula) memberi
manfa'at ?" Dan Allah-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.(QS.Al Maidah : 76 )
Kepada mereka-mereka yang melakukan
perbuatan syirik dengan berbagai prilakunya Allah bertanya sebagaimana dengan
Firman
-Nya :
قَالَ أَفَتَعْبُدُونَ
مِن دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنفَعُكُمْ شَيْئًا وَلَا يَضُرُّكُمْ
Ibrahim berkata: Maka mengapakah kamu menyembah selain Allah
sesuatu yang tidak dapat memberi manfa'at sedikitpun dan tidak (pula) memberi
mudharat kepada kamu?"(QS.Al Anbiyaa’:66
)
Orang-orang
yang melakukan kesyirikan tehadap Allah adalah orang-orang kafir seperti yang
disinggung dalam firman-Nya :
وَيَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّهِ مَا لَا
يَنفَعُهُمْ وَلَا يَضُرُّهُمْ وَكَانَ الْكَافِرُ عَلَى رَبِّهِ ظَهِيرًا
Dan mereka menyembah selain Allah apa yang tidak memberi
manfa'at kepada mereka dan tidak (pula) memberi mudharat kepada mereka. Adalah
orang-orang kafir itu penolong (syaitan untuk berbuat durhaka) terhadap
Tuhannya.(QS.Al Furqon:55)
Orang-orang musyrik dan kafir
mengatakan bahwa mereka sebenarnya tidaklah menyembah sesuatu selain Allah
melainkan hanya sekedar sarana untuk mendekatkan diri melalui sesuatu selain
Allah itu, sebagaimana disinggung dalam firman Allah ta’ala :
أَلَا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ وَالَّذِينَ
اتَّخَذُوا مِن دُونِهِ أَوْلِيَاء مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى
اللَّهِ زُلْفَى إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِي مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ
إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌ
Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari
syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata):
"Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami
kepada Allah dengan sedekat- dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan
di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah
tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.(QS.Az Zumar:3)
Firman Allah ta’ala :
فَلاَ تَضْرِبُواْ لِلّهِ الأَمْثَالَ إِنَّ
اللّهَ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ
Maka janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah.
Sesungguhnya Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.( QS.An Nahl : 74 )
Firman Allah ta’ala :
أَلا إِنَّ لِلّهِ مَن فِي السَّمَاوَات
وَمَن فِي الأَرْضِ وَمَا يَتَّبِعُ الَّذِينَ يَدْعُونَ مِن دُونِ اللّهِ شُرَكَاء
إِن يَتَّبِعُونَ إِلاَّ الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلاَّ يَخْرُصُونَ
Ingatlah, sesungguhnya kepunyaan Allah semua yang ada di langit
dan semua yang ada di bumi. Dan orang-orang yang menyeru sekutu-sekutu selain
Allah, tidaklah mengikuti (suatu keyakinan). Mereka tidak mengikuti kecuali
prasangka belaka, dan mereka hanyalah menduga-duga.(QS.Yunus: 66 )
Firman Allah subhanahu wa ta’ala :
الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأَرْضَ فِرَاشاً
وَالسَّمَاء بِنَاء وَأَنزَلَ مِنَ السَّمَاء مَاء فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ
رِزْقاً لَّكُمْ فَلاَ تَجْعَلُواْ لِلّهِ أَندَاداً وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ
Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit
sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan
dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah
kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah [30], padahal kamu mengetahui.( QS.Al Baqarah : 22 )
K e t e r a n g a n :
[30] Ialah segala sesuatu yang
disembah di samping menyembah Allah seperti berhala-berhala, dewa-dewa, dan
sebagainya.
Barang siapa yang telah berbuat
syirik kepada Allah baik secara langsung melakukan penyembahan/bersujud kepada
sesuatu selain Allah, mengagung-agungkan sesuatu lain Allah sebagaimana
mengagung-agungkan Allah atau melakukan kesyirikan secara tidak langsung
menyembah kepada sesuatu selain Allah seperti berkeyakinan pada sesuatu itu
dapat mendatangkan kebaikan atau kemudharatan maka Alla h subhanahu wa ta’ala tidak akan memberikan ampunan kepada
mereka.Firman Allah ta’ala :
إِنَّ اللّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ
بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاء وَمَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدِ افْتَرَى
إِثْمًا عَظِيمًا
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah
berbuat dosa yang besar.(QS.An Nisaa : 48 )
Pada ayat yang lain Allah ta’ala
berfirman :
إِنَّ اللّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ
بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاء وَمَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدْ ضَلَّ
ضَلاَلاً بَعِيدًا
Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan
(sesuatu) dengan Dia, dan dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa
yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah,
maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.(QS.An Nisaa: 116 )
Selain ayat-ayat al-Qur’an yang
mengemukakan tentang haramnya melakukan kesyirikan kepada Allah subhanahu wa
ta’ala , Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam juga menambahkan banyak
keterangan tentang syirik tersebut dengan hadits-hadits beliau antara lain :
1.
Hadits Rasullullah shallallahu’alaihi
wa sallam tentang syirik sebagai dosa yang paling besar :
صحيح البخاري ٦٤٠٨: حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ
حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ الْمُفَضَّلِ حَدَّثَنَا الْجُرَيْرِيُّ ح و حَدَّثَنِي قَيْسُ
بْنُ حَفْصٍ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ أَخْبَرَنَا سَعِيدٌ الْجُرَيْرِيُّ
حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ أَبِي بَكْرَةَ عَنْ أَبِيهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
قَالَ
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ أَكْبَرُ الْكَبَائِرِ الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ
وَشَهَادَةُ الزُّورِ وَشَهَادَةُ الزُّورِ ثَلَاثًا أَوْ قَوْلُ الزُّورِ فَمَا زَالَ
يُكَرِّرُهَا حَتَّى قُلْنَا لَيْتَهُ سَكَتَ
Shahih Bukhari 6408: Sa'id Al Jurairi telah menceritakan kepada
kami Abdurrahman bin Abu Bakrah dari ayahnya radliallahu 'anhu mengatakan, Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Dosa yang paling besar diantara
dosa-dosa besar lainnya adalah menyekutukan Allah, durhaka kepada orang tua,
kesaksian palsu, kesaksian palsu (beliau mengulanginya tiga kali), atau ucapan
dusta, " beliau tidak henti-henti mengulang-ulanginya sehingga kami
mengatakan; 'Duhai, sekiranya beliau diam.'
2.
Hadits Rasullullah
shallallahu’alaihi wa sallam bahwa syirik itu asdalah perbuatan zhaliman yang
besar :
صحيح البخاري ٦٤٠٧: حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ
بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ عَلْقَمَةَ
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
لَمَّا نَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ
{ الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ
بِظُلْمٍ }
شَقَّ ذَلِكَ عَلَى أَصْحَابِ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالُوا أَيُّنَا لَمْ يَلْبِسْ إِيمَانَهُ بِظُلْمٍ
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّهُ لَيْسَ بِذَاكَ
أَلَا تَسْمَعُونَ إِلَى قَوْلِ لُقْمَانَ
{ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ }
Shahih Bukhari 6407: dari Abdullah radliallahu 'anhu, mengatakan;
'Dikala diturunkan ayat; 'Sesungguhnya orang yang beriman dan tidak mencampur
adukkan keimanan mereka dengan kezhaliman' (QS. Al an'am 82), para sahabat Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam merasa gusar, sehingga bertanya; 'Siapakah
diantara kami yang tidak mencampur keimananya dengan kezjhaliman? ' Maka
Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam menjawab; "Bukan itu yang
dimaksudkan, tidakkah kalian mendengar ucapan Luqman; 'sesungguhnya kesyirikan
adalah kezhaliman yang besar" (QS. Luqman 13)
3.
Hadits Rasullullah
shallallahu’alaihi wa sallam yang menyebutkan bahwa barang siapa yang mati
dalam keadaan menyekutukan Allah masuk neraka dan barang siapa yang mati dalam
keadaan tidak menyekutukan Allah pasti
akan masuk surga :
صحيح البخاري ١١٦٢: حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ
حَفْصٍ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ حَدَّثَنَا شَقِيقٌ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ مَاتَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا
دَخَلَ النَّارَ
وَقُلْتُ أَنَا مَنْ مَاتَ لَا يُشْرِكُ
بِاللَّهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ
Shahih
Bukhari 1162: Telah menceritakan kepada
kami 'Umar bin Hafsh telah menceritakan kepada kami bapakku telah menceritakan
kepada kami Al A'masy telah menceritakan kepada kami Syaqiq dari 'Abdullah
radliallahu 'anhu berkata; Telah bersabda Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam: "Barangsiapa yang mati dengan menyekutukan Allah dengan sesuatu
maka dia pasti masuk neraka". Dan aku ('Abdullah) berkata, dariku sendiri:
"Dan barangsiapa yang mati tidak menyekutukan Allah dengan suatu apapun
maka dia pasti masuk surga".
Dalam
hadits lain disebutkan :
صحيح البخاري ١١٦١: حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ
إِسْمَاعِيلَ حَدَّثَنَا مَهْدِيُّ بْنُ مَيْمُونٍ حَدَّثَنَا وَاصِلٌ الْأَحْدَبُ
عَنْ الْمَعْرُورِ بْنِ سُوَيْدٍ عَنْ أَبِي ذَرٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ أَتَانِي آتٍ مِنْ رَبِّي فَأَخْبَرَنِي أَوْ قَالَ بَشَّرَنِي أَنَّهُ مَنْ
مَاتَ مِنْ أُمَّتِي لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ قُلْتُ وَإِنْ
زَنَى وَإِنْ سَرَقَ قَالَ وَإِنْ زَنَى وَإِنْ سَرَقَ
Shahih Bukhari 1161: dari Abu Dzar radliallahu 'anhu berkata;
Telah bersabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: "Baru saja datang
kepadaku utusan dari Rabbku lalu mengabarkan kepadaku" atau Beliau
bersabda: "Telah datang mengabarkan kepadaku bahwa barangsiapa yang mati
dari ummatku sedang dia tidak menyekutukan Allah dengan suatu apapun maka dia
pasti masuk surga". Aku tanyakan: "Sekalipun dia berzina atau
mencuri?" Beliau menjawab: "Ya, sekalipun dia berzina atau
mencuri".
Allah subhanahu wa ta’ala mengingatkan
dalam al-Qur’an agar hamba-hamba-Nya tidak menyekutukan Allah sesuai dengan
Firman Allah ta’ala :
فَلاَ تَضْرِبُواْ لِلّهِ الأَمْثَالَ إِنَّ
اللّهَ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ
Maka janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah.
Sesungguhnya Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.( QS.An Nahl : 74 )
Firman Allah subhanahu wa ta’ala :
الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأَرْضَ فِرَاشاً
وَالسَّمَاء بِنَاء وَأَنزَلَ مِنَ السَّمَاء مَاء فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ
رِزْقاً لَّكُمْ فَلاَ تَجْعَلُواْ لِلّهِ أَندَاداً وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ
Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit
sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan
dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah
kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah [30], padahal kamu mengetahui.( QS.Al Baqarah : 22 )
K e t e r a n g a n :
[30] Ialah segala sesuatu yang
disembah di samping menyembah Allah seperti berhala-berhala, dewa-dewa, dan
sebagainya.
Allah subhanahu wa ta’ala
memerintahkan agar hamba-hamba yang beriman tidak mencampur adukkan iman mereka
dengan syirik dan mereka-mereka tersebut merfupakan orang-orang yang
mendapatkan petunjuk.Firman Allah ta’ala :
الَّذِينَ آمَنُواْ وَلَمْ يَلْبِسُواْ إِيمَانَهُم
بِظُلْمٍ أُوْلَـئِكَ لَهُمُ الأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka
dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu
adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.(QS.Al
An’am : 82 )
P e n u t u p
Apa saja yang terjadi pada diri
manusia baik berupa kebaikan atau keburukan (kesialan) semuanya datang dari
Allah azza wa jalla, bukan datang dari siapa-siapa, bukan datang dari hari atau bulan. Sehingga barang siapa diantara
manusia yang beranggapan bahwa hari tertentu sebagai hari sial maka ia telah menyamakan kedudukan hari tersebut dengan Alllah, dan
ini termasuk perbuatan syirik. Sedangkan syirik itu sendiri merupakan perbuatan
yang diharamkan Allah azza wa jalla. Perbuatan syirik sebagai kezhaliman yang
besar dan juga merupakan perbuatan dosa besar . Barang siapa yang mati dalam
keadaan mempersekutukan Allah maka tempatnya adalah dineraka. Syirik dosa yang
tidak diampuni oleh Allah.
Seiring dengan itu sepatutnyalah
kita sebagai umat yang mentauhidkan Allah menjauhkan diri dari perbuatan dan
perilaku syirik seperti menganggap atau meyakini adanya hari-hari
atau bulan yang sial. ( Wallaahu’alam )
Sumber :
1.Al-Qur’an dan Terjemahan,
www.salafi-db.com
2.Ensiklopedi Hadits Kitab 9 imam,
www.lidwapusaka.com
3.Kitab Tauhid ( Terjemahan ), Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahhab, Darul Ilmi
4.Fathul Majid ( Terjemahan ), Syaikh
Abdurrahamn Hasan Alu Syaikh, Pustaka Azzam
5.Majalah Asy-Syari’ah,
Vol.III/No.29/1428H/2007
6.www.madinatulilmi.com
7.www.akhwat.web.id
Selesai disusun, Arba waktu dhuha ,
17 Dzulqai’dah 1433 H/3 Oktober 2012
( Musni Japrie )_
terus terang terhadap adanya hari baik atau buruk, saya sendiri percaya tapi tidak sepenuhnya percaya 100%, saya tetap bertawakal 100% kepada Allah SWT. saya percaya kepada hari baik atau buruk hanya menganggapnya bagian dari ikhtiar.
BalasHapusmasalahnya Allah sendiri sudah mengajarkan kepada kita untuk misalnya berdoa atau puasa di hari tertentu, apakah penulis mempercayai kalau kita bebas-bebas saja berdoa atau berpuasa di sembarang hari, karena semua hari adalah baik.
dan Allah sendiri yang mengajarkan kepada kita untuk menjadikan sesuatu atau obat tertentu sebagai penyembuh, seperti misalnya Allah menyuruh kita meminum Madu sebagai penyembuh. apakah penulis akan bilang kalau kekuasaan Allah lebih tinggi dari pada Madu, naudzubilah mindzalik.
pada prinsifnya saya hanya mempercayainya sebagai syariat bukan Hakikat. dan tentu Hakikatnya semua adalah karena izin Allah