Budaya adalah kebiasaan atau pengalaman manusia. Kebiasaan baik dalam bentuk ucapan maupun perbuatan yang baik dan diterima oleh masyarakat.Yang jelas budaya itu bersumber dari manusia bukan dari Allah, ada yang dianggap baik , ada yang tidak karena bertentangan dengan agama (Islam ).
Karena sudah terbiasa dilakukan dalam kehidupan sehari-hari maka kepercayaan dari umat terdahulupun oleh kebanyakan orang juga disebut sebagai kebudayaan. Karena pada umumnya budaya ini diwariskan dari generasi kegenerasi sampai kegenerasi sekarang ini. sehingga mereka yang awam terhadap agama menganggap bahwa kepercayaan umat terdahulu yang jahiliyah ( aninisme dan dinamisme ) pun dianggap sebagai budaya yang harus dilestarikan. Meskipun budaya tersebut menjadikan seseorang menjadi syirik .Sebagai contoh dalam ritual pesta laut melarungkan sesajen ketengah laut dengan harapan penguasa laut dapat memberikan tangkapan ikan lebih banyak kepada para nelayan
Apabila kita mau secara jujur mengakui bahwasanya dewasa ini dimana-mana kita menemukan sebagian umat muslim banyak yang melakukan ritual-ritual kesyirikan dengan dalih bahwa ritual itu adalah bagian dari kebudayaan warisan leluhur. Karena sudah menjadi budaya turun termurun bagi sebagian masyarakat maka kondisi tersebut sulit untuk dihapuskan.
Disisi lain islam sebagai agama samawi yang menuntun umat dalam urusan dunianya serta akhirat banyak yang mengabaikannya dan tidak diamalkan dalam kehidupan sehari-harinya . Kebanyakan diantara kaum muslimin dinegeri ini kurang atau tidak memperhatikan aturan-aturan atau petunjuk yang digariskan oleh syari’at islam , baik itu yang berkaitan dengan aqidah, ibadah dan muamalah serta yang berkaitan dengan hubungan social kemasyarakatan. Hal ini secara jujur harus kita akui banyak diantara kaum muslimin dinegeri ini tidak menjadikan urusan agama sebagai kebiasaan sehari-hari. Sebagian kaum muslimin malah terbiasa dengan melakukan hal-hal yang berbau syirik yang diwarisi dari leluhurnya.
Membudayakan agama dalam kehidupan sehari-hari bagi kaum muslimin dimaksudkan agar mereka selalu melaksanakan segala apa yang seharusnya diamalkan oleh seorang muslim. Karena sesungguhnya islam telah mensyari’atkan bagaimana amalan dan amalan apa yang harus dilakukan oleh seorang muslim ketika bangun tidur sampai ia kembali akan tidur. Dimana dalam kurun waktu antara bangun tidur sampai ia tidur kembali tentunya pula diisi dengan berbagai amalan.
Menjadikan Islam sebagai budaya hidup bagi segenap kaum muslimin
Dibagian awal telah disinggung secara singkat bagaimana tradisi budaya yang diwariskan oleh leluhur tetap dipertahankan dan dijadikan ritual-ritual dalam berbagai acara oleh sebagian umat muslim meskipun sebagai budaya yang syirik. Itu tidak lain karena ia sudah menjadi kebiasaan atau budaya hidup oleh sebagian kaum muslimin dinegeri ini.
Mengambil contoh diatas, agar syari’at islam yang meliputi aqidah, ibadah, adab dan akhlak serta muamalah sesuai dengan al-Qur’an dan as-sunnah dapat dijalankan dan ditekuni serta diamalkan oleh setiap muslim, maka islam harus dijadikan sebagai budaya hidup.
Sesungguhnya sebagian dari umat islam telah membiasakan dan menjadikan budaya bagi mereka terhadap hal-hal yang berkaitan dengan agama seperti misalnya penyelenggaraan peringatan maulid Nabi, penyelenggaraan peringatan Isra Mi’rajd , Yasinan, tahlilan/haulan, shalawatan dll . Hal ini disebabkan mereka-mereka yang mengamalkannya telah terbiasa melakukannya secara kontinyu dan berulang-ulang maka jadilah kegiatan tersebut sebagai budaya yang terus dipertahakan dan belanjut dari generasi kegenerasi.
Sejalan dengan itu perlu dipertanyakan apakah tuntunan yang terdapat dalam al-Qur’an dan as-sunnah Rasul dapat dibudayakan dalam kehidupan umat muslim dalam kesehariannya. Jawabannya mengapa tidak, setiap muslim insya Allah apabila berusaha mengamalkan tuntunan islam akan dapat membiasakan/membudayakannya dalam hidup sehari-harinya. Dengan catatan asalkan istiqomah pasti Allah ta’ala akan memberikan pertolongan-Nya. Allah ta’ala berfirman dalam al-Qur’an surah Ash-Shaaffat (37) ayat 172 :
إِنَّهُمْ لَهُمُ الْمَنصُورُونَ
(yaitu) sesungguhnya mereka itulah yang pasti mendapat pertolongan.
Demikian pula dalam al-Qur’an surah Ar Ruum (30) ayat 5 :
بِنَصْرِ اللَّهِ يَنصُرُ مَن يَشَاء وَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ
Karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang dikehendakiNya. Dan Dialah Maha Perkasa lagi Penyayang.
Selain dari itu membudayakan agama dalam kehidupan sehari-hari tidak dibatasi hanya pada hal-hal yang terkait dengan urusan ibadah dan akhirat juga tentunya tidak dilupakan pula bagaimana sikap hidup, akhlak dan adab seorang muslim dalam melaksanakan aktifitas kehidupan dunianya. Sebagai contoh sebagai seorang pedagang muslim yang bersangkutan harus berpegang bagaimana bermuamalah menurut islam. Urusan dunia dibarengi dengan urusan akhirat. Karena urusan dunia menunjang urusan akhirat.
Membudayakan agama islam dalam kehidupan sehari-hari oleh segenap muslim akan membawa umatnya kepada jalan kehidupan yang diridhai Allah ta’ala.
Mengapa agama harus dibudayakan
Diantara kaum muslimin mungkin ada yang bertanya mengapa agama itu harus dibudayakan . Atas pertanyaan tersebut maka perlu dijawab bahwa agama itu mutlak untuk dijadikan budaya bagi setiap muslim dalam kehidupan sehari-harinya, mengingat dengan agama ( islam ) inilah yang akan membawa seseorang mendapatkan kebahagian dunia dan akhirat yang diidamkan . Bagaimana seseorang dapat memperoleh kebahagian dunia dan akhirat apabila ia tidak mengamalkan seluruh perintah dan meninggalkalkan seluruh larangan agamanya dalam kehidupan sehari-harinya
Rasullullah shallallahu ‘alaihi wassallam dalam sabda beliau yang diriwayatkan oleh imam Muslim menyebutkan :
صحيح مسلم ٨٢: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبَّادٍ الْمَكِّيُّ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ قَالَ قُلْتُ لِسُهَيْلٍ إِنَّ عَمْرًا حَدَّثَنَا عَنْ الْقَعْقَاعِ عَنْ أَبِيكَ قَالَ وَرَجَوْتُ أَنْ يُسْقِطَ عَنِّي رَجُلًا قَالَ فَقَالَ سَمِعْتُهُ مِنْ الَّذِي سَمِعَهُ مِنْهُ أَبِي كَانَ صَدِيقًا لَهُ بِالشَّامِ ثُمَّ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ سُهَيْلٍ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَزِيدَ عَنْ تَمِيمٍ الدَّارِيِّ
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الدِّينُ النَّصِيحَةُ قُلْنَا لِمَنْ قَالَ لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ
حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ حَاتِمٍ حَدَّثَنَا ابْنُ مَهْدِيٍّ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ سُهَيْلِ بْنِ أَبِي صَالِحٍ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَزِيدَ اللَّيْثِيِّ عَنْ تَمِيمٍ الدَّارِيِّ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمِثْلِهِ و حَدَّثَنِي أُمَيَّةُ بْنُ بِسْطَامَ حَدَّثَنَا يَزِيدُ يَعْنِي ابْنَ زُرَيْعٍ حَدَّثَنَا`رَوْحٌ وَهُوَ ابْنُ الْقَاسِمِ حَدَّثَنَا سُهَيْلٌ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَزِيدَ سَمِعَهُ وَهُوَ يُحَدِّثُ أَبَا صَالِحٍ عَنْ تَمِيمٍ الدَّارِيِّ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمِثْلِهِ
Shahih Muslim 82: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abbad al-Makki telah menceritakan kepada kami Sufyan -dia berkata, saya berkata kepada Suhail- bahwa Amru menceritakan kepada kami dari al-Qa'qa' dari bapakmu dia berkata, dan aku berharap agar satu perawi jatuh dariku, Amru berkata, "Lalu al Qa'qa' berkata, "Saya mendengarnya dari orang yang yang bapakku pernah mendengar darinya -dia adalah temannya di Syam-. Kemudian telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Suhail dari Atha' bin Yazid dari Tamim ad-Dari bahwa nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Agama itu adalah nasihat." Kami bertanya, "Nasihat untuk siapa?" Beliau menjawab, "Untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, dan para pemimpin kaum muslimin, serta kaum awam mereka." Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Hatim telah menceritakan kepada kami Ibnu Mahdi telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Suhail bin Abu Shalih dari Atha' bin Yazid al-Laitsi dari Tamim ad-Dari dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dengan semisalnya, Dan telah menceritakan kepada kami Umayyah bin Bistham telah menceritakan kepada kami Yazid -yaitu Ibnu Zurai'- telah menceritakan kepada kami Rauh -yaitu Ibnu al-Qasim- telah menceritakan kepada kami Suhail dari Atha' bin Yazid dia mendengarnya -saat 'Atha menceritakan kepada Abu Shalih- dari Tamim ad-Dari dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, seperti hadits tersebut."
Syari’at agama itu diatur dalam al-Qur’an dan as-sunnah untuk dijadikan pedoman bagi umat manusia, karena Allah ta’ala telah berfirman dalam surah Al Jaatsiyah (45) Ayat 20 Allah ta’ala berfirman :
هَذَا بَصَائِرُ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّقَوْمِ يُوقِنُونَ
Artinya :Al Qur'an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini.
Selanjutnya dalam Al-Qur’an surah An Naml (27 Ayat 77 Allah ta’ala berfirman :
وَإِنَّهُ لَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ
Artinya :Dan sesungguhnya AI Quraan itu benar-benar menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.
Sedangkan dalam surah Al A'raf (7) ayat 178 disebutkan :
مَن يَهْدِ اللّهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِي وَمَن يُضْلِلْ فَأُوْلَـئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan Allah maka merekalah orang-orang yang merugi.
Membiasakan hidup dalam suasana ke islaman , seorang muslim senantiasa selalu mengikuti dan patuh kepada aturan/syari’at islam yang membimbin nya dalam berperilaku dan bertindak selalu sesuai dengan tuntunan. Tidak pernah meninggalkan atau lupa atau lalai akan kewajiban yang dibebankan kepadanya seperti sholat fardhu dengan berjama’ah dan melakukan sholat sunnah di rumah dan yang lainnya.Islam telah mensyari’atkan kepada umatnya untuk setiap hari secara kontinyu dan terus menerus menjalankan keta’atan kepada Allah ta’ala. Melakukan keta’atan secara menyeluruh tidak sepotong-potong dan tidak terbatas hanya pada hari-hari tertentu saja. Seperti misalnya hanya salat fardhu Jum’at saja atau shalat ied dihari raya, sedangkan shalat fardhu lima kali sehari diabaikan.Wallahu ta’ala ‘alam
Samarinda, 17 Syawal 1437 H
By : Abu Farabi al Banjari
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar