Melanjutkan pokok bahahasan mengenai tabarruk ( mencari berkah)
yang benar menurut syari’at, pada bagian kesepuluh ini dikemukan beberapa hal
yang terkait dengan upaya tabarruk dengan sesuatu yang dikatagorikan dengan
hal-hal lain sebagaimans di bawah ini.
VII. Tabarruk Dengan
Hal-Hal Lain
1.Makan Sahur Untuk Puasa
Diriwayatkan dari Nabi shallallahu’alaihi wa sallam beliau
bersabda :
صحيح مسلم ١٨٣٥: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى قَالَ
أَخْبَرَنَا هُشَيْمٌ عَنْ عَبْدِ الْعَزِيزِ بْنِ صُهَيْبٍ عَنْ أَنَسٍ ح و
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ عَنْ ابْنِ
عُلَيَّةَ عَنْ عَبْدِ الْعَزِيزِ عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ح و
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ قَتَادَةَ وَعَبْدِ
الْعَزِيزِ بْنِ صُهَيْبٍ عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِي السُّحُورِ بَرَكَةً
Shahih Muslim 1835: dari
Anas radliallahu 'anhu, ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Makan sahurlah kalian, karena (makan) di waktu sahur itu
mengandung barakah."
Imam Nawawi rahimahullah mengatakan bahwa keberkahan yang
terdapat dalam makan sahur tampak nyata, yakni dapat memperkuat untuk berpuasa
dan memberikan semangat, sereta menghasilkan kegemaran untuk menambah puasa
disebabkan ringannya bebab padanya sebagai dampak makan sahur.
Dalam Fathul Baari karya Ibnu Hajar rahimahullah disebutkan : “
lebih tepat dikatakan bahwa keberkahan dalam santap sahur diperoleh dari
banyakm aspek. Di antaranya mengikuti sunnah, pembeda dengan akhlul kiktab,
menguatkan
Dalam beribadah, menambah
semangat, menolak akhlak buruk yang ditimbulkan oleh rasa lapar, mendorong
berfsedekah kepada orang yang meminta ketika itu, menodorng untuk berdzikir dan
berdo’a dan saat yang dapat mengingatkan untuk berniat puasa bagi yang lupa
sebelum ia tidur.
Keutamaan dan keberkahan yang lain dari makan sahur adalah shalawat yang disampaikan oleh Allah
subhanahu wa ta’ala dan para Malaikat-Nya kepada orang-orang yang melakukannya,
dimana tidak diragukan lagi shalawat ini adalah keutamaan dan keberkahan yang
sangat besar. Akan hal ini Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda :
مسند أحمد ١٠٦٦٤: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ عَنْ هِشَامٍ
الدَّسْتُوَائِيِّ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَبِي كَثِيرٍ عَنْ أَبِي
رِفَاعَةَ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
السَّحُورُ أَكْلُهُ بَرَكَةٌ فَلَا تَدَعُوهُ وَلَوْ أَنْ يَجْرَعَ أَحَدُكُمْ
جُرْعَةً مِنْ مَاءٍ فَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ
عَلَى الْمُتَسَحِّرِينَ
Musnad Ahmad 10664: dari
Abu Sa'id Al Khudri berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"makan sahur itu berkah, maka janganlah kalian tinggalkan meskipun salah
seorang dari kalian hanya minum seteguk air, karena sesungguhnya Allah 'azza
wajalla dan para malaikat-Nya bershalawat kepada orang-orang yang makan
sahur."
Terkait akan hal itu maka sebaiknya seorang Muslim mengikuti
Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam dalam melakukan ibadah sunnah ini agar
memperoleh keberkahan, keutamaan dan manfaatnya, baik yang bersifat duniawi
maupun ukhrawi.
2.Adab-adab Islami ketika makan agar memperoleh keberkahan
Adab makan yang ditunjukkan kepada umat Islam oleh Rasullullah
shallallahu’alaihi wa sallam dan terkait
dengan keberkahan antara lain :
a.Berkumpul saat makan.
Disebutkan dalam kitab sunan Abu Daud sebuah hadits :
سنن أبي داوود ٣٢٧٢: حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُوسَى
الرَّازِيُّ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ قَالَ حَدَّثَنِي وَحْشِيُّ بْنُ
حَرْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ
أَنَّ أَصْحَابَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا نَأْكُلُ وَلَا نَشْبَعُ قَالَ فَلَعَلَّكُمْ
تَفْتَرِقُونَ قَالُوا نَعَمْ قَالَ فَاجْتَمِعُوا عَلَى طَعَامِكُمْ وَاذْكُرُوا
اسْمَ اللَّهِ عَلَيْهِ يُبَارَكْ لَكُمْ فِيهِ
قَالَ أَبُو دَاوُد إِذَا كُنْتَ فِي وَلِيمَةٍ فَوُضِعَ
الْعَشَاءُ فَلَا تَأْكُلْ حَتَّى يَأْذَنَ لَكَ صَاحِبُ الدَّارِ
Sunan Abu Daud 3272: Telah
menceritakan kepada kami Ibrahim bin Musa Ar Razi telah menceritakan kepada
kami Al Walid bin Muslim ia berkata; telah menceritakan kepadaku Wahsyi bin
Harb dari Ayahnya dari Kakeknya bahwa para sahabat Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami makan dan tidak
merasa kenyang?" Beliau bersabda: "Kemungkinan kalian makan
sendiri-sendiri." Mereka menjawab, "Ya." Beliau bersabda:
"Hendaklah kalian makan secara bersama-sama, dan sebutlah nama Allah, maka
kalian akan diberi berkah padanya." Abu Daud berkata, "Apabila engkau
berada pada sebuah pesta kemudian dihidangkan makan malam, maka janganlah
engkau memakannya hingga pemilik rumah mengizinkanmu."
Tentang keberkahan dalam makan secara bersama disebutkan juga
dalam hadits riwayat Imam Bukhari :
صحيح البخاري ٤٩٧٣: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ أَخْبَرَنَا
مَالِكٌ ح و حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ قَالَ حَدَّثَنِي مَالِكٌ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ
عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّهُ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَعَامُ الِاثْنَيْنِ
كَافِي الثَّلَاثَةِ وَطَعَامُ الثَّلَاثَةِ كَافِي الْأَرْبَعَةِ
Shahih Bukhari 4973: dari
Abu Hurairah radliallahu 'anhu, ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Makanan untuk dua orang cukup untuk tiga orang, dan
makanan untuk tiga orang cukup untuk empat orang."
Sedangkan hadits yang diriwayatkan Imam Muslim disebutkan :
صحيح مسلم ٣٨٣٦: حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ أَخْبَرَنَا
رَوْحُ بْنُ عُبَادَةَ ح و حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ حَبِيبٍ حَدَّثَنَا رَوْحٌ حَدَّثَنَا
ابْنُ جُرَيْجٍ أَخْبَرَنِي أَبُو الزُّبَيْرِ أَنَّهُ سَمِعَ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ
اللَّهِ يَقُولُا
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ
طَعَامُ الْوَاحِدِ يَكْفِي الِاثْنَيْنِ وَطَعَامُ الِاثْنَيْنِ يَكْفِي الْأَرْبَعَةَ
وَطَعَامُ الْأَرْبَعَةِ يَكْفِي الثَّمَانِيَةَ
وَفِي رِوَايَةِ إِسْحَقَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ لَمْ يَذْكُرْ سَمِعْتُ حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا
سُفْيَانُ ح و حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ
عَنْ سُفْيَانَ عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ عَنْ جَابِرٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمِثْلِ حَدِيثِ ابْنِ جُرَيْجٍ
Shahih Muslim 3836:
Jabir bin 'Abdullah berkata; "Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Makanan untuk seorang cukup untuk dua orang, makanan
dua orang cukup untuk empat orang, dan makanan empat orang cukup untuk delapan
orang."
Dari kedua hadits tersebut dijelaskan bahwa dengan makan
bersama-sama akan memberikan keberkahan pada makanan sehingga mencukupi
meskipun sebenarnya makanan tersebut secara fisik nampaknya terbatas, tetapi
karena adanya keberkahan maka ia mencukupi untuk beberapa orang.
Berkenaan dengan hadits tersebut diatas Ibnu Hajar rahimahullah
menyebutkan bahwa hadits Rasullullah shallallahu’alai wa sallam memberikan
banyak faedah, diantaranya bahwa kecukupan itu timbul dari keberkahan berkumpul
atas makanan. Semakin banyak yang berkumpul, maka semakin bertambah pula
keberkahannya.
b.Membaca Basmalah sebelum makan.
Hal ini merupakan
perintah dari Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam, sebagaimana yang
disebutkan dalam sabda beliau : “ Berkumpulah
kalian atas makanan kalian dan sebutlah nama Allal atasnya, maka kalian akan
diberkahi”. Karena inilah, tidak mengucapkan basmalah ( penyebutan nama
Allah) atas makanan dapat menghalangi perolehan keberkahan yang ada di
dalamnya.Selain dari itu tanpa basmalah syaitan ikut serta makan bersama
kita.Sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadits riwayat Muslim.
c.Memulai makan dari bagian tepi dari makanan ( hidangan)
Berkenaan dengan hal ini disebutkan dalam hadits dari Ibnu
‘Abbas rahimahullah, ia berkata : rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam
bersabda :
سنن الترمذي ١٧٢٧: حَدَّثَنَا أَبُو رَجَاءٍ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ
عَطَاءِ بْنِ السَّائِبِ عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْبَرَكَةُ
تَنْزِلُ وَسَطَ الطَّعَامِ فَكُلُوا مِنْ حَافَتَيْهِ وَلَا تَأْكُلُوا مِنْ وَسَطِهِ
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ إِنَّمَا يُعْرَفُ
مِنْ حَدِيثِ عَطَاءِ بْنِ السَّائِبِ وَقَدْ رَوَاهُ شُعْبَةُ وَالثَّوْرِيُّ عَنْ
عَطَاءِ بْنِ السَّائِبِ وَفِي الْبَاب عَنْ ابْنِ عُمَرَ
Sunan Tirmidzi 1727:
dari Sa'id bin Jubair dari Ibnu Abbas bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Barakah itu turun di tengah-tengah makanan, maka mulailah makan
dari pinggirnya dan janganlah makan dari tengahnya."
Hadits tersebut diatas diperkuat pula oleh hadits dari ‘Abdullah
bin Busr radhyallahu’anhu :
سنن أبي داوود ٣٢٨١: حَدَّثَنَا
عَمْرُو بْنُ عُثْمَانَ الْحِمْصِيُّ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ
الرَّحْمَنِ بْنِ عِرْقٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ بُسْرٍ قَالَ
كَانَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَصْعَةٌ يُقَالُ لَهَا الْغَرَّاءُ يَحْمِلُهَا أَرْبَعَةُ
رِجَالٍ فَلَمَّا أَضْحَوْا وَسَجَدُوا الضُّحَى أُتِيَ بِتِلْكَ الْقَصْعَةِ يَعْنِي
وَقَدْ ثُرِدَ فِيهَا فَالْتَفُّوا عَلَيْهَا فَلَمَّا كَثَرُوا جَثَا رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَعْرَابِيٌّ مَا هَذِهِ الْجِلْسَةُ قَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ جَعَلَنِي عَبْدًا كَرِيمًا
وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا عَنِيدًا ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُوا مِنْ حَوَالَيْهَا وَدَعُوا ذِرْوَتَهَا يُبَارَكْ فِيهَا
Sunan Abu Daud 3281:
Telah menceritakan kepada kami 'Amru bin Utsman Al Himshi telah menceritakan
kepada kami Ayahku telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdurrahman bin
'Irq telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Busr ia berkata, "Nabi shallallahu
'alaihi wasallam memiliki nampan yang disebut Gharra`, dan hanya bisa diangkat
oleh empat orang laki-laki. Di pagi hari saat mereka telah melaksanakan shalat
dluha, nampan tersebut dihadirkan dan telah penuh dengan bubur. Orang-orang pun
mengerumuninya, ketika jumlah mereka telah banyak, Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam duduk di atas lututnya. Seorang Arab badui lalu berkata,
"Duduk apakah ini?" Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab:
"Sesungguhnya Allah telah menjadikan aku seorang hamba yang mulia, bukan
seorang yang otoriter dan pembangkang." Kemudian Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda lagi: "Makanlah dari sekitarnya dan biarkan
bagian atasnya maka akan diberkahi padanya."
Kedua hadits tersebut memberikan bimbingan kepada kaum muslimin
bagaimana cara makan yang islami dengan memulainya dari bagian tepi tempat
makanan agar menyisakan keberkahan yang Allah letakkan di tengah. Janganlah
sekiranya makan mulai dari bagian tengah . Adab ini berlaku ketika makan
seorang diri maupun ketika makan secara
bersama-sama orang lain.
d. Menjilat jari-jari tangan setelah makan, menjilat wadah
makanan dan memakan suapan yang terjatuh
Untuk memperoleh
keberkahan dari makanan yang dimakan,
Rasullullah shallallhu’alaihi wa sallam memerintahkan kepada umatnya
untuk menjilati jari-jari tangan selesai makan , menjilat wadah makanan dan
mengambil makanan yang terjatuh dan memakannya setelah membuang bagian yang
kotor.Hal tersebut ditegaskan dalam shahih Muslim dari Anas radhyallahu’anhu :
صحيح مسلم ٣٧٩٥: و حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ حَاتِمٍ وَأَبُو
بَكْرِ بْنُ نَافِعٍ الْعَبْدِيُّ قَالَا حَدَّثَنَا بَهْزٌ حَدَّثَنَا حَمَّادُ
بْنُ سَلَمَةَ حَدَّثَنَا ثَابِتٌ عَنْ أَنَسٍ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ
إِذَا أَكَلَ طَعَامًا لَعِقَ أَصَابِعَهُ الثَّلَاثَ قَالَ وَقَالَ إِذَا
سَقَطَتْ لُقْمَةُ أَحَدِكُمْ فَلْيُمِطْ عَنْهَا الْأَذَى وَلْيَأْكُلْهَا وَلَا
يَدَعْهَا لِلشَّيْطَانِ وَأَمَرَنَا أَنْ نَسْلُتَ الْقَصْعَةَ قَالَ فَإِنَّكُمْ
لَا تَدْرُونَ فِي أَيِّ طَعَامِكُمْ الْبَرَكَةُ
Shahih Muslim 3795: dari
Anas bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam apabila selesai makan, dia
menjilati ke tiga jari tangannya. Anas berkata; Beliau bersabda: 'Apabila
suapan makanan salah seorang diantara kalian jatuh, ambillah kembali lalu buang
bagian yang kotor dan makanlah bagian yang bersih. Jangan dibiarkannya dimakan
setan." Dan beliau menyuruh kami untuk menjilati piring. Beliau bersabda:
'Karena kalian tidak tahu makanan mana yang membawa berkah."
Sedangkan hadits dari Abu Hurairah radhyallahu’anhu disebutkan :
صحيح مسلم ٣٧٩٦: و حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ حَاتِمٍ حَدَّثَنَا
بَهْزٌ حَدَّثَنَا وُهَيْبٌ حَدَّثَنَا سُهَيْلٌ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا
أَكَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَلْعَقْ أَصَابِعَهُ فَإِنَّهُ لَا يَدْرِي فِي
أَيَّتِهِنَّ الْبَرَكَةُ
و حَدَّثَنِيهِ أَبُو بَكْرِ بْنُ نَافِعٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ
الرَّحْمَنِ يَعْنِي ابْنَ مَهْدِيٍّ قَالَا حَدَّثَنَا حَمَّادٌ بِهَذَا
الْإِسْنَادِ غَيْرَ أَنَّهُ قَالَ وَلْيَسْلُتْ أَحَدُكُمْ الصَّحْفَةَ وَقَالَ
فِي أَيِّ طَعَامِكُمْ الْبَرَكَةُ أَوْ يُبَارَكُ لَكُمْ
Shahih Muslim 3796: dari
Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda:
"Jika salah seorang diantara kalian selesai makan, maka hendaklah ia
menjilati jari-jemarinya, karena dia tidak tahu ada dimana berkahnya. Dan telah
menceritakannya kepada kami Abu Bakr bin Nafi'; Telah menceritakan kepada kami
'Abdurrahman yaitu Ibnu Mahdi ia berkata; Telah menceritakan kepada kami Hammad
dengan sanad ini, hanya saja dia berkata dengan lafazh; 'Dan hendaklah salah
seorang di antara kalian menjilati piring. Juga sabda beliau: 'Kalian tidak
tahu mana makanan yang ada berkahnya.
Berkenaan dengan hadits tersebut Imam an-Nawawi menjelaskan
maksud sabda belia shallallahu’alaihi wa sallam bahwa : “ Kalian tidak
mengetahui bagian makanan kalian yang mana yang mengandung keberkahan “
Maksudnya seseorang
itu tidak mengetahui apakah keberkahan
tersebut terdapat pada makanan yang telah dimakannya, atau mungkin pada makanan
yang masih tersisa di jemarinya ,atau pada makanan yang tersisa pada bagian dasar piring/mangkok atau pada
suapan yang terjatuh. Oleh karena itu sebaiknya seseorang yang makan menjsaga ini semua agar memperoleh keberkahannya.
Adapun dasar keberkahan pada makanan tersebut adalah bertambahnya kebaikan,
tetapnya kebaikan dan mencari kelezatan dengannya. Yang dimaksudkan disini
adalah makanan ini dapat memberikan gizi, menyelamatkan dirinya dari bahaya
makanan, memberikan kekuatan dan energi mdalam menjalan kan keta’atan kepada
Allah subhanahu wa ta’ala.
( Insya Allah ta’ala bersambung kebagian sebelas )
Sumber :
1.Al-Qur’an dan Terjemah , www.salafi-Db.com
3.Tabarruk Memburu Berkah ( Terjemahan),DR. Nashir bin
‘Abdurrahman bin Muhammad al-Judai’
5.Artikel www.muslim.or.id
6. Artikel www. AsySyariah com
7.Artikel www.rumaysho.com
8.Artikel www.darusalaf.com
Selesai disusun, menjelang Dzuhur, Selasa ,20 Muharram 1434H,4
Desember 2012
( Musni Japrie )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar